VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasihㅡ Selamat Membaca ㅡ
☆☆☆
Tekad Shaka untuk menjadi laki-laki idaman Arlena sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Buktinya, kini laki-laki itu hanya fokus mengejar Arlena. Dia bahkan sudah tidak mempedulikan pacar-pacarnya, namun dia juga belum memutuskan hubungannya tersebut. Aneh memang, tapi itulah Shaka.
"Gue pengen jadi cowok idamannya Arlena," celetuk Shaka sambil mengenakan kaos olahraga.
"HAH?!" beo Ari dan Aaron secara bersamaan.
"Bentar. Maksud lo gimana?" tanya Ari.
Shaka bersandar pada tembok sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Hm, kayaknya gue suka sama Arlena."
"HAH?!" ucap Ari dan Aaron lagi.
"Yang bener lo anj*ng?!" umpat Aaron tidak percaya.
Shaka berdecak, "Beneran anj*ng. Lo kira gue bohongan?"
"Terus cewek-cewek lo yang lain gimana?" tanya Aaron.
"Gak tau," balas Shaka santai.
"Putusin g*blok."
Shaka nampak menimang perkataan Aaron.
"Nanti dulu aja. Gue lagi males berhubungan sama mereka," sahut Shaka.
"Makanya putusin, biar lo bener-bener gak ada hubungan sama mereka. Dikasih solusi malah kayak gitu. Ribet lo," cibir Aaron.
Ari yang sedari tadi diam, kini angkat bicara.
"Lo beneran suka sama Arlena, Ka?" tanya Ari memastikan kembali.
"Beneran."
"Apa yang bikin lo suka sama Arlena?"
Shaka berdehem, "Gak tau."
"Anj*ng," umpatnya. "Yang serius dong, Ka," ucap Ari memohon.
"Ya, emang beneran gak tau. Suka aja gitu sama Arlena. Emang kalo suka sama cewek harus ada alasannya? Setau gue nggak," jawabnya.
Ari mengusap wajahnya kasar, "Ya, emang harusnya kalo suka sama seseorang tuh gak ada alasannya."
"Makanya, kan? Enak aja ngatain gue anj*ng. Lo yang anj*ng," balas Shaka sinis.
"Habisnya muka lo gak ada serius-seriusnya," celetuk Ari.
"Anjir hahaha. Tapi emang bener, sih," timpal Aaron.
"Bangs*t. Mati aja lo berdua," umpat Shaka kasar.
"Enak aja. Lo aja dulu, terus review ke kita," balas Aaron.
Shaka geram, "Gue tonjok juga lo, Ron."
"Lo mah mainnya kekerasan," ledek Aaron.
"Lo ngeselin anjir. Pengen gue tonjok."
"Gak boleh gitu sama sahabat sendiri," balas Aaron.
"Ck, s*alan."
"Udah, jangan ngebacot mulu. Ayo buruan keluar," potong Ari melerai kedua sahabatnya.
"Tunggu dulu anjir. Gue belum pake baju," ucap Aaron seraya memakai kaos olahraganya buru-buru.
Setelah Aaron memakai bajunya, Shaka berjalan memimpin dan diikuti oleh Ari dan Aaron di belakangnya. Mereka bertiga berjalan ke area lapangan indoor. Lapangan ini agak sepi karena hanya diisi oleh murid kelasnya saja.
"Cuman kelas kita aja nih yang olahraga?" tanya Shaka.
Ari menggeleng, "Gak tau gue."
"Enak kayak gini. Sepi, gak ada teriakan cewek-cewek," timpal Aaron.
"Halah, tapi lo suka kan kalo disorakin kayak gitu?" cibir Ari.
Laki-laki itu menyugarkan rambutnya ke belakang.
"Oh, jelas."
Ari hanya geleng-geleng kepala lalu melirik Shaka yang sepertinya sedang mencari seseorang. "Cari siapa lo?" tanya Ari.
Shaka menoleh, "Arlena."
"Beneran suka ternyata," gumam Aaron tidak percaya.
"Itu tuh Arlena," tunjuk Aaron saat netranya menangkap sosok Arlena yang baru memasuki lapangan.
Shaka berbalik badan dan memang benar ada Arlena di sana. Gadis yang dikejarnya selama sebulan lebih ini sedang berjalan bersama dengan Dinda. Dengan langkah lebar, Shaka menghampiri Arlena yang sedang bersama dengan Dinda. "Arlena," panggilnya.
Arlena yang sedang berbicara dengan Dinda langsung menoleh begitu mendengar suara yang amat dikenalinya. "Apa?" tanya Arlena malas.
"Lo mㅡ"
PRIT
"Ayo anak-anak kumpul. Lakukan pemanasan terlebih dahulu," ucap Pak Leo selaku guru olahraga.
"Iya, Pak!" seru murid kelas XII IPA 1.
"Nanti aja kalo gitu. Gue mau pimpin pemanasan dulu," ujar Shaka pada Arlena seraya mengedipkan sebelah matanya. Laki-laki itu langsung berlari menuju barisan paling depan.
"Gak penting banget," dumel Arlena.
Dinda tertawa renyah, "Kayaknya Shaka suka sama lo, deh."
"Ngaco lo, Din."
"Beneran, Len. Biasanya tuh cewek-cewek yang deketin Shaka, bukan dia. Tapi kalo sama lo, Shaka sendiri kan yang langsung deketin lo?" ujar Dinda menjelaskan.
Arlena menaikkan sebelah alisnya, "Emang iya?"
"Seratus persen iya."
"Yaudah, biarin. Ayo ke sana."
Arlena menarik tangan Dinda agar ikut masuk ke dalam barisan guna melakukan pemanasan. Keduanya berdiri di barisan paling belakang.
"Ayo mulai pemanasannya," perintah Pak Leo.
Ketiga Cassanova itu pun mengangguk dan langsung memulai pemanasan sekaligus tebar pesona. Namun, tidak dengan Ari karena laki-laki itu sudah mempunyai Amara.
Saat melakukan back stretch, siswi kelas XII IPA 1 spontan memekik tertahan ketika melihat dada bidang mereka. Berbeda dengan yang lain, Arlena justru memutar bola matanya malas saat melihat Shaka.
"Caper," cibirnya.
Tak lama kemudian tatapan mereka bertemu. Arlena langsung memutuskan pandangan lebih dulu dan membuang muka ke arah lain.
☆☆☆
Tolong kasih tau Arlena dong kalo prediksinya Dinda tuh bener hehe
Spam next di sini sebanyak-banyaknya 👉
Sampai ketemu lagi, ya!
Sekian, terima vote 🌟
TBC
ㅡ Sky
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )
Conto[ 𝐖𝐀𝐉𝐈𝐁 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 ] ❝𝐈 𝐰𝐢𝐥𝐥 𝐛𝐫𝐞𝐚𝐤 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐡𝐞𝐚𝐫𝐭 𝐟𝐢𝐫𝐬𝐭, 𝐀𝐫𝐬𝐡𝐚𝐤𝐚.❞ ㅡ 𝐑 𝐀 𝐂 𝐇 𝐄 𝐇𝐢𝐠𝐡𝐞𝐬𝐭 𝐑𝐚𝐧𝐤 : #𝟏 - 𝐚𝐫𝐥𝐞𝐧𝐚 [ 𝟎𝟏/𝟎𝟒/𝟐𝟎𝟐𝟐 ] #𝟏 - 𝐭𝐢...