Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bacanya sambil dengerin lagu : 🎶 Roman Picisan - Hanin Dhiya x Ahmad Dhani 🎶
42 - Bukit
Tiga hari berlalu dengan pesat. Waktu pun sudah memijak pada malam hari. Sekarang, Alga sedang dalam perjalanan menuju rumah Sania. Laki-laki itu antusias sekali kala hendak bertemu perempuannya. Hingga akhirnya motor besar Alga berhasil menggiring tubuhnya di rumah Sania yang bernuansa cream itu. Alga segera mengirim pesan kepada Sania untuk bersiap-siap dan menemuinya di depan.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Perempuan bernama Sania itu kini menampakkan batang hidungnya dengan jaket Estrella kebanggaannya yang melekat di tubuh. Alga merasa lega saat melihat wajah Sania yang sumringah. Dia tahu, Alga akan menggiringnya ke sebuah tempat untuk menghabiskan waktu bersama. Hanya, Sania tak tahu akan dibawa ke mana.
"Hai!" Sania terlihat antusias. "Lama ya?"
Alga mengangguk, tangannya terangkat dan menggapai puncak kepala Sania untuk ia beri usapan. "Udah biasa. Tapi nggak lama-lama banget kok."
"Oke, nanti bakal aku lama-lamain sampe lamaaaaa banget."
"Sampe akunya jadi tengkorak gitu?"
Sania mengangguk tanpa ragu.
***
Alga membawa Sania ke sebuah bukit, yang mana durasinya kala menggunakan motor hanya satu jam dari rumah Sania. Namun, selama satu jam itu juga Sania menutup matanya karena dititah oleh pacarnya itu. Jadi, Sania harus senang atau frustasi?
Alga turun dari motornya lebih dulu. Tangan Sania digenggamnya dengan cukup erat, mengingat perempuan itu tengah memejamkan kedua matanya karena dititah. Tak sesekali Sania mengoceh, bertanya-tanya di mana mereka sedang berada. Namun, Alga tak menghiraukan dan tetap mengayun kakinya untuk melangkah, diekori Sania di belakangnya dengan tangan mereka yang saling tertaut.
"Ini di mana?" tanya Sania penasaran. Sania masih setia memejamkan kedua matanya.
Alga tak merespon. Tangannya ia lepas dan sudah tak menjadi komando untuk Sania melangkahkan kakinya. Alga terus mengayun langkah. Hingga akhirnya kedua kakinya itu berhenti berpijak.
"Berhenti."
Hal sial bagi Sania, keningnya terbentur punggung Alga yang terlampau keras. "Shhh!"
Ringisan itu membuat Alga menoleh ke belakang, memeriksa Sania yang baru saja terbentur punggungnya.