IX - Confession?

1.7K 150 2
                                    

Hope page 10







Satu mata kuliah hari ini selesai, shani merenggangkan tubuhnya saat dosen keluar dari kelas. Gracia membereskan buku buku dimejanya dan menghampiri shani yang sekarang sedang memejamkan mata sambil merebahkan kepalanya diatas meja beralaskan tasnya.

"Shani, ayo pulang" Rengek gracia. Shani membuka matanya perlahan dan mengangkat kepalanya. Memasukkan bukunya kedalam tas yang sama sekali tidak ia buka sejak kelas dimulai. Shani beranjak dari tempat duduknya, menggandeng tangan gracia untuk keluar dari kelas.





"Aku mau ngomong bentar" Shani menghentikan langkahnya dan semakin mempererat genggaman tangannya pada gracia. "Ngomong apa?" Tanya shani singkat.

"Gimana kalo kita ke cafe biasa dulu? Mumpung masih jam tiga sore?" Tanpa mengeluarkan suaranya shani hanya mengangguk tanda setuju, mereka berdua menuju parkiran.

Shani yang sedang fokus menyetir tiba tiba sepintas pemikirkan muncul dalam benaknya. Sebenarnya apa yang akan dibicarakan gracia padanya? Shani melirik gracia dari ujung matanya, terlihat gracia sedang sibuk mengetik di handphone nya. Shani mendengus kasar, hal itu mengundang perhatian gracia.

"Kamu cape ya? Yaudah kita pulang aja deh shan" Ucap gracia penuh kekhawatiran. "Engga kok, ini jalannya tumbenan aja macet. Bikin bete" Jawab shani beralasan, faktanya ia cemburu abis dengan gracia yang sedang chat-an dengan anin, kekasihnya.









"AKU BUTUH PERHATIAN MU SHANIA GRACIA" Teriak shani dalam hati.










***










Flashback 2 hours ago.


"Pergi gak lo!?" Cindy mengancang-ancang untuk melempar jinan dengan sapu ditangannya.

"Chill cind, saya ga mempermasalahkan itu kok lagian kejadian itu udah lama kan? Dan bukan itu juga alasan saya kesini, jauh jauh nyamperin kamu yang ternyata cuma bolos dengan alasan yang konyol. Saya disini cuma disuruh bu frieska karena beliau ada halangan jadi gabisa visit kerumah kamu" Ungkap jinan panjang lebar.















"Kalau besok saya jemput biar kamu ga telat lagi, kamu mau ga?" Jinan tak sadar mengucapkan kata kata itu, lawan bicaranya kaget bukan main.

"Mending gue dijemput sama celine daripada bentukan kaya lo!" Ucap cindy remeh, ia tak takut walaupun gadis didepannya ini memegang jabatan ketua osis yang disegani dan selalu dibanggakan.

"Mmm okey, kalau gitu saya pulang dulu ya? Besok jangan terlambat lagi, sebelum pelajaran dimulai kamu ditunggu dikantor osis" Jinan bangun dari duduknya, melangkah untuk keluar dari rumah keluarga Natio itu.




"Ehh nan"

Langkah jinan terhenti, ia membalikkan badannya kearah manusia yang memanggilnya tadi. Cindy mengikis jarak antara dirinya dengan jinan, "Gu-gue mau deh". Cindy menunduk setelah mengatakan tiga kata itu.






Jinan menyeringai, "Mau apa?" Tanya jinan dan merubah raut wajahnya dengan ekspresi datar seolah olah ia tak mengerti. "I-itu tawaran lo yang tadi". Kini cindy mulai berani menatap matanya, "Besok jam enam harus dipastikan kamu sudah siap berangkat bareng saya".











"Sinting lo, gue aja jam segitu masih molor. Lagian pagi amat, lo mau nyapuin lapangan dulu!?" Cindy berkecak pinggang.




***







Shani dan gracia sudah sampai ditempat tujuannya, Warkop 46. Jika dilihat dari namanya warkop (warung kopi) yang terlintas dalam pikiran kalian pasti tempatnya kecil dan bertenda kan? Jika iya, kalian salah. Disini tempatnya menyerupai cafe. Aneh bukan? Tempat ini sering mereka berdua kunjungi setelah pulang sekolah sma dulu, sampai detik ini pun masih menjadi tempat favorit mereka.






"Jessi!" Gracia menyapa pelayan yang ia kenal disana. "Eh gege, yaampun tumben baru kesini udah lama banget lho kita ga ketemu" Jessi melirik shani yang berdiri dibelakang gracia, shani tersenyum tipis ketika pandangannya bertemu jessi.

"Pangling banget lho aku shan, kalian masih temenan kan ini? Shani kok tambah cantik aja, kalian pacaran ya?" Tanya jessi.



Baru shani ingin membuka mulutnya, namun gracia menggeleng cepat. "Nggak lah, aku udah punya pacar jes. Kapan kapan aku ajak deh kesini biar aku kenalin sama kamu!" Ungkap gracia semangat. Shani yang mendengar itu hanya menampilkan senyuman paksaan untuk menutupi rasa cemburunya.



"Jadi?" Shani menaikkan satu alisnya. Gracia tengah asik menyeruput secangkir capuccino kesukaannya pun bertanya kembali. "Jadi apa?" Gracia bingung.

Shani menghembuskan nafasnya kasar, "Jadi kamu mau ngomongin apa ge?" Shani masih berusaha sabar menghadapi gadis lemot didepannya ini.

Gracia menaruh cangkirnya, "Sebelum itu aku minta maaf kalo pertanyaan aku bikin kamu tersinggung shan".

"Sebenarnya kamu ada masalah apasih? Kamu ga biasanya loh jutek banget kaya gini, pernah waktu itu pas kamu marah sama aku karena headphone kamu gasengaja kecemplung comberan deket rumah aku"

Sudah shani duga, pertanyaan ini yang akan dilontarkan oleh shania gracia. Jujur shani bingung menjawabnya, apakah detik ini shani akan menyatakan perasaannya yang sudah ia pendam selama 7 tahun lamanya pada gracia?



Jika hal itu akan dilakukan shani, sudah seratus persen shani dikatakan GILA. Karena apa? Kini gracia mempunyai status pacaran dengan anin. Muka shani mau ditaroh dimana kalau ia nekat melakukan itu?













"Gatau aku mau mulai ceritanya darimana ge. Aku cape, pusing, stress"


















"Loh shani kamu hamil!?" Polos gracia






"Pletak ya moncongnya"














To be continued.
Hope - httpshngrc

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang