Fyi gais, namanya Delvin itu sebenarnya Delvian, cuma sengaja aku panggilnya Delvin. Jadi semoga kalian gak bingung Yaa!
***
Seorang perempuan menarik tangan laki-laki yang tengah berjalan seorang diri dengan sekuat tenaga, perempuan itu menarik lengan laki-laki tersebut menuju tempat yang sepi, yaitu area gudang.
Zeva melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Delvian, perempuan itu menatap kearah kanan dan kiri membuat Delvin mengernyitkan dahinya bingung.
"Lo kenapa?" tanya Delvin bingung.
Zeva menoleh, perempuan itu menatap kearah Delvin dengan cemas. Sangat terlihat sekali dari raut wajah perempuan itu yang terlihat seperti ketakutan, serta peluh yang membasahi pelipis perempuan itu.
Zeva menatap Delvin dengan serius.
"Aku hamil, Vin."
Ekspresi wajah Delvin seketika berubah menjadi datar saat mendengar ucapan Zeva.
Melihat Delvin yang diam membuat Zeva semakin cemas. "Aku mau kamu tanggung jawab." ucap Zeva dengan nada memohon.
"Tanggung jawab?"
Zeva mengangguk.
"Lo yakin itu anak gue?" pertanyaan yang Delvin ucapkan membuat Zeva mengepalkan tangannya.
"Tapi kita sering ngelakuin bareng Delvian, bahkan hampir setiap hari! Dan lo bisa-bisanya tanya kaya gitu?" tanya Zeva dengan emosi bahkan perempuan itu sudah tidak menggunakan 'aku-kamu'.
Delvin terkekeh sinis. "Lo gak sesuci itu, Zevannya. Biar gue ingetin, lo itu jalang. Kerjaan lo itu muasin om-om hidung belang setiap malamnya, bisa aja kan itu bukan anak gue?"
"DELVIAN!" bentak Zeva, kedua mata perempuan itu memanas.
"Gue mohon, Delvian. Lo harus tanggung jawab." ucap Zeva dengan kedua mata yang mulai memerah.
Zeva menarik tangan Delvin kearah perutnya. "Di sini, ada anak lo." ucap Zeva dengan penuhi keyakinan.
Delvin menggeleng sambil menarik lengannya. "Sorry, gue gak bisa. Lo bisa minta tanggung jawab sama cowok lain." ucap Delvin sambil berjalan meninggalkan gudang.
"Kalau lo gak mau tanggung jawab, gue bakal gugurin kandungan ini!" ancam Zeva berusaha untuk menekan Delvin agar mau bertanggung jawab.
Delvin menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh laki-laki itu berucap. "Silahkan, gue gak perduli."
Setelah mengatakan itu Delvin benar-benar pergi meninggalkan Zeva seorang diri di dalam gudang. Zeva berteriak marah, perempuan itu mengacak-acak barang-barang yang ada di dalam gudang dengan kasar.
***
Keesokan harinya, Zeva berjalan memasuki area sekolah sambil mencengkram tali tas miliknya. Perasaan perempuan itu tidak enak saat semua mata mendadak tertuju kearah nya dengan pandangan yang tidak mengenakkan.
"Kok bisa ya ada ibu yang tega mau bunuh anaknya sendiri."
"Yang salah ibunya, yang jadi korban janinnya."
"Ayahnya yang mana?"
"HAHAHAHHAA"
Zeva menatap orang-orang di sekitarnya dengan tajam. "DIEM LO SEMUA, ANJING!" teriak Zeva dengan marah.
"GUE GAK HAMIL!"
"Loh, emangnya kita ada bilang itu lo?" ucap salah satu siswi dengan wajah tak bersalah membuat Zeva terdiam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVARELIC
Roman pour Adolescents"What I want is for you to die slowly, bitch." ••• [BELUM DI REVISI DAN MASIH BANYAK TYPO ATAU KESALAHAN NAMA DI DALAMNYA] Ini kisah Athela Brianne Latheisa Avarelic. Gadis cantik dan imut, memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Tidak banyak yan...