8. Rencana Pernikahan

4.1K 280 7
                                    

Happy Reading

o0o

Siang itu seluruh pria Delond tengah berkumpul di taman belakang. Hanya duduk dan berbincang biasa antara ayah dan anak.

"Jadi, kapan pernikahan Daddy akan di selenggarakan?" Tanya si bungsu, Airlangga Delond.

"Hmm... Daddy masih harus membicarakan hal ini dengan calon Mommy kalian Boys." Leon dan Karin memang menunda pernikahan mereka karena kesibukan yang menggunung bulan ini.

Bahkan Leon saja harus berangkat lagi ke London untuk mengurus masalah kantor nya, pekan depan. Karin juga sibuk mengurus desain-desain client-nya yang belakangan ini membeludak.

"Tapi sebisa mungkin akan di laksanakan bulan depan," lanjut Leon. Kelima putra Leon hanya mengangguk, bagaimana pun mereka tau seberapa sibuk Daddy nya itu. Bahkan untuk istirahat pun Leon jarang.

o0o

Dilain tempat, Karin membolak-balikkan kertas rancangan gaun pesanan client-nya. Sesekali ia mengurut kepalanya ketika menyadari ada beberapa bagian yang harus di ubah akibat permintaan customer nya itu.

Butiq milik Karin memang bukan butiq terkenal hingga ke penjuru negeri. Namun, butiq nya cukup terkenal di kota tempat ia tinggal.

Ceklek

Nina melangkah masuk dengan segelas teh dan juga sepiring cemilan di tangannya. Gadis berusia 24 tahun itu menghampiri bos nya, menyuguhkan teh dan cemilan yang ia bawa ke hadapan Karin.

"Thanks Nin," ucap Karin yang dibalas anggukan oleh Nina.

Nina masih memperhatikan Karin yang sibuk sendiri dengan desain-desain nya. Mereka memang punya banyak pesanan yang mengejar deadline bulan ini. Oleh karena itu Karin tampak sibuk, begitu juga dengan Nina. Namun, gadis itu memilih untuk istirahat sebentar sekarang.

"Mba, tanggal nikah nya sudah di tentukan?"

Pertanyaan dari Nina membuat Karin menghentikan kegiatannya sebentar. Baru saja ingin menjawab, sebuah dering telpon menahan suaranya.

Leon

Nama yang tertera disana. Karin mengkode Nina dengan tangannya, seolah berkata 'tunggu sebentar'. Karin mengangkat panggil tersebut.

"Halo, mas."

"Kamu dimana?"

"Biasa, di butiq," jawab Karin ia menatap sekilas kearah Nina yang sedari tadi menatap nya dengan penasaran.

"Mas jemput kamu, kita makan siang di luar," ucap pria di seberang sana.

"Oke, aku tunggu."

"Iya."

Begitu sambungan terputus, Nina langsung menyerbu Karin dengan pertanyaan nya, "Kenapa bos? Pak Leon ya?" Tanya gadis itu dengan binar penasaran.

"Heem, ngajak makan siang bersama, kemungkinan sekalian bahas pernikahan juga." Karin membereskan kertas-kertas yang berserakan di meja nya. Ia juga menata keperluan yang akan ia bawa di tas nya, yang tadi berhambur keluar karena mencari barang dengan buru-buru.

"Owhh, kalau begitu saya tunggu kabar baik nya," ucap Nina dengan kekehan nya, lalu berlalu pergi dari ruangan Karin. Karin hanya geleng-geleng melihat tingkah aneh Nina.

Bukan hal aneh lagi Karin sangat dekat dengan Nina. Selain bekerja dalam satu tempat yang sama, Nina juga merupakan sosok yang telah bersamanya sejak awal ia membangun butiq ini. Hal itu tentu saja membuat Karin menganggap Nina sebagai putrinya sendiri.

CatreenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang