030. Tamu Tak Terduga

379 34 0
                                    

Satu Tahun Kemudian 

Juni, 2022 
6:15 PM 

Jisoo berjalan menuju pantai sepulang bekerja. Ia tersenyum ketika melihat sosok yang amat dicintainya tengah duduk di bibir pantai, menunggu matahari terbenam. 

"Sayang!!" Seru Jisoo berlari kecil menghampiri sang istri, Haneul.

"Oh?? Kamu udah pulang?" Ucap Haneul yang tengah berjongkok di bibir pantai, bermain pasir. Ia mendongak menyambut kecupan singkat dari sang suami. 

"Hai~ Jiwoo– Minsoo–" sapa Jisoo turut berjongkok mendekati sosok lainnya yang sejak tadi berada dalam dekapan hangat Haneul di pantai– Hong Jiwoo, putra kecil mereka yang kini berusia tiga bulan dan seorang anak kecil lelaki lainnya– cucu dari Bibi Yang, yang sering bermain di rumah Haneul untuk menemaninya selama Jisoo bekerja. 

Setahun berlalu semenjak mereka menikah. Tak perlu waktu lama bagi Haneul untuk mengandung buah cinta mereka yang muncul selang dua minggu setelah mereka berhubungan untuk pertama kalinya.

Ia duduk di dekat Haneul, lalu mengambil Jiwoo dari dekapan wanita itu.

"How's work today?"

"Nggak ada yang spesial," ucap Jisoo tersenyum.

"Nggak terasa ya udah setahun…aku ngajak anak-anak ke pantai karena…I kind of missing Jeonghan," ucap Haneul. 

"Aku cemburu," ledek Jisoo.

"Tch– apaan sih," sungut Haneul tertawa pelan. "Tapi memang udah setahun berlalu dan nggak ada kabar lagi darinya. Aku harap dia baik-baik aja."

"He'll be fine. Don't worry," ucap Jisoo kembali bercanda dengan Jiwoo. "Ah! Ini udah bulan Juni– laut akan terbelah lagi. Ran memintaku untuk memberitahunya kalau laut terbelah karena ia mau berkunjung selagi belum banyak wisatawan datang."

"Mungkin dalam waktu dekat ini– dia ketinggalan ya kemarin? Pas terbelah pertama saat bulan Mei kemarin?"

"Eum, dan kita cuma bisa lihat dari rumah karena kamu masih pemulihan setelah melahirkan," ucap Jisoo.

"Kita lihat sama-sama nanti," ucap Haneul tersenyum.

"Paman Hong! Mataharinya sebentar lagi tenggelam!" Seru Minsoo bersemangat menunjuk langit yang mulai memerah.

"Oh! Iya! Biar Bibi Haneul ambil videonya!" Seru Haneul lekas terbangun dan menyiapkan kamera videonya, menangkap momen matahari yang mulai terbenam. 

***

Seminggu Kemudian 

Pagi hari menyapa desa pesisir di musim peralihan dari semi ke musim panas. Matahari bersinar cerah dan hangat pagi itu.

Jisoo bangun lebih dulu pagi itu. Ia keluar rumahnya sambil mengangkat kedua tangannya, meregangkan setiap sarafnya yang masih ingin beristirahat. 

"Hoaahm~ oh?!" Jisoo melangkah lebih maju ke halaman depan rumahnya, "Sayaaanng!! Laut Jindo terbelah hari ini!!!" Seru pria itu berlari  ke dalam rumah dan kembali sambil menggandeng Haneul yang belum sadar sepenuhnya. 

"Lihat!!" Seru Jisoo bersemangat. "Aaa! Aku mau mandi terus main ke sana sama Jiwoo! Yahoo!" Seru pria itu meninggalkan Haneul begitu saja di halaman setelah membangunkan nya dan menariknya ke teras rumah.

"Tch– dasar–" sungut Haneul hendak menyusul masuk ke dalam rumah, namun langkahnya terhenti sejenak ketika ia tak sengaja sepertinya melihat ada dua orang di tengah laut sana namun sosok itu menghilang begitu saja ketika ia kembali melihat ke arah laut.

"Mungkin cuma perasaanku aja," gumamnya sebelum masuk ke dalam rumah.

*** 

10 AM 

Jisoo, dengan menggendong Jiwoo, bersama dengan Haneul bergabung dengan masyarakat lainnya berjalan-jalan di antara jalan setapak yang muncul karena laut yang terbelah. 

"Woah– ini terbentang sampai ke Pulau Mondo sana?" Tanya Jisoo takjub.

"Eum, biasanya orang-orang Pulau Mondo juga akan berkunjung kemari setiap laut terbelah. Ini juga pertama kalinya aku ngerasain ini. Aku ingat bilang ini ke diriku sendiri ketika pertama kali pindah kemari– aku akan lihat ini tahun depan– dan aku kesini sama kamu dan Jiwoo," ucap Haneul sumringah. 

Jisoo tersenyum dan merangkul sang istri dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menggendong Jiwoo. Ia memperhatikan sekitarnya lalu tak sengaja melihat sosok sang Ibu yang datang bersama Lee Ran dan Nyonya Lee, ibu kandung Ran.

"Ibu!!" Jisoo melambaikan tangannya dan Nyonya Hong dengan riang menghampiri putra semata wayang nya itu untuk menemui cucunya.

"Jiwoo-yaaa~" ucap Nyonya Hong lekas berpelukan dengan Jisoo dan Haneul sebelum menggendong Jiwoo. 

"Hai Bibi," sapa Jisoo memeluk ramah Bibi Lee, juga Ran. 

Bibi Lee menyapa ramah Haneul yang dibalas dengan senyuman dari Haneul. 

"Ya, ayo jalan-jalan!" Ajak Nyonya Hong bersemangat.

"Duluan aja, aku mau melihat-lihat dulu dengan Ran," ucap Nyonya Lee tersenyum.

Jisoo, Haneul, serta Nyonya Hong pun berpisah sementara dengan Nyonya Lee dan Ran. Mereka berjalan ke arah rumah Jisoo sementara Nyonya Lee dan Ran tetap berada di tengah laut. 

"Ibu, kenapa kita nggak ikut Bibi Hong aja?" Tanya Ran tak mengerti.

"Ibu udah janji dengan seorang lainnya di sini," ucap Nyonya Lee tersenyum.

"Huh? Siap–"

"Byul-ah!" 

"Oh?!" Pandangan Ran dan sang ibu tertuju pada sumber suara. Dari arah berseberangan– arah Pulau Mondo– di antara orang-orang yang berkumpul di sana– sosok tinggi besar muncul di antara mereka.

Ran menutup mulutnya tak percaya ketika ia melihat sosok sang Ayah muncul di hadapannya.

Nyonya Lee tersenyum menatap reaksi putrinya itu yang kini menatapnya seolah meminta penjelasan, "Ibu bisa jelaskan nanti, ayahmu merindukanmu."

Ran lekas menghampiri sang Ayah dan memeluknya erat. Ia terisak pelan karena berpikir jika ayahnya itu tak akan bertahan di laut, "K-kupikir Ayah– hiks–"

"Ya, Ayahmu nggak selemah yang kamu pikir," ucap Paman Dal mengusap kepala Ran dan memeluknya sekali lagi sebelum menghampiri sang istri dan memeluknya erat. 

Ran terdiam memperhatikan interaksi kedua orang tuanya yang meskipun tahun demi tahun berlalu, keduanya masih terlihat mesra. Rasa senang dan iri melebur jadi satu dalam batinnya saat ini. 

"Ah, Ran-ah," ucap Paman Dal, membuyarkan lamunan Ran. 

"Ya?" 

"Ayah nggak datang sendiri," ucap Paman Dal merangkul sang istri. 

"Huh?" Ran mengernyitkan dahinya, bingung namun ia lekas berbalik ketika Paman Dal menunjuk sesuatu di belakangnya. Beberapa orang berlalu lalang menghalangi pandangan nya hingga tak lama kemudian, sebuah sosok muncul di antara mereka dan berhenti tepat tak jauh di depan Ran.

"J-Jeonghan?" Gumam Ran tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Hai," balas pria itu tersenyum. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sky & Sea [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang