𝟐𝟎. 𝐊𝐞𝐝𝐢𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐙𝐚𝐯𝐢𝐚𝐧

356 41 237
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

"Kak Arlena?!"

"A ... ra," lirih Arlena. Dia cukup terkejut dengan kemunculan Ara di rumah ini.

"Ara kenal sama Kakak ini?" tanya Zaira, mamanya.

"Kenal, Ma. Kak Arlena kok bisa ke sini sama Mama?" tanya gadis itu seraya mendekati Arlena.

"Arlena udah bantuin Mama dari pencopet," jelasnya.

Mata Ara membulat, "Pencopet? Mama mau dicopet?"

"Iya, untungnya Arlena dateng terus bantuin Mama. Kakak ini tadi keren banget, loh, Ra. Bisa tendang wajah pencopet sampe bibir sama hidungnya berdarah," jelas Zaira.

"Kak Arlena emang hebat banget, Ma."

Gadis itu menggenggam kedua tangan Arlena lembut. "Makasih Kak udah nolongin Mama Ara," ucapnya.

Arlena menggeleng, "Bukan apa-apa."

"Ayo masuk, Kak," ajak Ara.

"Kakaknya masih ada urusan penting, Ra."

"Bener, Kak?" tanya Ara.

"Hm, iya."

Raut wajah Ara seketika menampakkan kesedihan. Jujur, dia masih ingin lama-lama dengan Arlena setelah lama tidak bertemu. "Gak bisa main sekarang, ya, Kak? Ara kangen sama Kakak," gumamnya seraya menunduk lesu.

Mendengar nada bicara Ara, Arlena jadi merasa tidak tega. Dia menyunggingkan senyum manisnya, "Yaudah, boleh."

Ara mendongak, "Beneran, Kak?"

"Iya, Ra."

"Terus urusan kamu gimana?" tanya Zaira kepada Arlena.

"Gak papa, Tan. Nanti bisa saya tunda," sahut Arlena.

"Saya?" beo Ara.

Arlena mengangguk, "Iya, saya."

Spontan Ara terkekeh geli. Dia menatap Arlena seraya terus tertawa sampai Arlena menjadi bingung sendiri. "Kenapa?" tanyanya.

Ara menghentikan tawanya, "Huh, nggak, Kak. Kenapa Kak Arlena formal banget kalo ngomong sama Mama?"

"Soalnya Tante orang yang lebih tua. Jadi bicaranya juga harus sopan," tutur Arlena.

"Jangan dengerin Ara, ya. Tante gak keberatan kok kalo kamu bicaranya formal. Sopan gitu," balas Zaira.

Ara manggut-manggut paham, "Bener juga. Tapi Kakak juga bisa bicara infromal kayak aku ke Mama. Kalo Kak Arlena mau, sih."

"Lihat nanti."

Zaira memegang pundak Arlena, "Masuk, yuk!"

"Iya, Tan."

"Yuk, Kak!"

Ara menggandeng tangan Arlena masuk ke dalam rumahnya. "Loh, gak duduk di situ?" tanya Arlena seraya menunjuk sofa yang ada di ruang tamu.

"Nggak, Kak. Kita ke kamar aku aja, ya?"

Arlena menatap Zaira untuk meminta izin.

"Boleh, Tan?"

Zaira tersenyum, "Boleh, dong. Ajak Kakaknya ke atas sana, Ra."

"Oke, Ma. Ayo, Kak!"

"Permisi, Tan."

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang