Mahesa merasa tidak asing dengan ruangan ini, ruangan bernuansa biru dengan hiasan hewan-hewan laut tergantung disetiap sudut ruangan. Ya, tentu Mahesa mengenal ruangan ini. Ruangan yang dia design sendiri untuk menyambut kelahiran bayinya.
Mahesa juga ingat berapa excited istrinya saat membantunya mendekor ruangan ini. Hari itu seolah menjadi hari yang paling membahagiakan bagi mereka berdua.
Pandangan Mahesa tak henti mengitari setiap sudut ruangan itu, sampai saat Mahesa mendengar isakan dari balik punggungnya. Dan begitu membalikkan tubuhnya, Mahesa langsung disuguhkan pemandangan istrinya yang menangis pada sebuah sofa yang berada dekat dengan tempat tidur bayi. Dalam pangkuannya terdapat bayi mereka.
Mahesa lantas berlari mendekati pada istrinya.
"Ada apa? Kenapa kamu menangis?" Tanyanya khawatir.
Tapi walau dengan jarak sedekat ini, Mahesa masih tidak dapat melihat dengan jelas wajah istrinya.
"Tolong putraku, selamatkan anak kita!" Teriak wanita itu frustasi, yang membuat Mahesa seketika melihat bayi yang ada dipangkuan istrinya.
Jantung Mahesa berpacu lebih kencang tatkala atensinya melihat cukup banyak air keluar begitu saja dari mulut mungil putranya. Mahesa mengambil alih bayi itu dari pangkuan istrinya. Dia mencoba mengelap cairan itu dari mulut putranya. Namun bukannya berhenti, cairan yang keluar malah berganti menjadi busa bercampur darah yang terlihat meletup-letup disekitar mulut mungil bayinya.
"Mas, lakukan sesuatu!" Pekik istrinya. Tangisnya terdengar semakin kencang.
"Mas... "
"Mas... "
"Mas... "
"MAS!! "
Mahesa seketika terbangun dari tidurnya saat Maharani menggoncang tubuhnya untuk kesekian kali. Napasnya memburu seolah Mahesa baru saja lari maraton, bukan habis tidur.
"Kamu kenapa, Mas? " Jelas Maharani khawatir melihat suaminya terbangun dengan kondisi berantakan seperti ini.
Namun Mahesa hanya menggeleng menjawab pertanyaan Maharani. Jujur saja mimpinya barusan terasa begitu nyata, bahkan saat Mahesa menggendong bayi itu juga terasa sangat nyata. Dan yang membuat perasaan Mahesa semakin campur aduk adalah eksistensi mendiang istrinya yang bahkan sudah bertahun-tahun lamanya tidak pernah lagi menjamah di mimpinya.
Maharani menyodorkan segelas air pada suaminya. Berharap setelah meminum air itu suaminya bisa tenang. Dan benar saja, setelah meminum air itu -hingga hampir tandas- Mahesa sedikit demi sedikit mulai terlihat tenang.
"Mas.. " Panggil Maharani lirih. Dan hanya dibalas deheman oleh suaminya.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang! "
Mahesa seketika menoleh dan memberikan perhatian penuh pada Maharani setelah mendengar hal itu.
"Kenapa?" Entah mengapa Mahesa tidak ingin mendengar jawaban dari pertanyaannya.
"Pihak rumah sakit menelepon dan mengatakan terjadi sesuatu yang buruk pada putramu" Jelas Maharani.
Tanpa menunggu lama setelah Maharani selesai bicara, Mahesa segera melesat pergi dari kamarnya. Dia hanya ingin segera melihat kondisi putranya.
***
"Suction! " Seru dokter Ridwan pada salah satu perawat.
Kemudian perawat itu memasukan selang suction ada selang ETT yang masih menjejal mulut Juan guna membersihkan sisa darah didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURRENDER (END)
Teen FictionJuan merasa hidupnya seperti terombang-ambing ditengah lautan setelah kepergian Ibunya untuk selama-lamanya. Banyak hal tak terduga yang Juan alami setelah kepergian Ibunya. Mulai dari fakta bahwa ia berasal dari keluarga berada hingga fakta bahwa I...