018. Keadaan Darurat

266 34 0
                                    

Hari berikutnya, Jisoo turun dari mobil yang mengantarnya pulang begitu mereka sampai di area tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Ya, Hong Jis–" seru Ran hendak menegur Jisoo ketika pria itu pergi begitu saja bahkan tanpa berpamitan dengan Nyonya Hong, namun Nyonya Hong menahan Ran.

"Biar," ucap Nyonya Hong tersenyum tipis menatap Jisoo yang berlari menjauh sebelum menutup jendela dan meminta Seungwoo untuk kembali menjalankan mobilnya. 

"Tapi paling nggak seharusnya dia berpamitan dulu pada Bibi! Biar bagaimanapun juga–"

"Seungwoo, that's enough," ucap Nyonya Hong tenang namun tegas. 

"Maaf," balas Seungwoo tak enak hati.

"Aku cuma nggak mau Jisoo merasakan apa yang dulu mertuaku rasakan. Aku mau dia hidup bebas mengikuti kata hatinya sendiri. He's suffered enough– selama berpuluh-puluh tahun lamanya," ucap Nyonya Hong menatap selembar surat resmi di tangannya, "Yang terpenting bagiku sekarang bukan tentang apa yang harus Jisoo lakukan– tapi aku tahu bahwa putraku masih hidup dan dia tahu bahwa aku, ibunya– akan selalu ada untuk dia." Gumam Nyonya Hong tersenyum membaca hasil tes DNA yang menunjukkan bahwa Jisoo benar anak kandungnya yang hilang dua puluh tahun yang lalu. 

"Tapi wasiat Paman Hong–" gumam Ran.

"Manajemen hotel diwariskan suamiku padaku. Jadi aku akan mengelolanya sambil memperbarui kembali surat wasiatku untuknya. Nggak masalah bagiku jika memang Jisoo nggak mau melanjutkan kepemimpinan hotel, ia masih akan tetap mewarisi aset lainnya. Tapi siapa peduli soal harta? Bagi seorang ibu sepertiku, yang terpenting buatku adalah melihat anakku bahagia. Itu saja."

Seungwoo dan Ran hanya bertukar pandang sejenak. 

"Kalian bersiaplah untuk sibuk. Jisoo merekomendasikan kalian untuk mengelola hotel jika aku sudah tiada nanti. Jangan mengulangi kesalahan seperti apa yang mertuaku lakukan jika kalian tak mau berakhir seperti suamiku."

Ran menoleh ke belakang dan tersenyum menatap Nyonya Hong, "Baik Bibi." 

*** 

"HANEUL-AH!!" Seru Jisoo berlari ke rumah Haneul namun langkahnya terhenti ketika ia mendapati Bibi Yang keluar dari rumah gadis itu.

"Ya! Hong Jisoo! Kau kemana saja! Susah sekali menghubungimu!" Tegur Bibi Yang.

"A-Ada apa?" Ucap Jisoo tersengal.

"Haneul dirawat di rumah sakit! Ia demam tinggi semalaman," jawab Bibi Yang.

"A-Apa??"

"Kakakmu membawanya ke rumah sakit pagi-pagi sekali tadi!"

"K-Kakakku?" Tanya Jisoo mengernyitkan dahinya. "A-apa dia berambut pirang?"

"Benar! Ouwh! Dia tampan sekali!" Seru Bibi Yang. 

*** 

Jisoo tiba di rumah sakit terdekat dengan nafas tersengal. Matanya berpendar hingga akhirnya tertuju pada meja administrasi. Ia hendak bertanya pada resepsionis namun matanya menangkap sosok yang familiar tengah duduk sendiri di salah satu lorong rumah sakit.

Jisoo lekas menghampirinya dan berdiri di hadapannya, "Ya–"

Pria itu mengangkat wajahnya dan menatap Jisoo, "Urusanmu udah selesai?" Tanya Jeonghan datar.

"Kenapa pakai bajuku?" Sungut Jisoo ketika melihat pakaiannya melekat di tubuh Jeonghan.

"Kau mau orang-orang berpikir Haneul diculik orang gila?" Balas Jeonghan sebal.

Sky & Sea [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang