Bagian 2

4K 336 3
                                    

Juan. Setelah hari itu, hidupnya tak lagi sama. Gelap yang selama ini mengukung hidupnya terasa semakin pekat. Terlalu pekat hingga Juan tak mampu menentukan arah.

Ibunya, yang selama ini selalu menjadi lentera hidupnya, kini sudah tiada. Menyisakan Juan didalam gulita yang tidak berujung.

Gelap, pengap. Tapi tak ada seorangpun yang sudi membawanya keluar dari kukungan nestapa ini. Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk tetap bisa melangkah melewati hari demi hari.

Suara ketukan pintu yang cukup keras mengejutkan Juan dari lamunannya. Menariknya kembali pada realita menyakitkan yang sedang ia jalani.

'Apa dia sudah pulang?' batin Juan bertanya-tanya.

Tanpa menunggu lama, Juan segera melesat turun dari ranjang dikamarnya dan berlari menuju pintu utama. Sekilas ia melihat jam yang terpasang diruang tamu sudah menunjukkan pukul 2 malam.

Begitu pintu utama dibuka, hal yang Juan dapatkan adalah orang dibalik pintu itu langsung mencengkram kerah depan kaos yang digunakan Juan. Cukup kencang dengan disertai dorongan, hingga punggung Juan beradu dengan dinding.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa lama sekali buka pintunya?"

Dengan jarak sedekat itu, Juan dapat mencium aroma alkohol yang sangat menyengat dari orang dihadapannya.

"Maaf, Ayah." Lirih Juan sembari menundukkan kepala.

Ya, orang itu adalah Ayah Juan. Lebih tepatnya adalah Ayah angkatnya. Pemabuk dan tempramen. Terkadang Juan bersyukur Ibunya telah damai bersama Tuhan, daripada didunia ini hanya akan mendapatkan siksaan dari suaminya yang kejam.

"Dasar sial." Maki si Ayah. Tak lupa tangannya menampar pipi kiri Juan cukup keras.

Juan pasrah saja. Memang hal itu sudah biasa baginya. Setiap si Ayah pulang dengan keadaan mabuk, Juan sudah pasti akan berakhir babak belur ditangan Ayahnya.

"Buatkan makanan. Cepat!" Titah si Ayah sambil masuk lebih dalam kedalam rumah.

Juan bergegas menutup pintu utama yang masih menganga lebah, sebelum akhirnya pergi ke dapur untuk membuat makanan.

***

Di dapur, Juan bingung sendiri karena tidak ada apapun yang bisa dia masak. Anak yang sebentar lagi akan segera lulus dari sekolah menengah pertama itu celingukan sendiri mencari bahan-bahan masakan. Hingga matanya tertuju pada sebungkus mie instan yang ada pada lemari di dapurnya.

Tidak ada pilihan lain, Juan pun segera memasaknya. Tak ingin membuat si ayah marah lagi padanya.

Segera setelah mie itu matang, Juan membawanya pada si ayah. Tapi alangkah terkejutnya Juan saat mendapati si Ayah sudah tertidur lelap diatas sofa dengan keadaan terduduk.

Bukan ide yang bagus untuk membangunkan Ayahnya. Jadi Juan memilih untuk menyimpan saja mie itu di meja yang ada dihadapan si Ayah. Tapi saat hendak pergi, mata Juan tak sengaja menangkap keberadaan ponsel si Ayah diatas meja tempat Juan menaruh mie instan tadi.

Dia jadi ingat pesan Ibunya untuk menghubungi seseorang bernama Tn. Mahesa yang kontaknya ada didalam ponsel Ayahnya.

Jadi dengan segala keberaniannya, Juan mengambil ponsel diatas meja itu dengan hati-hati. Matanya tak lepas memandang wajah Ayahnya. Takut-takut Ayahnya akan terbangun dan mendapati Juan sedang hendak mengambil ponsel miliknya.

Begitu ponsel telah berpindah ke tangannya. Juan segera membawa ponsel itu ke kamarnya.

Jantungnya berdegup kencang. Mungkin karena adrenalin nya meningkat sebab telah diam-diam mengambil ponsel Ayahnya atau karena dia gugup akan mendengar suara Ayah kandungnya yang selama ini tidak pernah ia ketahui. Entahlah, yang pasti Juan harus segera mencari kontak itu dan menghubunginya sebelum ayahnya terbangun dan mendapati ponselnya hilang.

SURRENDER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang