𝟒𝟒. 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐞𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧

333 23 119
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Hening dan sepi. Itulah keadaan yang dapat menggambarkan rooftop saat ini. Arlena tau jika Shaka sedang marah kepadanya, namun dia memilih untuk diam terlebih dahulu.

Karena Shaka tak kunjung bicara, Arlena melipat kedua tangannya pada pembatas sambil melihat wajah Shaka. "Gak mau bicara?" tanyanya memecah keheningan.

"Kamu bicara dulu, Ar. Marah juga gak papa, aku dengerin. Asal jaga nada bicaranya," sambungnya.

Bisa Arlena lihat Shaka tengah menghembuskan nafasnya. Senyumnya terbit, "Ngomong aja. Setelah kamu ngomong, nanti aku jelasin."

"Cemburu," gumam Shaka pelan.

"Apa? Gak denger."

"Ck, aku cemburu, Len. Kamu paham gak, sih?" ucap Shaka kesal.

Arlena mengulum bibirnya, "Iya. Terus?"

"Kamu gak tau apa kalo dari tadi aku nungguin kamu di ruang seni? Mana gak balik-balik. Pas aku cek ternyata kamu udah gak ada di ruang musik. Aku cariin, eh gak taunya kamu lagi jalan bareng sama cowok br*ngㅡ"

"Bahasanya, Ar," potong Arlena cepat.

Shaka berdecak. Dia membalikkan badannya ke arah Arlena. "Lagian kamu habis dari mana, sih? Kenapa dateng dari arah sana, bukan dari ruang musik? Ketemu di mana sama dia? Kenapa juga sih kamu ketemu sama dia? Bicarain apa aja sama dia tadi? Dia ngomong yang nggak-nggak pasti, kan?" tanya Shaka beruntun.

Arlena sampai menopang dagunya karena pertanyaan Shaka yang sangat panjang. Seperti pidato saja.

"Udah?" tanya Arlena.

"Belum. Dia gak apa-apain kamu, kan?" tanya Shaka untuk kesekian kalinya.

"Udah itu aja?"

Shaka berdehem sebagai jawaban, "Hm."

"Sini dulu deh, Ar," pinta Arlena.

"Ngapain?"

"Udah nunduk aja. Jangan pake nanya."

Shaka lantas menundukkan kepalanya seperti yang diperintahkan oleh Arlena. Setelah Shaka menunduk, Arlena membisikkan sesuatu di telinga Shaka.

"Pacarku bawel," bisiknya.

Laki-laki itu tidak bisa menahan senyumannya. Arlena benar-benar membuatnya salah tingkah. Namun dia tidak boleh luluh dengan ucapan Arlena. Shaka menegapkan kembali tubuhnya. "Aku masih marah sama kamu. Buruan jelasin," desaknya.

"Penasaran banget, ya?" goda Arlena.

"Arlena," panggil Shaka dingin.

"Iya, bercanda. Jadi, habis dari ruang musik tadi aku kebelet, makanya aku ke toilet dulu. Habis dari toilet, aku keluar dan pas jalan, aku gak tau kalo tali sepatuku lepas. Hampir aja aku jatuh, tapi untung ada Saskara yang nolongin aku."

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang