IV - She still cares

1.8K 159 0
                                    

Hope page 4







Kini gracia sedang sibuk dengan handphone nya, bolak balik ia tempelkan benda itu ke telinganya. Namun kunjung tak ada jawaban, hal itu mengundang perhatian anin.

"Telfonin siapa sih sayang?"

"Ini loh nin, aku lagi nyoba nelfon shani. Bundanya nyariin dia katanya sampe sekarang belum pulang ke rumah. Aku khawatir banget" Balas gracia, masih dengan handphone ditangannya

"Shani? Shani siapa?" Tanya anin
"Shani sahabat aku, oh iya aku belum pernah cerita ya ke kamu?"

Anin hanya menggeleng, "Jadi shani itu sahabat aku dari SD sayang. Aku sama dia tuh udah klop banget deh pokonya. Kemana mana pasti bareng, sampe banyak rumor yang beredar kalo aku sama dia pacaran. Padahal engga"

"Ohh" anin hanya ber-oh ria, karena betul ia tidak tahu harus merespon apa.

"Yaudah, telfon lagi aja tuh shani nya" anin sengaja menekankan kata shani

Memang pada dasarnya gracia orangnya ga pekaan ya, dia tidak tahu bahwa sekarang anin sedang cemburu di saat seperti ini.

"Halo shan!"

"..."

"Ih kamu kemana ajasih? Aku ditanyain bunda kamu loh. Katanya kamu belum pulang, kelayapan kemana lagi!?"

"..."

"Kenapa gabilang sama aku waktu dikampus sebelum kamu pulang!?"


Tak ada jawaban diseberang telfon sana, tiba tiba...

Tut.

"Loh kok dimatiin!? SHANI!!"





***






"Kenapa shan?"

"Gue dicariin bunda"
"Abis lo, gue mah ga ikut ikutan ya" Desy bergidik ngeri ketika mendengar pernyataan shani baru saja. Siapa yang tidak takut dengan bundanya shani? Yup, Jessica Veranda.

"Bunda lo mah jinak kalo sama gracia doang, sama gue judesnya minta ampun shan" Lanjut desy, shani tertawa lepas. Kebiasaan shani jika tertawa adalah memukul orang disampingnya. Tak peduli siapapun itu.

"Duh anjir, shani sakit bangke"

"Lo kata emak gue hewan liar? Parah bat lisan lo des"

Kini mereka berdua sudah berada didepan mobil shani, "Eh shan, gue aja deh yang nyetir lo tinggal nikmatin aja" Senyum desy tengil sambil menaik-turunkan kedua alisnya

"Gak, lo kalo nyetir ngajak mati. Gue masih mau nikah sama gracia" Tolak shani, langsung berlari untuk masuk kedalam mobilnya

Ketika mereka berdua didalam mobil, shani baru menyadari sesuatu. "Lah, elo tadi kesini naik apaan?"


"Hehe, Gojek" Cengir desy




Sementara itu didepan gerbang rumah gracia.

"Kamu beneran gamau masuk dulu?" Gadis itu masih nyaman kelojotan manja dilengan anin.

"Aku pulang aja ya sayang? Gaenak sama mama kamu, udah malem soalnya" Tolak anin halus. Dengan terpaksa gracia mengangguk lemah, ia melepaskan pelukannya dari lengan anin dan membuka gerbang rumahnya.

"Gre, besok aku jemput ya? Kamu ada kelas ga?"

Setelah mendengar kalimat itu, perubahan wajah gracia langsung naik 100%. "Ada, besok jam sepuluh"




***



Flashback before desy finds shani.

"Gracia!"

"Hai des" Sapa gracia. "E-elo hhh tau shan- hhhh shani dimana ga?" Tanya desy dengan nafas terengah-engah.

"Shani? Baru aja pamit pulang sama gue des. Kenapa emangnya?" Tunjuk gracia kearah koridor yang baru saja beberapa menit dilewati shani.

"Kok tumben ga pulang bareng lo?" Desy berkecak pinggang. Gracia menggeleng, "Gue ada urusan sama dosen hari ini. Terus habis itu mau nungguin ayang selesai kelas"

"Ayang lo? Siapa gre?"

"Anin"

Setelah desy mendengar hal itu, ia langsung pergi meninggalkan gracia yang masih bingung ditempat berdirinya sekarang. Kenapa setelah ia mengungkapkan bahwa ia sudah 'official' dengan anin mereka langsung minggat begitu saja? Pikiran itu menghantui gracia.

"Orang orang pada ngapa dah, aneh banget" Gracia tak ingin berlama-lama ditempat kutukan itu, ia bergegas untuk mengurusi urusan dengan dosennya.











To be continued.
Hope - httpshngrc

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang