𝟕. 𝐃𝐮𝐚 𝐋𝐞𝐥𝐚𝐤𝐢

526 62 217
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Karena tidak kuat menahan hajatnya, Arlena izin kepada guru untuk pergi ke toilet. Dia menyebrangi lapangan dan langsung menuju ke sana. Arlena mempercepat langkahnya saat sudah di depan toilet. Dia masuk ke dalam salah satu bilik paling ujung.

Seteleh selesai, Arlena berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tangannya. Terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

"Jadi, itu lo? Murid baru yang katanya cantik?" tanya seorang perempuan seraya meneliti penampilan Arlena dari atas hingga bawah.

"Cantik, sih. Tapi masih cantikan gue," sambungnya.

Arlena hanya diam. Sebenarnya dia ingin tertawa mendengar ucapan perempuan di sampingnya ini, namun dia tahan karena takut membuat siswi itu tersinggung. Gadis itu mengambil tisu lalu mengelap kedua tangannya yang basah.

"Katanya lo deketin Shaka. Bener?" tanya perempuan itu.

Arlena menoleh, "Kebalik. Dia yang deketin gue."

"Sok cantik banget. Lo gak tau gue siapa?"

"Gak penting," sahut Arlena sinis.

"Gue pacarnya Shaka dan lo jangan rebut dia dari gue," tekan perempuan itu dan diangguki oleh Arlena.

"Gue gak minat buat rebut pacar lo," tukas Arlena.

Perempuan itu menggeram kesal, "Oke, kalo sampe gue lihat lo deket-deket sama Shaka, habis lo sama gue."

Arlena melihat name tag di jas perempuan itu. Valerie Angelica. "Uh, takut," ucap Arlena dengan nada mengejek. Kemudian dia menyenggol pundak Valerie dan melenggang pergi dari sana.

"Si*alan," umpat Valerie.

"Ck, dasar cewek aneh," dumel Arlena selepas keluar dari sana.

"Arlena?" panggil seseorang.

Dia menoleh, "Ah, lo ... " ucapnya menggantung seraya mengingat kembali nama laki-laki itu.

"Saskara."

"Ah, iya. Saskara," balas Arlena dengan tersenyum kaku.

"Habis dari toilet juga?" tanya Saskara.

"Seperti yang lo lihat," jawab Arlena seadanya.

Saskara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia menerbitkan senyum kakunya, "Hm, mau balik ke kelas?"

"Iya."

"Bareng gue," tawar Saskara dan disetujui oleh Arlena. "Oke."

Keduanya jalan bersisihan dengan Saskara berada di sebelah kanan Arlena. "Ah, gue lupa belum nanya sama lo. Lo masuk kelas apa?" tanya Saskara penasaran.

"XII IPA 1."

"Oh, sekelas sama mereka."

Arlena menaikkan sebelah alisnya, "Mereka?"

Saskara mengangguk, "Iya. Arshaka, Arizal, sama Aaron."

"Oh, kalo lo?" tanya Arlena balik.

"Gue?"

"Iya, lo kelas apa?"

Laki-laki itu membulatkan mulutnya, "Gue anak akselerasi."

"Pantes aja."

"Maksudnya?" beo Saskara.

"Gak pernah lihat lo di lorong kelas dua belas," jelas Arlena.

"Soalnya kelas anak akselerasi ada di lantai tiga. Deketan sama ruang guru."

Arlena melihat Saskara, "Mainnya sama guru, ya?"

"Seperti yang lo lihat," balas Saskara meniru perkataan Arlena tadi.

Keduanya lantas tertawa bersama sampai tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di tangga. Saskara berhenti dan diikuti oleh Arlena. "Makasih udah nemenin," ucap Arlena.

"Sama-sama. Kalo gitu, gue naik dulu," pamit Saskara sambil melambaikan tangannya ke arah Arlena. Gadis itu hanya mengangguk sekali lalu berjalan melewati koridor kelas dua belas untuk menuju ke kelasnya.

Saat Arlena tengah merapikan roknya yang kusut, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang menuju lorong gelap yang ada di lantai dua.

BRUK

"Shh," ringis Arlena ketika keningnya membentur sesuatu yang keras. Gadis itu mendongak untuk melihat sang pelaku.

"Hai," sapa Shaka dengan tersenyum manis.

Arlena menghempaskan tangan Shaka yang masih mengenggami tangannya dengan kasar. "Jangan sentuh gue," desis Arlena.

Shaka mengangkat kedua tangannya ke udara. "Ups, maaf. Kelepasan," ucapnya enteng.

Gadis itu hendak meninggalkan Shaka, namun tangan Shaka lebih dulu mengunci pergerakan Arlena sampai gadis itu bersandar pada tembok. Mata tajam Arlena menatap gelang hitam berliontin bintang yang tengah dipakai oleh laki-laki itu.

"Jangan pergi dulu. Gue belum selesai ngomong," ujar Shaka.

Arlena menatap Shaka sinis lalu melipat tangannya di depan dada. Dia melihat Shaka dengan tatapan penuh kebencian. "Apa?" tanyanya dengan malas.

"Hm, lo suka sama Saskara?" tanya Shaka tanpa basa-basi.

"Lo tau daㅡ"

Shaka mengangguk, "Iya, gue tadi lihat kalian jalan bareng."

"Ck," decak Arlena.

"Lo suka sama dia?" tanya Shaka lagi.

"Ngaco."

Laki-laki itu tersenyum penuh arti. Tangan kirinya menyelipkan helaian rambut Arlena ke belakang telinganya. Tatapanya terkunci pada anting yang dikenakan oleh Arlena.

"Bintang," gumam Shaka. Dia menatap kedua mata Arlena intens. "Ternyata lo tau favorit gue."

PLAK

Lagi-lagi Arlena menepis tangan Shaka yang menyentuh antingnya tanpa izin. Gadis itu lalu mendorong dada Shaka menjauh dari tubuhnya. "Minggir," ketus Arlena seraya meninggalkan Shaka sendirian.

Shaka sengaja membiarkan Arlena pergi karena gadis itu sudah menjawab rasa penasarannya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, kemudian dia menghembuskan nafas panjangnya.

"Lo harus jadi pacar gue, Arlena."

☆☆☆

Gimana?
Kalian pilih Shaka apa Saskara?

Kalo kalian suka, tekan bintang dan komen, ya.

Spam next di sini sebanyak-banyaknya 👉

Sampai ketemu lagi, ya!

TBC

Sky

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang