P, 27 Februari 2024
💭💭💭
Author PoV.
Arrrggghhhh....
Suara pekikan yang sangat memekakkan telinga begema disebuah rumah sederhana milik seorang gadis cantik. Ia tak tahu harus bagaimana mengekspresikan kebahagiaannya sekarang, yang ia dapat lakukan adalah melompat kian kemari dan berteriak sesuka mulunya.
"Hari ini akan aku peringati sebagai hari kebahagiaan begiku." Teriaknya membentuk satu kalimat utuh. "Dunia, kalian harus berbahagia mengikuti ku, aku akan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang besar tanpa harus menerima uluran tangan dari pria yang membosankan itu. Ini sungguh luar biasa." Tambahnya sembari memegang selembar kartu yang akan ia gunakan untuk mendapatkan pekerjaan.
Gadis yang tengah berbahagia itu adalah Alcys, usai perbincangannya tadi siang dengan Ray, ia mendapat selembar kartu yang dapat ia gunakan untuk melamar pekerjaan. Apalagi, kata Ray pekerjaan ini bisa ia lakukan tanpa mengikuti kursus tertentu, dan gajinya? Melebihi ekspektasi nya. Dan Ray juga berjanji padanya, dengan membawa kartu itu, gadis ini akan dengan mudah mengisi posisi yang ia janjikan.
"Terimakasih Tuhan, terimakasih Kau telah mengirim Ray dalam hidupku."
Tampaknya kebahagiaan yang Alcys kampanyekan tak disenangi oleh sepasang mata yang tengah menatapnya dengan tajam. Apalagi saat Alcys membawa-bawa nama Ray, sepasang mana itu terlihat semakin emosi dan dadanya mulai kembang kempis mengikuti pergerakan udara yang masuk dan keluar dari tubuhnya.
Bughh...
Cukup dengan satu bantingan saja. Printu pembatas rumah itu sudah terbuka lebar dengan diikuti suara dentuman yang keras. Tampaknya seseorang membukanya dengan tenaga yang ekstra.
Alcys yang tengah berbahagia kini tersentak kaget, dia diam sejenak kemudian membalikkan badannya.
"Hei, Stevie." Sapa gadis itu. "Kemari lah, aku tengah berbahagia." Ucapnya sambil berlari dan menggenggam tangan wanita itu.
Ternyata yang baru datang dan membuka pintu secara tiba-tiba adalah Stevie. Sahabat sekalian saudara satu-satunya yang ia punya di Amerika.
Lain halnya yang direspon oleh Stevie, wanita itu menghempaskan tangan Alcys secara paksa dari tangannya.
"Kau, kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya nya yang hanya dibalas diam oleh Stevie. "Kau menangis?" Lanjutnya sambil memeluk wanita itu. Ia memang Tah tahu ada apa dengan wanita dipeluknya ini, tapi pelukan biasanya bisa meredakan sedikit permasalahan.
Stevie yang menerima pelukan itu hanya bisa diam dan sesekali buliran-bulirsn bening bergantian jatuh dari kedua kelopak matanya.
"Tenanglah Stevie, semua akan baik-baik saja. Hari ini aku menerima pekerjaan dari Ray dan kita-"
Plak.
Belum jua selesai Alcys menyelesaikan satu kalimatnya, sebuah respon menyakitkan justru ia terima. Stevie menampar pipi kirinya dengan cukup keras.
"Stevie? Kau"
"Apa? Apa yang ingin kau lakukan dengan Ray, huh?" -Stevie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Tonight [ SLOW UPDATE ✓ ✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓]
Romance✓ Ga ada Prolog-prolog-an !!! ✓ Yang belum follow, silahkan follow dulu sebelum cerita ini ditambahkan. ✓ Jangan lupa tinggalkan jejak setiap chapter nya ✓ Yang kurang kreatif atau bahkan nggak kreatif samasekali, menyingkirlah! ✓ Kalau kepo, langsu...