09. Bunglon [SUDAH DI REVISI]

81.9K 6.9K 119
                                    

Part-nya sudah aku Revisi, tapi kalau kalian nemuin kesalahan dalam penulisan tolong tegur aku yaa, terimakasih.


HAPPY READING!

🦇🦇🦇

Cuaca pagi ini tidak cukup bagus, awan hitam di iringi dengan rintik-rintik hujan yang mulai berjatuhan ke bumi di temani udara dingin.

Athela menuruni anak tangga satu persatu dengan seragam sekolah yang sudah melekat pada tubuhnya, tangan gadis itu bergerak menaikan tudung hoodie hitamnya hingga wajahnya tidak terlalu terlihat.

Athela mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sekolah. Gadis itu memarkirkan mobilnya, tangannya mengambil beberapa paper bag berisikan oleh-oleh untuk temannya. Tidak banyak hanya ada tiga buah paper bag berukuran sedang.

Gadis itu berlari menerobos hujan yang sudah tidak terlalu deras. Dahi Athela mengernyit saat melihat pintu ruangan khusus milik Vincent sedikit terbuka, dengan gerakan pelan gadis itu membuka pintunya.

"Pak, ini saya buatin bekal khusus buat Pak Vincent. Ini saya sendiri loh yang masak!" ucap seorang gadis yang berdiri membelakangi pintu masuk.

Athela memandang gadis di depannya dengan diam, ia ingin melihat sampai mana gadis di hadapannya ini kuat menghadapi sifat Vincent.

"Tidak perlu." jawab Vincent tanpa menatap gadis yang berada di hadapannya.

"Tapi ini masakan kesukaan bapak loh! Saya juga jago masak, jadi masakan saya pasti enak." ujar gadis tersebut dengan percaya diri.

Vincent memijat pelipisnya pelan, pusing melandanya. Ia belum sempat beristirahat setelah pulang dari Amerika dua hari yang lalu. Dan pagi ini harus di hadapi dengan ocehan tidak jelas gadis di hadapannya. Jika saja gadis yang berada di hadapannya adalah Athela gadisnya, pasti Vincent akan merasa lebih baik.

"Bapak pusing? Biar saya pijitin ya, pak?" tawar gadis itu tidak menyerah.

"Nggak perlu. Vincent punya gue, lo nggak perlu repot-repot bawain bekal buat dia apa lagi sok-sokan perhatian sama dia." Athela menyaut dengan ketus sambil berjalan memasuki ruangan Vincent, gadis itu meletakkan paper bag nya di sofa.

"Kenapa? Pak Vincent aja nggak merasa risih kok sama gue, iya 'kan pak?" tanya gadis di hadapan Athela dengan sombong. "Lagian emang lo siapanya?"

Athela memutar kedua bola matanya malas, melihat tingkah gadis itu yang berubah-ubah layaknya bunglon membuat Athela muak. Sedangkan Vincent tidak menjawab laki-laki itu memilih diam. Membiarkan gadisnya yang menghadapi gadis tidak jelas itu.

Vincent menarik pinggang Athela hingga mendekat, laki-laki itu memeluk tubuh Athela yang tengah berdiri dengan erat. Athela mengelus rambut Vincent dengan lembut, sudut bibirnya terangkat menampilkan senyum kemenangan pada Zeva.

Zeva mengepalkan tangannya. Menatap tidak suka pada pemandangan di hadapannya.

"See? Dari sikap Vincent aja lo udah bisa simpulin sendiri 'kan?" Athela menatap remeh kearah Zeva.

Zeva mengacuhkan ucapan Athela, gadis itu menarik senyumnya. Kemudian berujar, "Saya pamit keluar dulu ya pak, bentar lagi bel masuk. Jangan lupa di makan bekal buatan sayanya."

Athela menatap kepergian Zeva dengan datar, setelah pintu benar-benar tertutup pandangannya teralihkan pada Vincent yang tengah memejamkan matanya di dalam dekapan Athela.

Athela mengusap-usap dengan lembut puncak kepala laki-laki itu, sesekali tangannya bergerak memijat pelipis Vincent. "Pusing?" tanya Athela.

Vincent mengangguk, "Sedikit."

AVARELICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang