Chapter 59

11.1K 625 64
                                    


HAPPY READING YEOROBUN 💞
-------------

Pagi harinya Lala dan Aza bergegas memindahkan kado dari bagasi ke kamar, di bantu juga oleh Zayin. Ganeth sendiri sedang mandi jadi mereka memang harus cepat-cepat.

"Berat banget Weh, ini isinya apa coba?" Tanya Aza heran, semua kotak kado itu berukuran besar dan lumayan berat.

"Gak tau lah lupa, lagian yang bungkus juga para Mbak ndalem bukan aku" kata Lala santai.

"Dasar!" Cibir Zayin.

Lala memutar badannya ke arah Aza dan Zayin. "Terus gunanya abdi ndalem buat apa kalo gak di pake?"

"Astagfirullah Ning, tobat."

Lala tertawa kecil. "Canda elah."

Mereka bertiga menatap bangga tumpukan kado yang memenuhi kamar, lalu duduk di lantai dengan bersandar pada tembok.

"Woiii."

Aza terhentak kaget, menatap Khanza dengan raut datar. "Ngapain di sini? Sekolah Sono."

Khanza memutar bola matanya malas. "Iye deh percaya sama yang udah lulus."

"Loh bener kan kita emang udah lulus" Aza meminta pendapat Zayin, dan di balas oleh anggukan kecil.

"Ye." Setelah mengucapkan itu Khanza melenggang pergi dari kamar berjalan menuju dapur untuk mengambil makan, dan segera berangkat sekolah.

"Abah sama bunda Ganeth dateng jam berapa Za?" Lala bertanya sambil meminum air dalam botol Aqua.

"Kayaknya jam 08:00 deh, tapi gak tau juga sih tergantung macet gaknya."

"Aku yakin Ganeth pasti seneng banget." Celetuk Zayin mantap.

Aza memeriksa arlojinya dengan sedikit cemas, pasalnya sedari tadi malam ia belum pulang ke ndalem. "Kalian di sini aja ya sampe Ganeth selesai, aku mau ke ndalem takut di cariin."

"Ya udah sana."

Aza mengangguk kecil dan sedikit berlari keluar dari kamar menuju ndalem, banyak santri berlalu lalang sambil membawa makan atau hanya sekedar lauk. Ia menyapa Mbak-mbak yang sedang berada di dapur dengan sopan, terlebih rata-rata mbak pengurus.

Tanpa lama ia langsung membuka kamar dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, Namun tidak ada Altha. Ia memutuskan untuk bersantai di kasur setelah melepas kerudung, tapi pandangannya malah teralihkan dengan kitab berwarna hijau di meja nakas samping tempat tidur.

Aza mengambilnya dengan santai, menatapnya lamat-lamat, ia bukan anak polos yang tidak bisa membedakan kitab-kitab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aza mengambilnya dengan santai, menatapnya lamat-lamat, ia bukan anak polos yang tidak bisa membedakan kitab-kitab. Bahkan untuk membaca kitab gundul atau murodhi ia juga jago, kitab itu juga sudah tidak asing lagi baginya.

Namun yang mengganggu pikirannya adalah kenapa kitab itu bisa ada di meja, dan untuk apa Altha membacanya. Memikirkan itu membuat muka Aza menjadi merah, di kepalanya terdapat banyak jawaban yang muncul.

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang