28. Back spoiled [SUDAH DIREVISI]

55.3K 4.7K 45
                                    

HAPPY READING!

***

Alaric hendak menurunkan Athela dari gendongannya, namun gadis itu malah mengeratkan lilitan kedua kakinya dan lengannya pada pinggang dan leher Alaric. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan kencang. "Gak mau turun!" tolaknya mentah-mentah.

Alaric mengalah, laki-laki itu mendudukkan dirinya di sofa dengan Athela yang berada di atas pangkuannya. Gadis itu semakin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Vincent.

"Parfum kalian ganti ya? Wanginya gak enak." celetuk Athela seakan melupakan kejadian yang sudah terjadi.

Alaric melepaskan pelukan Athela dengan paksa, laki-laki itu mendudukkan Athela di sampingnya. Saat melihat Athela yang hendak merangkak naik ke pengakuannya dengan cepat Alaric tahan.

"Diam." ucap Alaric dengan kesal karena Athela terus banyak bertingkah padahal kaki gadis itu jelas-jelas tengah terluka.

Athela diam, gadis itu menatap kakinya yang di letakkan di atas paha Alaric. "Sakit?" tanya Alaric dengan nada suara yang terdengar lebih bersahabat dari sebelumnya.

Athela menggeleng kemudian mengangguk. "Sakit banget!" keluhnya dengan ekspresi berpura-pura kesakitan.

Alaric menyentil dahi Athela hingga menimbulkan suara yang cukup kencang. "Gak usah berlebihan, alay." sinis Alaric kepada Athela membuat gadis itu kembali mencebikkan bibirnya kesal.

"Jahat." gerutu Athela sambil mengusap dahinya yang memerah.

"Mau pulang aja, di sini percuma." ucap Athela ngambek, Athela menurunkan kakinya dari pangkuan Alaric, gadis itu berjalan dengan tertatih meninggal Alaric yang menatap punggungnya.

Alaric pikir Athela hanya sedang menakut-nakutinya agar laki-laki itu menahan kepergiannya. Namun sepertinya laki-laki itu salah, apa lagi saat mendengar suara mesin mobil yang kian menjauh membuat Alaric menghela nafasnya dengan kasar.

"Bodoh." makinya pada dirinya sendiri.

***

Athela merebahkan dirinya diatas kasur, gadis itu memejamkan matanya yang terasa berat sepertinya akibat menangis terus-menerus, di tambah lagi saat tadi perjalanan pulang gadis itu malah semakin menangis dengan kencang.

Bahkan Athela melampiaskan rasa kesalnya dengan memukul-mukul setir mobil hingga tangannya memerah, belum lagi Athela mengendarai mobil miliknya dengan keadaan kaki yang terluka tanpa terbalut alas apapun. Gadis itu membawa mobil dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa memperdulikan umpatan yang di keluarkan untuknya.

Athela meraih boneka beruang berukuran sedang membawanya kedalam dekapan gadis itu.

Athela memejamkan matanya yang kian memberat. Suara helaan nafas yang terdengar teratur menandakan gadis itu sudah memasuki alam mimpinya.

Ceklek.

Alaric menatap Athela yang tertidur memunggungi pintu kamar, laki-laki itu menutup pintu kamar Athela dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara bising.

Laki-laki itu berjalan menghampiri Athela. Alaric mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Athela, laki-laki itu mengusap anak rambut yang menutupi wajah gadisnya.

"Maaf, baby girl." bisik Alaric dengan lembut, laki-laki itu menatap khawatir pada Athela.

"Awalnya aku memang marah denganmu karena kamu tidak bisa membedakan aku dan Vincent. Namun aku sudah tidak marah lagi, aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu." Alaric mengusap pipi Athela dengan ibu jarinya.

AVARELICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang