𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )

𝟑. 𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐫𝐮

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

ㅡ Selamat Membaca ㅡ

☆☆☆

Bel istirahat baru saja berbunyi dan Bu Saras, wali kelasnya, telah meninggalkan ruang kelas. Arlena membereskan buku dan alat tulisnya.

"Jadi, nama lo Arlena, ya?" tanya laki-laki yang duduk di meja depan.

"Kan tadi udah kenalan anjir. Pake nanya lagi," sahut teman di sampingnya seraya menepuk lengan laki-laki tadi.

"Jangan ganggu dia," ujar Shaka.

"Posesif amat lo, Ka," sahutnya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya, "Kenalin. Gue Ari."

Arlena mengangguk paham.

"Giliran gue."

Teman di sebelahnya menepis tangan Ari sampai sang empu meringis pelan. "Sakit anj*ng," umpatnya.

"Gue Aaron," ucapnya memperkenalkan diri. Aaron berniat meraih tangan kanan Arlena, namun ditepis oleh Shaka.

"Dibilang jangan ganggu. Dia punya gue," tukas Shaka.

"Panas g*blok!" umpat Aaron seraya mengusap-usap punggung tangannya yang terasa panas akibat ulah Shaka.

"Padahal cuman mau kenalan. Kita juga gak bakal rebut punya lo," timpal Ari dengan menyatukan kedua tangan.

"Gak bakal rebut cewek masing-masing. Lo masih ingat prinsip kita, kan, Ka?" tanya Aaron.

Shaka mengangguk, "Inget."

"Nah, itu tau," pungkas Ari.

"Tetep aja harus hati-hati sama lo berdua. Terlebih lo," tunjuk Shaka pada Aaron.

"Loh, kok gue?"

Ari mendekatkan dirinya kepada Aaron, "Lo paling br*ngsek soalnya."

"Lo juga bangs*t. Bukan gue aja," sewot Aaron tidak terima.

BRAK

Arlena menggebrak meja hingga membuat tiga laki-laki itu mengumpat secara bersamaan. "ANJ*NG!" umpat ketiganya.

"Berisik," desis Arlena.

"Santai, dong. Nanti cantiknya ilang, loh," ucap Ari seraya mengedipkan sebelah matanya genit.

Aaron mengangkat kedua tangannya ke atas. "Lo lihat, kan? Bukan gue yang goda punya lo, tapi dia," celetuknya.

"Duh, maaf khilaf, Bos," sahut Ari ketika mendapat tatapan sinis dari Shaka.

"Ron, ke kantin aja, yuk! Cari cewek lagi," ajak Ari.

Aaron mengangguk, "Ayo. Gue juga mau ketemu pacar gue tadi."

"Rachel maksud lo?"

"Nah, itu."

Ari berdecak, "Lo lupa nama pacar baru lo, kan? Ngaku."

"Gak penting juga hafalin nama cewek. Jadi gak, nih?"

"Jadilah. Lo gak ikut, Ka?" tanya Ari.

"Duluan aja. Gue nyusul," balasnya.

Ari tersenyum penuh arti seraya menatap Aaron.

"Iya-iya. Yang lagi usaha dapetin cewek mah beda. Iya gak, Ron?"

"Yoi."

Shaka terkekeh ringan lalu meraih pulpen di sebelah bukunya. "Pergi gak?" usir Shaka seraya mengambil ancang-ancang untuk melempar pulpen.

"Iya, kita pergi."

Selepas kepergian dua sahabatnya, tatapan Shaka kini tertuju sepenuhnya kepada gadis yang tengah memainkan ponsel.

"Mau ke kanㅡ"

Belum sempat Shaka melanjutkan kata-katanya, Arlena lebih dulu menyumpal kedua telinganya dengan airpods.

"Ck," decak Shaka lalu manggut-manggut paham.

"Sampai ketemu nanti, Arlena," gumamnya. Kemudian, laki-laki itu pergi meninggalkan Arlena sendirian.

Setelah Shaka pergi, Arlena melepaskan kembali airpods dari telinganya. Ya, dia tidak benar-benar ingin mendengarkan lagu. Itu hanya caranya untuk mengusir Shaka secara halus.

"Hai," sapa seorang gadis berponi.

Arlena mendongak, "Mm, hai?" ucapnya ragu.

"Gue Adinda. Salam kenal."

Arlena menjabat uluran tangan seraya tersenyum manis. "Salam kenal, Adinda."

"Panggil Dinda aja boleh, kok."

"Oh, iya. Dinda."

"Ke kantin bareng gue, mau?" tawar Dinda dan tanpa ragu diangguki begitu saja oleh Arlena. "Boleh," balasnya.

Dinda tersenyum senang lalu meraih tangan kanan Arlena sampai gadis itu bangkit. "Karena lo anak baru di sini dan gak punya temen, gue bakalan jadi temen pertama lo. Keberatan?"

Arlena menggeleng, "Enggak sama sekali."

"Oke, kita sekarang temenan."

"Iya."

"Ayo buruan ke kantin. Ada menu andalan yang mau gue kasih tau sama lo," ucap Dinda antusias.

"Iya, ayo."

Arlena mengikuti langkah lebar milik Dinda. Sepertinya, Dinda merupakan teman yang baik untuknya.

☆☆☆

Gimana?
Mau lanjut, gak?

Kalo kalian suka, tekan bintang dan komen, ya.

Spam next di sini sebanyak-banyaknya 👉

Sampai ketemu lagi, ya!

TBC

ㅡ Sky