XXV - Chaotic

1.2K 109 5
                                    

Hope page 25





Dengan terpaksa anin menghentikkan mobilnya dipinggir jalan, karena sedari tadi gadisnya hanya meminta dirinya diturunkan. Gracia mengancam anin jika keinginannya tidak segera dituruti ia akan melompat dari mobil.

Anin sekali lagi menahan lengan gracia sebelum ia benar-benar turun dari mobilnya. "Gre, kamu tadi ber-bercanda kan?" Ucap anin lembut, sangat lembut. Gracia menarik nafasnya, menatap kedua mata kekasihnya. "Maaf ya, aku tadi ga sadar ngomong kaya gitu" Gracia mengusap pipi anin. Anin menghembuskan nafasnya lega, "Huft kirain kam-"

"Tapi aku tetep mau minta putus dari kamu nin"





***







"Saingan lo orang stress shan sumpah" Desy memijit pelipisnya. "Lo ga kasian sama dia tadi gara gara lo bentak?" Tanya shani. Desy mengerutkan keningnya, menatap shani yang sedang fokus menyetir. "Muka gue keliatan peduli?" Shani menengok kearah desy sekilas, menahan tawa ketika melihat ekspresi wajahnya.

"Gue doain hubungannya ga tahan lama" Nada bicara desy terdengar jengkel. "Gaboleh gitu des, gracia udah bahagia sama pilihannya" Shani berusaha terlihat tegar didepan desy, padahal hatinya begitu sakit ketika mengucapkan tiap kalimat yang mengacu soal itu.

"Elo-"

"UDAH MOVE ON SHAN!?" Teriak desy antusias, ia menggoncangkan tubuh shani yang sedang menyetir. Shani tersenyum tipis dan menjawabnya dengan deheman. "SERIUS LO NJIR!?" Shani masih tak mengeluarkan sepatah katapun namun kedua sudut bibirnya terangkat.

Desy bertepuk tangan riang "Wih gitu dong, gue cariin gebetan baru ye ntar" Shani menggeleng pelan sambil terkekeh, pandangannya fokus pada jalan. "Maaf aku belum bisa ge" Batin shani.







"AHRGG YANG BENER AJA LO SHAN" Gadis jangkung itu merengek sambil menghentakkan kakinya ketika keluar dari mobil. Shani tertawa kecil mendekatinya, "Ayo ah cepetan masuk bego mumpung masih sore" Shani menarik paksa lengan desy untuk ikut masuk kedalam rumahnya.

Shani membuka pintu, tak ada tanda tanda kehidupan disana. Desy menutupi wajahnya guna menyembunyikan identitasnya. Ia melongok dari sela sela celah jari tangannya. Melirik kearah shani yang sedang mengacungkan jempol. "Gaada nyokap gue, tenang aja" Setelah mendengar kalimat itu desy menghembuskan nafasnya lega. "Sepi amat rumah lo kek kuburan"


"CICIIIIIIII" Pekik cindy dari lantai dua ketika melihat kakaknya telah pulang kuliah, mereka berdua spontan menutup telinga. "Anjir shan adek lo mantan biduan ya"

"Moncongnya bangsat" Shani berjalan mendahului diikuti oleh desy dibelakangnya. Menaikki satu persatu anak tangga menuju kamar shani. Cindy tersenyum jahil ketika kakaknya telah sampai dihadapannya. "Ci temennya boleh juga tuh" Ia berbisik tepat ditelinga shani yang terekspos tersingkap oleh rambut panjangnya. Shani mengerutkan dahinya, melirik kearah desy dibelakangnya yang sedang planga plongo layaknya orang bloon tak mengerti apa yang kedua gadis itu bicarakan.

Shani melotot kearah cindy, "Bunda mana cin?" Tanya shani sambil berjalan kedepan pintu kamarnya lalu merogoh kantung celananya untuk mengambil kunci kamar. "Tadi sih pamit ke butik" Cindy menyuapkan cemilan kedalam mulutnya, tak sengaja desy kontak mata dengan adik shani. Pandangan mereka berhenti sejenak, shani selesai dengan kegiatannya menghadap kebelakang melihat kedua insan aneh yang saling melemparkan tatapan. "Lo pada ngapain dah" Buyar sudah lamunan mereka berdua, wajah cindy memerah ia lari kedalam kamar shani.

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang