𝟗. 𝐏𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐡𝐚𝐧

476 61 242
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Shaka memasuki rumahnya dengan gontai. Jas sudah terlepas, dasi mengendur, serta kancing kemeja sudah terbuka sampai menampilkan kaus dalamannya berwarna putih.

"Udah pulang, Bang?" tanya Zaira, mamanya.

Shaka menoleh, "Iya, Ma. Ara udah pulang?"

"Belum. Masih kerja kelompok katanya," tutur Zaira.

"Nanti biar aku yang jemput, ya?" usul Shaka.

Zaira menggeleng, "Ngapain? Gak usah, biar dijemput sama supir aja." Wanita paruh baya itu menginterupsi Shaka agar duduk di sebelahnya. "Kamu di sini aja, temenin Mama nonton," perintahnya.

Laki-laki itu menghampiri mamanya dan membuang tas serta jas seragamnya begitu saja di sofa. Zaira memukul tangan Shaka pelan. "Jangan dibuang gitu, Bang."

Shaka hanya terkekeh, "Kebiasaan, Ma."

"Itu bibir kamu kenapa kayak gitu? Habis berantem, ya?" tuduh Zaira. Dia menggelengkan kepalanya, "Nggak, Ma. Aku gak suka berantem, gak kayak Papa."

Zaira menghela nafas panjang, "Gak ada bedanya kamu sama Papa."

"Beda, dong. Aku cuman nakal aja. Kalo Papa itu nakal, iya. Tukang berantem juga iya," jelas Shaka.

"Halah, apanya? Orang kalian sama persis kelakuannnya, sama-sama suka mainin cewek. Untungnya Papa kamu udah tobat, terus kamu kapan tobatnya?" tanya Zaira jengah.

Shaka tersenyum, "Karena aku belum nemu perempuan kayak Mama. Kalo aku udah nemu, aku bakalan tobat."

"Bang, kamu tau karma itu ada, kan?"

"Tau, Ma. Ini Shaka udah kena karmanya," jawabnya sembari menunjuk sudut bibirnya yang lecet.

Zaira mengerutkan dahinya bingung, "Maksudnya?"

"Shaka habis ditonjok sama cewek, Ma."

Spontan saja tawa dari mamanya meledak. Wanita itu tertawa sampai matanya berair. "Kamu habis ngapain emanganya? Sampe ditonjok gitu," tanya Zaira penuh keheranan.

"Habis cium jidat dia, Ma," kekeh Shaka.

"Ya, pantes kamu ditonjok sama dia. Kamunya langsung nyosor aja."

"Jidat dia tuh abis kejedot rak buku, Ma. Makanya aku cium biar gak sakit, tapi aku malah ditonjok," jelas Shaka panjang lebar. "Tapi gak papa. Anggep aja ini cinderamata dari dia."

Zaira mendengus, "Anak siapa sih kamu, Bang? Playboy banget."

"Papa nurunin sifatnya ke aku, sih," jawab Shaka.

"Udah, kamu ambil kotak obat sana. Mama bantu obatin lukanya," titahnya.

Shaka menggeleng, "Gak usah, Ma. Aku juga mau mandi. Nanti kalo Ari sama Aaron udah dateng, suruh langsung ke kamar aja."

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang