P, 5 April 2022
11.40💭💭💭
Stevie PoV.
Rintik hujan tak hentinya membasahi tiap bagian bumi dihadapan ku. Menambah kegelisahan serta memupuk setiap luka yang telah tergores. Sakit, begitu rasanya.
Aku tak hentinya mengeluarkan air mataku, sekuat yang aku bisa, aku membantu para hujan mengguyur bumi dengan lebatnya. Bagaimana tidak, dua manusia yang ku sayang, yang telah menyakitiku. Dua manusia yang ku miliki saat ini justru mengkhianatiku.
Alcys, Ray. Bahkan tuk menyebut nama mereka saja rasanya aku tak ada daya. Bagaimana cara mereka menjelaskan semua ini? Bahkan, argumen wanita itu membuat hati ku semakin teriris rasanya.
"Ohh ya? Benarkah? Kalau begitu artinya bagaimana? Kau tak berarti bagi Ray, adikku. Bahkan aku pikir pacar Ray adalah Alcys, wanita cantik yang sedang duduk bersamanya. Lihatlah, dia baik dan terlihat lebih sopan dibanding dengan kau. Pantas saja adikku lebih memilih mengenalkan Alcys dengan keluarga kami dibanding kau. Bahkan Ray selalu membanggakan gadis itu dibanding dirimu."
Benarkah Alcys telah berkenalan dengan keluarga Ray sebelum diriku? Apa benar Ray selalu membanggakan Alcys dibanding aku?
Ohh, ya Tuhan. Ini begitu sakit yang tak dapat lagi aku ungkapkan.
Apakah ini jalan yang tepat untuk akhir hidup ku?
Perlahan tangan sebelah kanan ku mulai bergerak menjalari setiap bagian di perutku. Aku merabanya dengan sisa-sisa sesegukan yang ada.
"Maaf, aku tak dapat menjadi ibu yang baik bagi mu. Maaf, aku harus mengubur harapanmu untuk bisa menatap dunia. Maaf, waktu mu terlalu singkat tuk dinikmati. Maaf, aku-" Benar rasa yang berat bagiku. Aku tak tau harus mengeluarkan kata maaf yang bagaimana lagi bagi bayi ini.
Aku terus menatap aliran sungai dari atas jembatan yang kini menopang tubuhku. Aliran nya cukup tenang dengan beberapa rintikan hujan yang kemudian menghilang.
"Kenapa harus kau dan Ray, Alcys? Kenapa?"
Sekuat tenaga aku mencoba menepis semua pikiran buruk ini, tapi hati ku? Tak punya pilihan selain ketakutan yang selama ini mulai terungkap.
Ini pilihan yang benar, aku harus kuat.
Dalam hitungan ketiga, aku berniat mengakhiri hidup ini.
Ku tarik nafasku dalam-dalam.
Dan, ya...
Kyaaa-
💭💭💭
Author PoV.
"Hahh, sial. Bencana apalagi ini, astaga." Umpatan kecil mulai keluar dari mulut pria tampan itu, ia terlihat agak kesal sembari memukuli stir mobilnya. "Ada apa dengan mu, hah? Benar-benar tak dapat diajak kerjasama." Lanjutnya.
Pria itu mulai bergerak keluar dari mobilnya, ia berjalan kemudian menuju sumber masalah yang membuat laju mobilnya berhenti seketika.
Pria itu adalah dr. Zayn. Pria tamban yang beberapa hari lalu kesulitan mencari alamat yang akan ia tuju.
Sayup-sayup dr. Zayn mendengar suara tangisan seorang wanita. "Ahh, tak mungkin." Bagaimana bisa hujan sederas ini, ia mendengar suara tangisan wanita. Sungguh mustahil bukan?
Ia kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda, mengecek setiap keadaan mesin, sembari memegangi payung ditangan kirinya.
Hiks... Hiks... Hiks...
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Tonight [ SLOW UPDATE ✓ ✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓]
Romance✓ Ga ada Prolog-prolog-an !!! ✓ Yang belum follow, silahkan follow dulu sebelum cerita ini ditambahkan. ✓ Jangan lupa tinggalkan jejak setiap chapter nya ✓ Yang kurang kreatif atau bahkan nggak kreatif samasekali, menyingkirlah! ✓ Kalau kepo, langsu...