003. Memori Samar

360 38 3
                                    

Sesampainya di rumah, Haneul keluar dari kamarnya membawakan sebuah kaos dan celana tidur berukuran besar. 

"Kamu, mau mandi nggak?"

Pria itu masih terlihat takut dan menggeleng pelan.

"Ya udah, aku mandi duluan," ucap Haneul meletakkan satu set pakaian di dekat pria itu lalu bergegas menuju kamar mandi. 

Pria itu menoleh menatap Haneul yang berjalan menuju kamar mandi lalu menatap satu set pakaian yang diberikan gadis itu.

*** 

Hampir dua puluh menit berlalu, Haneul selesai mandi air hangat dan berjalan kembali ke ruang tamu sambil menutup kepalanya dengan handuk. 

"Astaga..." ucapnya terkejut kala melihat sebuah pemandangan aneh di ruang tamu. Pria asing itu terlihat memakai celana piyama di kepalanya sambil menggoyang-goyangkan kepalanya seperti seseorang yang sedang mengibaskan rambut. "Ah, ya! Aish!" Sungutnya lekas menghampiri pria itu dan memukulnya pelan.

"Ini bukan dipakai di kepala!" Sungut Haneul lalu menunjuk pinggangnya, "Dipakai di pinggang!" Ia menyerahkan kembali celana itu pada pria asing itu. 

Pria itu pun berdiri dan membuka coat-nya begitu saja, refleks membuat Haneul kembali memejamkan kedua matanya, "Astaga Tuhan!" Serunya syok ketika pria itu kembali telanjang bulat setelah membuka coat panjang milik Haneul. "Ah! Cepat pakai celanamu!" Sungut Haneul frustasi.

"Begini?"

"Huh?" Haneul membuka salah satu matanya ketika mendengar suara pria itu untuk yang pertama kalinya. Suara pria itu terdengar lebih lembut dari bayangannya, "Kamu-- bisa bicara?" 

"Begini?" Ucap pria itu mengulangi pertanyaannya.

"Uh-oh! B-benar begitu!" Ucap Haneul bernafas lega ketika akhirnya pria itu bisa memakai celana dengan benar. 

Haneul mengambilkan kaus dan menyerahkan nya pada pria itu sembari memberi gesture agar itu dikenakan di badannya. Pria itu mengikutinya dan akhirnya pakaian itu melekat di badannya. Terlihat lebih baik meskipun pria itu masih terlihat menggigil. 

Haneul memutuskan untuk menyalakan perapian kecil di ruang tamu. Pria itu memperhatikan apa yang ia lakukan dengan seksama. "Duduklah di sini biar kamu nggak kedinginan lagi," ucapnya memberi instruksi agar pria itu duduk di depan perapian dan ia menurut saja. 

Haneul berjongkok di dekatnya dan menatapnya lekat, "Kamu udah makan?"

"M-makan?"

"Eum! Makan!" Ucap Haneul memberi gesture bahasa tubuh orang sedang makan.

Pria itu terlihat bingung namun kemudian menggeleng pelan. 

Haneul menghela nafas pelan, "Ya udah aku masak ramyun dulu. Tunggu sini! Jangan aneh-aneh!" Ia lekas bangkit dan bergegas menuju dapur, "Haish...apa dia orang gila atau bagaimana sih? Kenapa kayaknya dia nggak paham ucapanku?" 

*** 

Selang beberapa menit kemudian, Haneul kembali dengan membawa satu panci kecil berisi ramyun panas ke ruang tamu. Namun sebuah pemandangan aneh lain kembali menyapanya. Pria itu dengan santai menjulurkan tangannya pada bara api di dalam perapian.

"YA! YA!" Seru Haneul menarik tangan pria itu dari perapian, "Ngapain sih?! Bahaya!" Ia melihat tangan pria itu yang memerah karena terkena panas. 

"Bahaya?"

"Eum! Ini api! Bukan air! Api itu berbahaya! Dia panas dan bisa bakar kulit kamu!"

"Api--"

"Eum! Api! Panas!"

Sky & Sea [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang