021. Garis Pertemuan

241 33 0
                                    

"Jangan ditutupi," ucap pria itu. "Aku bukan mereka- jadi kamu nggak perlu kuatir. Itu warna yang cantik."

Ran terdiam menatap pria itu-yang kini terpaku- menatap sisiknya, "Ternyata kamu lebih lembut dari dugaanku? Cuma ke kamu, Jisoo, dan ibu, aku nggak perlu merasa malu untuk nunjukkin ini semua.." gumam gadis itu menenggak minumannya lagi lalu termenung muram.

"Jisoo?"

"Eum! Dulu kami tumbuh bersama sebelum dia akhirnya menghilang di laut. Kami sering berenang bersama dan dia pernah nggak sengaja melihat sisik ku. Awalnya aku takut dia nggak mau berteman denganku karena keanehanku ini. Tapi dia justru berpikir bahwa aku keren dan bilang ke teman-teman kami lainnya bahwa aku adalah putri duyung- tapi tentu saja nggak ada yang percaya ucapan bodohnya itu-" ucap Ran lalu kembali termenung menatap langit malam yang terbentang di hadapan mereka.

"Tapi mendengar hal itu aku merasa lebih baik- aku merasa spesial dan setelah Jisoo hilang bertahun-tahun, aku menutup diriku dari orang lain karena nggak akan ada yang bisa mengerti selain Jisoo dan ibuku. Aku memutuskan untuk menyembunyikan ini semua dan ibu bekerja keras menciptakan obat untukku- demi menyamarkan sisik ini. Aku harus menyuntikkannya setiap kali mau beraktifitas atau ketika menghadiri acara-acara penting lainnya, dan juga ketika aku menghabiskan waktu dengan Seungwoo-" Ran tercekat sesaat dan menghela nafas panjang setelahnya ketika teringat apa yang dilakukan Seungwoo di tempat karaoke tadi.

Jeonghan terdiam dan terpaku menatap pundak gadis itu, "apa boleh kusentuh?"

"Huh?" Ran balas menoleh dan mendapati pria itu masih terpaku menatap pundaknya. "S-sisik ku?"

"Eum," balas Jeonghan menatap Ran. Keduanya terdiam sesaat hingga tak lama kemudian, Ran mengangguk pelan. Ia melihat Jeonghan mengangkat tangannya dan menyentuh lembut pundaknya. Ia bergidik geli ketika tangan pria itu menyapu lembut kulitnya dan kemudian ibu jarinya mengusap lembut sisik di pundaknya itu. Sebuah perasaan aneh menelusup dalam batinnya ketika kontak fisik itu terjadi di antara mereka.

"Tch-" Jeonghan tersenyum tipis lalu menarik tangannya dari pundak Ran. "Makasih."

"Kenapa ketawa?"

"Tch- nggak apa-apa. Rasanya udah lama aku nggak lagi menyentuh sesamaku semenjak kematian saudariku."

"Jadi selama ini kamu sendirian?" tanya Ran.

"Belakangan ini, iya."

"Belakangan ini?" tanya Ran bingung.

Jeonghan terdiam sejenak sambil memainkan air kolam, "Maaf-" gumamnya tersenyum getir.

"Maaf? Untuk apa?"

"Maaf karena udah nyulik sahabat kamu selama ini- Hong Jisoo," ucap Jeonghan menatap Ran.

"Hah? Jadi- jadi apa yang diceritain Jisoo itu benar?! Bahwa selama ini dia hidup di dasar laut?"

"Eum! Dia tinggal bersamaku. Tapi aku mengembalikannya ke daratan karena predator yang menemukan persembunyian kami dan- karena aku merasa impas bahwa dendamku udah terbalaskan."

"Dendam?"

"Eum, membuat keluarga Jisoo merasakan kehilangan yang kurasakan ketika kakek anak itu menculik saudariku."

"Kamu nggak bunuh- ah, bukan maksudku-" ucap Ran bingung tak tahu harus berucap apa, "Karena saat itu kupikir- kami semua berpikir bahwa Jisoo sudah- mati?"

Jeonghan mengangguk pelan, "Memang aku bisa aja membunuhnya saat itu. Tapi aku udah berjanji dengan seseorang untuk nggak membunuh makhluk lainnya dan dia berjanji akan melindungiku dari tangan manusia tamak dan jahat."

Sky & Sea [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang