XXVI - Comeback?

1.5K 133 5
                                    

Hope page 26









Dingin, itu yang dirasakan oleh seorang gadis yang sedang meringkuk dibalik selimut tebalnya. Mengacuhkan seluruh suara diluar, dan ia tak ada niatan sama sekali untuk beranjak keluar dari kamar. Bibirnya tak lagi merah, matanya sayu. Sudah dua hari ia seperti itu, apakah orang rumah khawatir? Tentu saja, apalagi kedua orang tuanya. Maaf ralat, ibundanya. Ayahnya? Entahlah, dia selalu saja menyibukkan diri untuk ber-karier.

"Cindy" Racaunya kecil. Tak hanya sekali dua kali, racauan itu terus berlanjut sampai dirinya lelah dan memutuskan untuk pergi ke alam mimpi.

"Kamu dobrak aja pintunya nin, mamih khawatir banget sama adik kamu" Mamih yona meremas lengan anin pertanda memohon untuk mengabulkan permintaannya. "Anin mih yang dobrak?" Tanyanya memastikan.

Mamih yona mengangguk seraya mendorong tubuh anin untuk segera melakukan perintahnya. "Demi adik kamu sayang"

Anin menarik nafasnya dalam, mengambil ancang-ancang untuk membuka paksa pintu kamar jinan.



Brak.

Sekali, tak ada perubahan yang dihasilkan. Anin hanya merasakan nyeri dibagian lengannya.

Brak brak.

Dua kali ia lakukan sekaligus, masih belum ada hasil yang didapatkan. Anin meringis memegangi pundaknya. Mamih yona sedikit khawatir dengan anak sulungnya, namun siapa lagi yang bisa diandalkan dirumah ini selain anin?

Anin memundurkan langkahnya kebelakang, kembali menubrukan tubuhnya kepintu.


BRAK.

Alhasil pintu terbuka namun rusak beserta knop pintunya. Tubuh anin terjatuh tanpa aba aba. "Awwshh sakit banget mih" Mamih yona menghiraukan anin, ia berlari menuju gadis yang terbaring lemas dikasur. "Sayang, jinan bangun nak" Mamih yona menepuk-nepuk pipi jinan guna menyadarkannya. Tak ada gerak gerik untuk bangun, ia mengecek denyut nadi putrinya.

"Anin..."

***

"Jalan pegangsaan timur nomor lima tujuh ya mba?" Tanya seorang supir taksi melirik kearah gadis yang masih termenung menatap kearah jalan. Gracia terbuyar dari lamunannya, "E-eh iya pak sesuai aplikasi aja" Gracia menundukkan kepalanya demi menyembunyikan matanya yang sembab. Ia membuka handphonenya untuk mengalihkan perhatian dan bermaksud untuk menghibur dirinya.

Tiba tiba pesan masuk, gracia memincingkan matanya ketika melihat nama kontak yang cukup asing terpampang disana.

Tiba tiba pesan masuk, gracia memincingkan matanya ketika melihat nama kontak yang cukup asing terpampang disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detak jantung gracia berdebar lebih kencang dari biasanya. Ia sangat senang ketika mendapat notifikasi favoritnya dahulu. Dua bulan penuh mereka tak saling sapa didunia asli maupun elektronik. Gracia merindukan dirinya.

Seketika suasana hati gracia berubah drastis, ia tak henti-hentinya mengulum senyum. Gracia berencana untuk menemui shani besok untuk membicarakan tentang selesainya hubungan dirinya dengan anin. Dan ia juga ingin memutuskan perjanjian itu, gracia ingin menjelaskan semuanya agar tak terjadi kesalahpahaman.

"Aneh gasih kalo nanti malem gue tiba tiba minta telfonan sama shani?" Monolognya.

***

Shani resah, karena feelingnya sangat tidak enak saat ini. Ia bolak balik membuka ponselnya untuk mengecek apakah pesan terakhirnya dibalas kembali oleh gracia atau tidak. Ia takut gracia marah karena sangat lancang mengirimkan pesan secara tiba tiba. Ia melanggar perjanjian itu, ini semua diluar rencana shani.


"CI SHANEEEE" Teriak cindy riang memasuki kamar shani diikuti oleh desy dibelakangnya. Shani mengedarkan pandangannya pada kedua manusia freak itu. Cindy merebahkan dirinya santai diatas kasur, desy duduk dikursi kamar shani. "Ngapain lo ngegondol ni anak monyet des?" Tanya shani menunjuk kearah adik laknatnya.

"Dih kalo gue anak monyet berarti lo kakak monyet dong"

"HAHAHAHAHAHA" Tawa desy dan cindy mendominasi seluruh kamar shani. Shani mendengus kasar, ingin sekali ia mencakar dua manusia menyebalkan didepannya. "Kocak bet adek lo shan" Desy meringis memegangi perutnya yang terasa keram akibat tertawa tadi.

"Ci shan kak des, cindy boleh cerita sesuatu ga?" Tanyanya dengan wajah serius. Shani masih geram dengan adiknya, namun ia terlanjur kepo dengan apa yang akan diceritakan olehnya. "Cerita aja" Ucap shani dibalas anggukan setuju dengan desy.

Sebelum melanjutkan kalimatnya, cindy menarik nafas dalam-dalam. "Jadi cindy punya temen disekolah, akhir-akhir ini dia berubah banget sifatnya. Dari yang sering iseng sama cindy ataupun suka ngajak pulang bareng jadi pendiem terus suka ngehindar gitu kalo ketemu cindy" Gadis itu mengerucutkan bibirnya, matanya terlihat berkaca-kaca.

Shani mulai tertarik dengan pembicaraan ini, "Kira-kira dia kenapa ya ci, kak?" Lanjutnya. Shani berfikir sejenak, mencerna cerita adiknya baru saja. "Kamu ngerasa ngelakuin kesalahan ga sama dia? Atau kamu pernah bikin dia sakit hati atau apa gitu?" Tanya desy berdiri dari duduknya dan menjatuhkan pantatnya diatas kasur shani berdekatan dengan kedua kakak beradik itu.

Cindy menggeleng kukuh, memang ia tak merasa melakukan hal-hal yang membuat jinan marah. Apalagi jinan tipe orang kalau dirinya salah tak pernah nyolot ataupun ngambek, dia lebih suka mengalah. "Aku rasa sih engga kak, soalnya dia tipe orang yang jarang banget marah dan lebih suka ngalah gitu kalo debat sama aku" Shani dan desy saling bertukar pandang bingung. "Coba lo ajak ngobrol dia baik baik, atau telfon aja orangnya" Shani mencurahkan idenya.

"Tadi pagi cindy cari orangnya dikelas tapi ga masuk, katanya sih sakit ci. Cindy khawatir banget" Tak terasa air mata mengalir dipipinya.

"Eh eh anak orang nangis shan, gimana dong" Desy panik, mencari keberadaan tissue didekatnya. "Kok malah nangis?" Shani memaksa cindy untuk menatap wajahnya, kakak pertama dari dua bersaudara itu menghapus air mata adiknya. "Ga banget lo kaya gini" Ia menyingkap rambut cindy agar tak menghalangi pandangannya.

Desy masih tak kunjung menemukan tissue, ia membuka ranselnya dan mengambil tissue miliknya. "Nih cin, udah jangan nangis. Nangis ga nyelesaiin masalah" Desy mengelus punggung cindy guna menenangkannya.








To be continued.
Hope - httpshngrc

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang