chapter 28

13.6K 720 12
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
----------

Pagi hari yang indah, saat matahari masih bersembunyi di tempatnya. Ganeth dan Lala pergi untuk mengaji klasikal pagi di aula putra, sesuatu yang sangat jarang mereka lakukan. Bosan yang menjadi alasan utama mereka saat ini.

"Mbak, yang kerudung merah kok cantik banget" baru saja meletakan sandal di depan pintu pembatas Ganeth sudah malas. Dia memang mengenakan kerudung merah.

"Baru tau Lo!" ucapnya mengangkat sebelah alisnya, tersenyum kecil. Menggoda balik.

"Ga usah di ladenin kenapa." bisik Lala pelan, kalo Ganeth sudah bertindak tidak akan ada habisnya.

"Wih, pede juga Mbak-nya." ucap salah seorang kakang santri yang tengah berkumpul di depan teras ndalem sepuh, depan aula putra.

Ganeth hanya mengangkat bahu. "Bocil diem deh!"

"Mbak mau gak jadi pacar saya?" ucap kakang itu, mungkin perawakan sedikit mirip dengan Alvin, lebih kecil sedikit dan juga putih.

"Boleh tuh, punya apa Lo?" ucap Ganeth percaya diri. Lala hanya menepuk dahi pasrah, melihat kelakuan sahabat gesreknya.

"Ekheem!"

Deheman itu datang dari arah belakang. Menyadari suara siapa itu Ganeth lantas membalikan badannya, begitu juga Lala.

"Kang Lutfi" ucap Ganeth lirih, meneguk salivanya kasar. "Kang dia godain saya." tunjuknya tepat pada kakang tadi.

"Benar itu Daniel?" tanya kang Lutfi pada Daniel yang sedang menunduk. 

"Afwan ustad."

Dengan tidak sopan-nya Lala menarik Ganeth pergi dari sana, mereka berdua sudah ketinggalan mengaji karena insiden tersebut.

"La kok pergi sih!"

"Kita niatnya mo ngaji, bukan apel."

"Tapi kan, itu ada kang Lutfhi"

"Maka dari itu Lo harus di bawa pergi, kalo nggak sifat menjamet Lo keluar."

"Tega bener Lo."

"Biar- lho Alvin" ucap Lala seketika begitu melihat Alvin di samping ndalem sepuh.

"Kenapa Ning?" tanya Alvin mendekat.

"Aza kapan balik" sahut Ganeth cepat, tak membiarkan Lala berbicara membalas perbuatannya tadi.

"Ga tau, gue punya berita hot nih. Tapi jangan sampai si Aza tau" ucap Alvin begitu teringat telfon Abangnya semalam.

"Apa?"

"Apa?"

Jiwa kepo mereka keluar. Lantas menyuruh Alvin untuk cepat menceritakannya.

"Jadi Abang semalem kagak balik, terus gue telfon. Saat itu jam sebelas malam, Lo tau apa yang gue dengar?!"

"Apaan anjir, gak usah sok misterius deh" gerutu Ganeth kesal.

"Apa Gus" ucap Lala tanpa sadar.

"Ahhh senangnya di panggil Gus" ucap Alvin tersenyum lebar, lantas kembali serius. "Suara perempuan, dia bilang Abang masih tidur. Terus beberapa saat kemudian.....

"Eughh siapa yang nelfon"
"Ahhhkk sakit tau"
"Maaf gak sengaja ke pegang"

"Menurut kalian gimana coba, pikiran Lo tertujunya ke apa? dan lagi Abang bilang mau tanggung jawab" ucap Alvin mengebu-ngebu.

"Anjir, pasti ngewe nih."

"Ogeb, masa Gus Altha kayak gitu" ucap Lala tak yakin.

"Astagfirullah, kalian lagi ngapain?!" Suara itu mengalihkan perhatian mereka bertiga.

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang