chapter 36

15.2K 776 22
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------

Begitu mendengar penjelasan singkat Gus Altha dan kakeknya, juga Vidio klip dari pernikahan tersebut. Berbagai emosi Aza rasakan seketika itu juga, sedih, marah, juga bahagia. Namun ia berusaha untuk tidak bersikap kekanakan, dengan kabur, atau malah marah.

Ia memang sempat menduga kemungkinan ini dengan Ganeth dan Lala, namun setelah mengetahui kebenarannya dari kakek dan Altha rasanya seperti ilusi yang nyata. "Bunda apakah ini mungkin?"

"Aza seneng bunda milih orang yang Aza suka buat jagain Aza.... Tapi juga sedih karena bunda sama ayah gak jujur sama Aza."

"Kenapa bunda sama ayah enggak bilang Aza, kalo sakit. Aza ngerasa jadi anak yang gak berguna."

Lama bergelut dengan pikiranya sendiri, hingga akhirnya ia terlelap dalam alam mimpi.

Altha masuk ke kamar dengan perasaan yang berkecamuk, khawatir Aza tak bisa menerima semua itu, namun lega karena bisa jujur. Melihat istri kecilnya yang terlelap dalam tidur dengan baju dan kerudung yang basah, ia jadi tidak tega.

"Maafin saya" lirih nya sambil memnenarkan posisi tidur istrinya, melepaskan kemeja kotak-kotak yang setengah basah oleh air mata, menyisakan kaos hitam berlengan pendek yang Aza pakai.

Laki-laki itu juga melepaskan kerudung yang Aza pakai, menampakan rambut sebahu Aza yang berwarna biru di bagian dalamnya.

"Cantik" gumamnya pelan, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh istri kecilnya. Beranjak keluar untuk menemui kakek Hasyim yang masih menunggu di ruang tamu.

"Gimana? Aza bisa menerima semua itu gak" tanya kakek Hasyim.

Altha menghembuskan nafas kasar. "Dia emang keliatan nerima dan biasa aja, tapi Altha tau kalo dia gak sekuat itu. Apa ini yang terbaik kek?"

"Bicarain pelan-pelan, kedepannya mau gimana? Juga bujuk dia pelan-pelan biar terbuka sama kamu. Kalo gak dia bakalan kayak gitu terus, dan itu berpengaruh pada kesehatan Aza" nasehat kakek Hasyim pada Altha.

"Iya kek, nanti Altha bicarain sama Aza, juga coba bujuk Aza pelan-pelan."

Kakek Hasyim meminum kopinya, lalu menatap jejeran kitab yang berada di lemari kaca. "Mau nginep atau gimana?"

"Nanti tergantung Azanya gimana." Jawab Altha seadanya.

"Kakek minta tolong buat badalin ngajar mau? kakek lagi gak enak badan."

"Boleh kek, Altha juga bingung mau ngapain."

"Yaudah, kakek ke kamar yah. Jaga Aza yang bener, jangan kecewain kedua orang tuanya."

*****

Dua jam berlalu, Altha kini tengah mengajar ngaji mbadali kakek Hasyim yang memang sedang tidak enak badan. Tampak para santri yang tadi membicarakan dirinya dan Aza menunduk malu, menyadari kesalahannya. Altha hanya menunjukan wajah datarnya selama mengajar, tidak tersenyum sedikitpun.

Pukul sepuluh malam tepatnya, ia baru selesai mengajar kita Hadisth Bukhari. Masuk ke dalam kamar, gadis yang tadi masih tertidur lelap kini tengah mencengkeram dadanya tak menyadari bahwa ada yang masuk.

"Hik-s hi-ks bunda"
"Ayah hikhs"

Altha berjalan pelan, menarik tangan Aza, menggenggamnya erat. "Jangan berlagak kuat dan gak terjadi apa-apa, kalo kamu emang gak bisa Za" ucap Altha pelan. "Kamu punya saya, yang bisa di jadiin sandaran kamu."

Aza terperanjat begitu tanganya di tarik tiba-tiba, menyadari Altha yang duduk di sampingnya ia mengangguk dengan wajah sembabnya, pipi, hidung, dan matanya memerah sangat kontras dengan warna kulit Aza. Membuat Altha gemas sendiri. "Mau pulang atau nginep?"

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang