Ran membuka pintu dan membimbing seorang wanita setengah baya, yang masih terlihat cantik, memasuki rumahnya.
"Ouwh…senangnya bisa kembali kemari."
"Aku juga senang karena aku bisa tinggal bersama ibu," ucap Ran merangkul sang ibu lalu segera ke dapur untuk membuatkan minuman.
"Nggak ada masalah berarti kan?" Tanya Nyonya Lee dari sofa ruang tamu.
"Nggak," balas Ran tersenyum singkat.
"Ran-ah, Ibu sudah dengar dari Bibi Hong tentangmu dan Seungwoo–"
Ran menghela nafas pelan lalu membawakan nampan berisi teh hangat dan cemilan ke ruang tamu, "Pria brengsek kayak Seungwoo memang nggak pantas untuk dipertahankan lagi," ucapnya duduk di samping sang ibu.
Nyonya Lee menyeruput teh hangatnya, "Lalu tentang Mystique yang kamu kabari kemarin–"
"Ah, benar! Apa ada kabar?"
"Kenapa kamu begitu khawatir?" Tanya sang ibu menatap putrinya itu penuh tanya.
"Karena…." Ucap Ran ragu, "Karena aku merasa nggak ada yang bisa menerimaku apa adanya kalau bukan dari kaumku sendiri–"
"Ibu, Jisoo– apa kami nggak termasuk?"
"Ibu, aku nggak mau tinggal sendirian seumur hidupku! Dan Jisoo– He already has someone else. Memang dia bisa terima aku tapi baginya, aku nggak lebih dari sekedar teman. I like him–"
"Jisoo atau–"
"Jeonghan, Mystique hilang yang kulaporkan padamu kemarin…kalau dia nggak mau kembali nggak apa-apa. Aku cuma mau tahu apa dia baik-baik aja di luar sana."
Nyonya Lee hanya bisa tersenyum getir dan menggenggam tangan sang putri yang terlihat gelisah.
***
Bluk!
Jeonghan menyingkirkan kelapa terakhir yang jatuh di dekatnya dan menunggu Paman Dal turun. Pria itu membukakan kelapa hijau dan memberikan salah satunya pada Jeonghan, "Minumlah– ini murni."
"M-makasih," ucap Jeonghan menerima pemberian Paman Dal. Keduanya duduk di tepi pantai setelah berburu ikan kecil di dasar laut.
"Boleh aku tanya sesuatu lagi, Paman?"
"Tch– banyak hal yang buat kamu penasaran ya?" Ucap Paman Dal tertawa.
"Rambut–"
"Ah, rambutku? Haha– pasti kau heran kenapa bisa ada Mystique yang menua sepertiku," ucap Paman Dal mengusap kepalanya sendiri.
"Ini semua karena ketidak sengajaan."
"Maksud paman?"
"Dulu istriku memintaku untuk potong rambut agar terlihat rapi–dulu rambutku juga sepanjang dirimu, sebahu–karena kami berencana menikah dan aku harus menemui keluarganya. Saat itu kupikir bukan masalah besar karena ketika di air, rambutku bisa memanjang lagi– tapi ternyata nggak. Aku tahu, rambut panjang ini adalah ciri khas kita, tapi aku juga nggak menyesalinya."
"Apa ada efek tertentu–"
"Yang jelas itu nggak membuatmu mati," Canda Paman Dal tertawa. "Ya, seperti yang kau bisa lihat sendiri, efek dari aku memotong rambutku adalah–aku cenderung lebih banyak hidup di darat. Aku tetap bisa berubah kalau bersentuhan dengan air, tapi aku nggak lagi bisa berenang cukup jauh– Jindo dan Mondo hanya berseberangan, jadi aku masih mampu–dan seperti apa yang kau lihat sendiri, aku menua."
"Itu hal yang baik atau buruk?" Tanya Jeonghan.
"Tergantung. Kita makhluk yang diciptakan di dalam air– habitat natural kita di air dan memang nggak semestinya kita berurusan dengan daratan. Tapi daratan dan air selalu bersinggungan, jadi sulit rasanya untuk memutus hubungan dengan daratan. Kusarankan kalau memang kau tak punya tujuan hidup di sini, tetaplah di laut," ucap Paman Dal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & Sea [COMPLETE]
FanfictionDi tengah hidupnya yang tengah hancur, Lee Haneul berencana untuk mengakhiri semuanya. Namun selembar surat dari sang nenek ternyata mampu membuatnya berubah pikiran. Melepaskan gemerlapnya kehidupan kota, Haneul pun pindah dan menempati rumah sang...