𝟒𝟗. 𝐏𝐫𝐨𝐦𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭

302 21 96
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Arlena menatap tampilan dirinya di cermin. Gaun panjang berwarna dusty rose itu nampak pas di tubuhnya. Arlena juga terlihat lebih tinggi daripada biasanya. Berkali-kali gadis itu menghela nafasnya karena tepat pada malam ini, kejadian besar akan terjadi.

TOK TOK TOK

Ketukan di pintu kamarnya membuat Arlena tersadar. "Iya, Kak!" serunya. Dia segera mengambil sling bag beserta ponsel yang ada di atas ranjang.

KLIK

"Udah siap?" tanya Arvin. Laki-laki itu terlihat tampan saat mengenakan pakaian serba hitam. Mulai dari celana, kemeja, jam tangan, bahkan sepatunya pun berwarna hitam putih.

Arlena mengangguk, "Ayo berangkat sekarang."

"Hm."

Keduanya berjalan sambil menggeret koper putih milik Arlena. Sebenarnya Arlena ingin membawa kopernya sendiri, namun dicegah oleh Arvin.

"Len, kamu yakin sama keputusan ini?" tanya Arvin.

"Yakin. Barang-barang yang lain udah Kakak masukin ke mobil, kan?"

"Udah. Sisanya biar dianter besok."

"Maaf, ya, Kak. Gara-gara aku, Kakak jadi ikutan ribet."

Arvin memegang pundak Arlena.

"Gak papa. Lagian kuliah Kakak juga udah kelar, tinggal wisuda aja," ucap Arvin menenangkan. "Kenapa gak minta dijemput Shaka aja? Kakak kan bisa atur semua ini sendiri, Len."

Memang benar bahwa Arlena lebih memilih berangkat dengan Arvin daripada Shaka. Untungnya, Shaka tidak keras kepala dan membiarkan Arlena berangkat bersama Arvin. Dia senang karena sifat Shaka yang tadinya suka marah-marah dan childish, kini telah berubah menjadi dewasa dan bijak dalam mengatasi masalah.

Senyum kecilnya terbit, "Meskipun aku gak jawab, aku yakin Kakak udah tau jawabannya."

"Harapan Kakak cuman satu. Semoga kamu gak nyesel sama keputusan ini," ucapnya lembut.

Arlena menoleh lalu tersenyum simpul.

"Makasih, Kak."

"Iya."

Tak lama kemudian, keduanya telah sampai di depan mobil Arvin. Laki-laki itu mengisyaratkan agar Arlena masuk ke dalam mobil. "Kakak taruh koper di bagasi dulu."

"Iya, Kak."

Setelah memasukkan koper, Arvin masuk dan duduk di kursi kemudi. Perlahan mobil hitam tersebut bergerak keluar dari area basement.

☆☆☆

Mata Shaka tak berpaling sedikit pun dari pintu ballroom. Dia menantikan sosok Arlena yang sampai detik ini belum datang juga.

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang