HAPPY READING YEOROBUN 💞
--------Altha keluar dari kamar. Netranya menangkap para abdi ndalem yang sibuk berlalu-lalang, berbeda dengan Alvin, Lala, dan Ganeth yang tengah menyantap sepiring makanan. Seakan mereka adalah mandor.
"Ngapain kalian?" ucap Altha dengan suara serak baru bangun, ia sempat ketiduran tadi, selepas mengantarkan uminya belanja.
Ganeth mendongak. "Makan," ucap Ganeth memasukan sepotong brownis kemulutnya.
"Aza mana?" Tanya Altha memperhatikan sekitar, tak nampak sosok Aza. "Di tanya kok pada diem?" ucap Altha penuh penekanan, kedua sahabat Aza nampak diam.
Ganeth bingung. Jika ia menjawab jujur, bahwa Aza sedang tidak enak badan. Ia takut Aza marah gadis itu juga terlihat menghindari Gus Altha. "Katanya nanti, mau bungkus kado dulu" ucap Ganeth mencari alibi yang sedikit masuk akal, bukan dengkul.
Mendengar itu, Altha lantas memutuskan untuk keluar. Bisa saja Aza sudah datang kan. "Azalia" gumam Altha pelan begitu melihat sosok Aza, begitu ia akan menghampiri-nya gadis itu terlihat sedang mengobrol serius.
Lama Altha memperhatikan itu, hingga tak sadar seseorang menepuk bahunya keras.
"Jaga pandangan Gus" sapa orang itu, kang Hamdan, di temani kang Lutfi.
"Ck, kenapa kang Hamdan selalu buat mood saya ancur" ucap Altha kesal sambil berlalu mengadu pada sang Abah untuk mengusir kang Hamdan.
Aza masuk ke ndalem, bersamaan juga dengan ustad Zaynal dan Ian yang lagi-lagi memakai baju couplean. "Assalamu'alaikum tad" sapa Aza sopan.
"Wa'alaikum salam, ayok masuk Za" ucap Ian seakan dia tuan rumahnya.
Aza masuk di belakang dua ustad tersebut. Menuju ruang tamu, tempat Gus Altha dan yang lain mengumpul. Tadi ia memang sempat bertemu si kembar untuk memberikan hadiah, dia juga mau menitipkan hadiah untuk Altha. Tapi si kembar menolaknya dan memintanya memberikan hadiah sendiri.
Begitu sampai ruang tamu terlihat Alvin dan Altha tengah duduk bersebelahan, juga kang Lutfi. Kedua sahabatnya duduk tenang, dengan Lala yang sedang bermain hp Alvin dan Ganeth yang tengah memakan brownis sambil mencuri Padang kang Lutfi.
Aza duduk di tengah-tengah kedua sahabatnya, menyempil. Tubuhnya yang mungil mempermudah itu walau di iringi dengan protestan dua sahabatnya. Berbeda dengan Gus Altha yang malah tersenyum tipis, merasa terhibur.
"Ye Lo kira upil, bisa nyempil" protes Ganeth terganggu.
"Sabodo" ucap sambil mencomot brownis.
"Biasa aja, copot tuh mata" ucap Aza sinis, meraup wajah kedua sahabatnya, yang sibuk sendiri.
"Milad sangid Altha"
"Moga panjang umu- kesabaran gue ngadepin Lo" ucap Ian dengan senyum miringnya.
"Thanks" ucap Altha singkat.
"Hadiahnya nyusul, okh." Ujar Ian tak tahu diri.
Altha tak menghiraukan ucapan keduanya, fokusnya kini teralihkan pada Aza yang tengah duduk anteng. Tidak seperti biasanya, dan lagi mukanya sedikit pucat. "Kamu ga apa-apa?" Tanya Altha khawatir.
Mendengar itu mereka lantas menatap Altha bingung, menanyai siapa dia. Mengikuti arah pandang Altha terlihat Aza yang tengah menunduk, sepertinya tidak menyadari pertanyaan Altha.
"Kenapa?" Tanya Altha pada kedua sahabat Aza. Tatapannya menajam.
Lala menghembuskan nafas panjang. "Lagi gak enak badan" ucap Lala pelan, bahkan hanya dengan gerakan bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijbar [Terbit]
Teen FictionAza tak menyangka akan di pertemukan kembali dengan Altha, di saat dia sudah hampir melupakan laki-laki itu. Terlebih fakta mengejutkan, Altha merupakan penerus utama pondok pesantren yang ia tinggali. Aza cukup tahu diri, ia sudah biasa menelan ke...