06. He's Angry and She's Jealous [SUDAH DI REVISI]

106K 7.4K 47
                                    

Part-nya sudah aku Revisi, tapi kalau kalian nemuin kesalahan dalam penulisan tolong tegur aku yaa, terimakasih.

***

Athela berjalan memasuki bangunan yang terlihat sangat besar yang tak lain adalah Mansion milik keluarganya.

"Daddy udah pulang bi?" tanya Athela saat berhadapan dengan wanita paruh baya yang tak lain Asisten rumah tangga yang sudah cukup lama bekerja di mansion Avarelic.

Bi Inem mengangguk. "Sudah, non. Barusan tuan masuk ke ruang kerjanya."

Athela menganggukkan kepalanya. "Bi tolong buatin bolu coklat buat Athela, ya?" pinta Athela dengan puppy eyes andalannya.

Bi Inem terkekeh melihat tingkah nona mudanya. Athela memang sangat menyukai bolu coklat buatan Bi Inem, enak soalnya.

"Iya, Non. Bibi tadi udah masakin buat Non sama Tuan. Jangan lupa makan siang ya, Non. Bibi pamit kebelakang dulu."

"Iya, Bi. Terimakasih."

Athela meletakkan tasnya di meja belajar miliknya. Dengan gotai berjalan memasuki kamar mandi.

Tiga puluh menit lamanya Athela berendam di dalam bathtub, di rasa cukup Athela keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe, berjalan kearah Walk in closet.

Athela menuruni anak tangga dengan santai. Berjalan kearah ruangan di dekat tangga.

"Daddy!" panggil Athela pada Darric yang saat ini tengah berkutat pada berkas-berkas di hadapannya.

"Sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat. Maaf dad, aku akan kembali lagi nanti saat pekerjaanmu sudah selesai." kata Athela saat melihat sang ayah yang terlihat sibuk.

Darric mendongak saat mendengar suara putrinya. "Tidak, kemarilah. Apa putri Daddy menginginkan sesuatu?" tanya Darric dengan lembut pada Athela.

Athela mengangguk. "Besok pagi aku udah harus berangkat ke Amerika selama tiga hari, Dad. Aku mau menjalankan misiku, aku boleh minjam senapan punya Daddy?" tanya Athela sambil memainkan jarinya, menatap kearah Darric dengan pandangan penuh harap.

Sial, lihatlah putri nya bahkan sangat menggemaskan saat meminjam senjata miliknya. Ingat! Senjata berbahaya, bukan sebuah mainan.

"Of course, kau boleh memakai nya sesuka hatimu." ucap Darric dengan senyum tipis.

"Thanks, Dad!"

Darric mengangguk. "Vincent ikut pergi dengan mu, 'kan?" tnyanya.

Athela mengangguk, "Hmm."

"Syukurlah, setidaknya kamu tidak seorang diri di sana. Ya, walaupun Daddy tau kemampuan mu tidak bisa di remehkan, akan tetapi kau tetaplah putri Daddy." kata Darric sambil berjalan menghampiri Athela.

"Aku akan baik-baik saja, Dad. Percayalah!" ucap Athela penuh dengan keyakinan.

Darric mengangguk. "Ya, Daddy percaya denganmu. Jangan kembali dengan keadaan terluka, apa kau mengerti?"

"Iya. Athela ngerti, Dad."

"Good girl. Daddy nggak akan segan-segan ngasih kamu hukuman kalau sampai pulang-pulang kamu membawa luka." ucap Darric dengan serius, membuat Athela bergidik ngeri. Tentu saja Athela sangat tahu hukuman apa yang di maksud Darric. Membayangkan nya saja membuat bulu kuduknya berdiri.

"Daddy tidak suka melihat Putri Daddy terluka, meskipun itu hanya seujung jari."

***

Athela sudah bersiap dengan pakaian serba hitamnya, sebelah tangannya memegang jaket kebanggaannya. Sedangkan sebelah lengannya lagi memegang pistol kecil yang selalu gadis itu bawa kemana-mana.

AVARELICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang