Bagian 12

2.8K 251 9
                                    

Juan merasa lebih baik setelah seminggu beristirahat dirumah. Dan hari ini menjadi hari pertamanya masuk sekolah setelah bolos selama beberapa hari. Jujur, Juan tidak terlalu exited kembali bersekolah. Karena dia tau Tommy dan teman-temannya pasti sudah tidak sabar untuk membully nya.

Dan benar saja, saat Juan berjalan dari arah kantin dengan satu cup jus jeruk dan sepotong roti ditangannya, langkahnya dihadang oleh Tommy dan teman-temannya.

"Lama tidak bertemu. Kemana saja kamu Juan? Kita sudah sangat rindu" Tommy memasang wajah mengejek.

Juan ingin mengelak. Tapi Tommy merangkul pundaknya, membawanya menuju rooftop. Berontak pun percuma saja tenaga Juan tidak akan mampu untuk melawan Tommy dan teman-temannya.

Begitu sampai di rooftop, Tommy langsung mendorong tubuh Juan hingga Juan terjerembab diatas lantai. Jus jeruk dan sepotong roti yang tadi dia beli ikut terjatuh. Tommy memungut jus jeruk itu, membuka penutup cup minuman itu lalu menuangkan isinya ke kepala Juan. Juan yang tidak bisa mengelak pun harus rela dirinya lengket dan basah karena jus jeruk miliknya sendiri.

"Anggap saja ini adalah ucapan selamat datang dari kita" Kata Tommy setelah selesai menuangkan seluruh isi cup minuman itu.

Juan perlahan berdiri. Jujur saja dirinya masih sangat lemas. Tapi dia sudah harus meladeni Tommy yang seakan tidak pernah bosan mengganggunya. Entah kesalahan apa yang Juan lakukan hingga Tommy seolah memiliki dendam kesumat padanya.

"Sebenarnya apa yang membuat kalian terus menerus gangguin aku. Apa aku pernah buat salah?" Juan mencoba memberanikan diri.

Tommy berdecak kesal. "Kesalahan kamu adalah, kamu terlahir sebagai Juanda. Kalau saja kamu bukan Juanda, hidup kamu pasti akan tenang"

" Kamu pikir aku ingin terlahir seperti ini?" Tanya Juan sinis.

"Benarkah? Tapi kamu terlihat menikmatinya" Ejek Tommy.

"Kamu tidak tau apapun" Juan menggeram kesal.

"Satu-satunya hal yang tidak aku ketahui adalah apakah kamu anak dari pernikahan yang sah atau bukan. Tapi sepertinya bukan, walimu saja hanya diisi satu nama. Kemana jalang itu, apa dia meninggalkanmu?" Tommy semakin gencar mencibir.

Juan sungguh tersulut emosi. Yang Tommy katakan benar-benar keterlaluan. "Tutup mulutmu, brengsek"

Bugh!!

Satu pukulan mendarat di pipi Juan. Sudut bibirnya bahkan sampai mengeluarkan darah. Tak hanya itu, Tommy juga mencengkram kerah seragam Juan dan mendorong tubuh anak itu ke tembok.

"Jangan pernah mengumpati aku, sial. Kamu hanya anak pembawa sial. Jika aku jadi kau, aku akan lebih memilih membunuh diriku sendiri daripada jadi benalu untuk orang lain" Tutur Tommy sarkas. Matanya menyorot mata Juan nyalang, api kemarahan seolah terpancar dari matanya.

"Tom, cukup. Ayo kita pergi" Ivan menarik bahu Tommy agar menjauh dari Juan.

Tommy melepas cengkramannya pada kerah Juan dengan kasar. Mereka berbalik meninggalkan rooftop, meninggalkan Juan sendirian.

Juan masih bersandar pada tembok dengan tatapan kosong. Entah kenapa perkataan Tommy seperti terngiang di telinganya. Apa yang sebenarnya Tommy ketahui tentang dirinya? Kenapa Tommy berkata seolah dia mengetahui segalanya. Juan tiba-tiba panik, bahaya sekali jika Tommy sampai mengetahui semua tentang dirinya.

Kepalanya mendadak pusing. Juan mencengkram rambutnya yang lengket karena jus jeruk yang Tommy siramkan. Sesekali Juan memukul kepalanya saat rasa pening itu tak kunjung berkurang.

Juan ingin berteriak melepaskan sesak yang menghimpit dadanya. Tapi kenyataannya Juan tidak melakukan itu. Dia membiarkan sesak itu terus menghimpit dadanya hingga membuat tenggorokannya tercekat. Juan seolah sudah terbiasa membiarkan dirinya menanggung kepedihan.

SURRENDER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang