"ATHELA ANJIR, LO KENAPA BISA KAYAK GINI?" teriak Brichia dengan heboh saat memasuki ruang rawat Athela.
Athela tersentak kaget.
"Berisik." desis Axelio yang tengah tertidur di sofa bersama saudara-saudaranya yang lain.
Brichia, Lea, Claire menoleh. Mereka menatap kearah keturunan Avarelic yang tengah tertidur di atas sofa serta kasur lantai. Mereka tidak tahu akan ada generasi Avarelic di sana.
Brichia menggaruk tengkuknya tidak gatal kala mendapatkan teguran tidak mengenakan dari pujaan hatinya. "Sorry." ucapnya tidak enak.
Axelio hanya menatap Brichia dengan datar, laki-laki itu kembali memejamkan matanya.
"Gimana keadaan lo sekarang?" tanya Claire sambil meletakkan buah-buahan yang ia bawa di atas nakas.
"Not bad." jawab Athela sambil berusaha mendudukkan dirinya.
"Jangan di paksain, At. Tiduran aja." ucap Lea sambil mencegah Athela yang hendak duduk. Bahkan perempuan itu meletakkan dengan asal bolu buatannya.
Athela mengangguk. "Lo tau siapa yang ngelakuin ini?" tanya Brichia mendekat.
Athela mengangguk. "Bahkan kalian sekali tebak pun langsung tau siapa orangnya." balas Athela.
Mereka mengangguk. "Pasti kerjaannya nenek lampir, siapa lagi kalau bukan dia yang suka ngusik Athela." ucap Lea di angguki setuju Brichia.
"Bener-bener gak ada otak ya tuh orang. Gue gak ekspetasi dia bakal lakuin hal senekat ini." ucap Claire dengan tidak percaya dengan apa yang Zeva lakukan, perempuan itu sudah melewati batasnya.
Seperti nya Zeva benar-benar menganggap Athela musuhnya yang harus di musnahkan.
"Apa dia gak punya otak? Kita bahkan bisa dengan mudah buat dia mendekam di dalam penjara. But, keberaniannya patut di apresiasi." ucap Lea sambil bertepuk tangan.
"Cara main dia terlalu gegabah." sahut Brichia.
Athela mengangguk. "Gegabah, di penuhi emosi dan rasa ingin menang. Tapi cara main dia gak rapih, pada akhirnya dia bakal memperumit diri dia sendiri." jelas Athela.
"Udah lah, kita lupain dia. Sekarang mending kita fokus ke keadaan lo dulu." ucap Lea.
Mereka mengangguk menyetujui.
"Gimana keadaan di sekolah?" tanya Athela.
"Aman. Si Zevajing juga enggak ada cari masalah." jawab Lea sambil mengupas kulit apel.
"Ngapain kulitnya lo kupas, anjir?" tanya Brichia pada Lea.
Lea menoleh. "Biar enak lah, gue takutnya Athela gak suka kulit apel."
"Yee itu mah lo, bukan Athela." S
sinis Brichia sambil mendengus kesal.Lea menyengir. "Ya gue juga kan mau." jawabnya dengan watados.
Claire mengambil kulit Apel yang sudah Lea kupas, lalu memasukkannya kedalam mulut Lea yang hendak berbicara. "Makan tuh kulit Apel."
"Claire, bangsat." maki Lea dengan kesal.
Sedangkan yang di maki hanyalah mengangkat bahunya acuh. Cewek itu berjalan menghampiri kekasihnya yang tengah tertidur.
***
Athela mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan usapan di kepalanya. Gadis itu melenguh kecil.
Vincent tersenyum kecil melihat Athela yang terganggu olehnya.
Athela membuka kedua kelopak matanya perlahan-lahan. Gadis itu tersenyum manis melihat Vincent yang berada di sampingnya.
"Sejak kapan di sini?" tanya Athela.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVARELIC
Teen Fiction"What I want is for you to die slowly, bitch." ••• [BELUM DI REVISI DAN MASIH BANYAK TYPO ATAU KESALAHAN NAMA DI DALAMNYA] Ini kisah Athela Brianne Latheisa Avarelic. Gadis cantik dan imut, memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Tidak banyak yan...