Alaskar menatap kearah lapangan indoor sekolah dari rooftop. Laki-laki itu mengepalkan tangannya melihat Zeva yang tertawa bahagia bersama dengan teman-temannya.
Laki-laki itu berdecih sinis. "Sekarang kita lihat sejauh mana lo bisa bertahan." Gumamnya sambil tersenyum smirk.
"Ngapain lo di situ? Mau bunuh diri?"
Senyum smirk Alaskar berubah menjadi senyum tipis mendengar ucapan yang di lontarkan dari suara yang sangat ia kenal untuknya.
"Maybe?" jawab Alaskar tanpa membalikkan tubuhnya.
"Kalau mau mati yang keren dikit lah, jangan bunuh diri dari rooftop sekolah. Pasaran." Claire berjalan menghampiri Alaskar, perempuan itu ikut menatap kearah lapangan bawah.
Alaskar terkekeh pelan. "Bunuh gue, gimana?" Alaskar melemparkan pisau cutter yang memiliki ukiran bunga mawar pada Claire, membuat perempuan itu refleks menangkapnya.
"Lo beneran mau mati? Ngebunuh bukan hal besar buat gue." Ucap Claire dengan tenang.
"Mau ikut gue?" tanya Alaskar.
Claire mengernyit. "Lo ngajak gue mati bareng?"
Alaskar tertawa mendengar pertanyaan yang Claire lontarkan. "Bukan, ke suatu tempat. Mau?"
Claire berfikir sejenak, kemudian mengangguk. "Ayo."
"Pulang sekolah tunggu gue."
***
Athela berjalan berdampingan dengan Brichia dan Lea. Ketiganya tengah berjalan menuju kantin.
"Eh, liat muka nenek lampir deh. Serem banget, melebihi hantu." bisik Lea pada Brichia dan Athela.
Keduanya menatap wajah Zeva yang penuh cakaran terlihat cukup mengerikan, apa lagi di bagian leher perempuan itu.
"Busettt, kayaknya semalam ada yang dapet job nih, brutal banget mainnya mbak sampai cakar-cakaran gitu." cibir Brichia saat Zeva hendak melewati mereka.
"Bacot lo." Sinis Zeva kemudian melenggang melewati mereka begitu saja.
Ketiganya menatap kearah Zeva dengan bingung, tumben sekali tidak mencari masalah, pikirnya.
"Tumben?" tanya Brichia dengan heran.
"Mungkin dia bingung mau cari masalah apa lagi." Lea menyahut.
Athela mengangkat bahunya acuh. "Gak usah di pikirin, mending kita ke kantin. Gue udah laper."
Athela berjalan terlebih dahulu meninggalkan teman-temannya yang masih di landa rasa penasaran dengan sifat Zeva yang tidak biasanya hari ini.
"Menurut lo ada yang aneh gak sih?" ucap Claire membuka suara.
"Gue penasaran, kenapa muka burik si nenek lampir bisa kayak gitu, di tambah lagi sama sifat dia yang nggak nyari gara-gara sama kita. Ada yang gak beres." ucap Brichia dengan serius.
Lea mengangguk setuju. "Cuma ada dua kemungkinan." simpul Lea dengan serius membuat Brichia dan Claire menatap Lea.
"Kemungkinan pertama. Ada pihak lain yang ngancem Zeva, yang jelas kekuasaan serta tekanan yang orang itu kasih sama Zeva lebih kuat, sampe-sampe Zeva gak bisa bertindak sesukanya kayak sebelum-sebelumnya." Lea menghela nafasnya sebentar.
"Kemungkinan kedua. Dia lagi nyusun rencana, entah rencana apapun itu yang jelas kita harus waspada. Kali ini kita gak boleh kecolongan, kita harus sering-sering bareng sama Athela." Saran Lea dengan serius.
Claire dan Brichia mengangguk setuju. "Zeva nggak bisa di remehin, dia bisa bertahan sampai sekarang aja bukan hal yang mudah menurut gue." Ucap Claire.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVARELIC
Teen Fiction"What I want is for you to die slowly, bitch." ••• [BELUM DI REVISI DAN MASIH BANYAK TYPO ATAU KESALAHAN NAMA DI DALAMNYA] Ini kisah Athela Brianne Latheisa Avarelic. Gadis cantik dan imut, memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Tidak banyak yan...