𝟑𝟖. 𝐒𝐢𝐬𝐢 𝐋𝐚𝐢𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐤𝐚𝐰𝐚𝐧

268 29 149
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

"Kamu mau ini?" tanya Shaka seraya menunjukkan keripik kentang kepada Arlena. Gadis itu hanya geleng-geleng kepala. Ya, sehabis sarapan di restoran cepat saji tadi, Shaka langsung mengajaknya ke minimarket yang ada di rest area.

"Dari tadi kamu geleng terus. Gak mau beli jajan emang?"

"Aku udah kenyang, Ar. Gak mau jajan lagi," balas Arlena.

"Harus beli pokoknya. Paling gak satu jajan aja, ya?"

Arlena mendengus, "Kok maksa?"

"Ayolah, Len."

Gadis itu lantas melihat banyaknya camilan yang terpajang di rak. Dia menunjuk deretan tempat es krim di pojok sana. "Ke sana, yuk!" ajaknya.

Arlena berjalan lebih dulu dan disusul oleh Shaka. "Kamu suka es krim, ya?" tanya Shaka.

"Suka banget," jawab Arlena sambil sibuk memilih es krim yang akan dibelinya. "Aku mau yang ini," ucapnya sambil mengangkat satu bungkus es krim di tangan kanannya.

"Masukin sini," titah Shaka agar Arlena memasukkan es krimnya ke dalam keranjang yang dibawanya.

"Gak pengen apa-apa lagi? Mumpung masih di sini."

Arlena menggeleng, "Nggak. Tadi katanya kamu juga mau beli. Gak jadi emang?"

"Jadi. Ayo ikut aku."

Keduanya kembali ke deretan rak berisi camilan. Shaka dengan gampangnya mengambil berbagai macam camilan tanpa ragu. Mulai dari keripik, kacang, wafer, coklat batang, permen jeli, dan juga beberapa botol susu aneka rasa.

Arlena menganga di tempat. "Banyak banget. Kamu mau pindahan, Ar?"

"Iya, pindah ke hati kamu," goda Shaka sambil mengedipkan sebelah matanya.

Gadis itu spontan memukul lengan atas Shaka. "Apaan, sih? Gak lucu," gerutunya.

"Tapi suka, kan?"

Arlena menggeleng, "Gak. Yang ada malah jijik," ucapnya jujur.

"Emang cuman kamu doang cewek yang responnya kayak gitu kalo aku gombalin. Mana jujur banget kalo ngomong," tutur Shaka.

"Udah, deh. Ayo ke kasir, es krimku keburu leleh."

"Iya, Sayang. Ayo."

☆☆☆

Arlena menginjakkan kakinya di depan sebuah bangunan tingkat tiga dengan halaman yang luas dan juga asri. Sembari menunggu Shaka memarkirkan mobil dan mengambil barang-barang, dia mengeja tulisan yang tertempel di depan bangunan tersebut.

"Panti Asuhan Kasih Bunda," gumamnya.

"Kak Arlena!"

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang