6. Bunda Sarah

4.3K 304 7
                                    

Hai semua!
Sebelum kamu baca Part 6. Bunda Sarah,
Author mau nanya nih, udaha pada tambahin cerita ini ke perpustakaan belum? Kalau belum segera tambahin ya! biar kamu ga ketinggalan pengumuman atau pun up date-an cerita ini.
Terimakasih;)

Happy Reading:)


o0o

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

o0o

Selesai mandi Catreena keluar dari kamar khusus milik Karin. Ia menatap Karin yang masih berbincang kecil dengan Sarah, client nya.

"Adek, kok lama?" Tanya Karin yang menunggu gadis itu sedari tadi..

"Cattie mandi Mommy, udah segerrr."

"Kok mandi sayang? Mommy bilang kan bersih bersih dikit aja."

"Tapi bersih-bersih itu mandi kan Mommy?" Tanya nya lugu membuat Karin hanya tersenyum gemas sedangkan Sarah sudah terkekeh kecil.

"Yaudah deh," pasrah Karin.

Catreena kembali sibuk menonton kartun di labtob Mommy nya, gadis itu kini sudah tenang bertengger manis di meja kerja Karin.

"Oke deh Mba, kalau begitu saya pamit dulu ya. Terima kasih kerja sama nya," Pamit Sarah

"Iya silahkan Bu Sarah, terima kasih juga sudah percaya pada saya."

"Terima kasih kembali, mba."

Sarah berlalu keluar dari ruangan Karin yang tentu saja di ikuti oleh Karin sebagai bentuk sopan santun.

Karin berjalan menuju putrinya, ia kemudian mengelus pelan surai putrinya sambil tersenyum lembut. Catreena yang mengerti kode dari Mommy nya segera beranjak menuju sofa sambil membawa laptop Karin. Lalu Karin kembali sibuk mengerjakan pesanan-pesanan clien nya.

Belum juga duduk, Catreena menatap bingung pada benda pipih yang tergeletak disudut sofa, ia tau itu pasti bukanlah milik Mommy nya. Ia mengangkat benda berlogo apel tergigit itu,
"Mommy, ini punya siapa?"

Karin yang ditanya mendongak, menatap benda yang dimaksud oleh putrinya. "Sayang, itu seperti nya punya client Mommy yang tadi".

"Iyakah? Kalau gitu ketinggalan dong! Mommy, adek kasih ini dulu yaa!" Ucap Catreena langsung berlari keluar ruangan Karin, bahkan sebelum mendengar jawaban dari Mommy nya itu.

Catreena menuruni tangga dengan terburu-buru, ia bahkan tak menghiraukan teguran Nina yang khawatir pada putri Bos nya.

Hingga di tiga tangga terakhir, Catreena malah menyandung kaki nya sendiri hingga badannya terhuyung ke depan. Ia nyaris saja jatuh kalau saja seseorang tak menyanggah tubuh mungil nya.

"Hati hati, nak."

Catreena mendongak menatap sosok pria paruh baya jangkung yang baru saja menolong nya. Ia terpana sejenak saat menatap paras yang tak muda lagi itu, sstt! Tapi masih tetap tampan. Banget!

CatreenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang