XIV - Are u sure, ge?

1.5K 153 8
                                    

Hope page 14







"Kenapa tiba tiba ngomong gitu hum? Kamu kenapa ge?" Shani terkejut ketika gracia langsung memeluk ketika bertemu dengannya. Gracia yang sebelumnya sudah berhenti menangis kini mengeluarkan air matanya lagi ketika mendengar pertanyaan shani. "A-anin huhuhu"

"Anin? Anin kenapa!?" Shani melepaskan pelukannya dan beralih menatap wajah gracia, mengusap pipinya pelan untuk menghapus air matanya. "Kenapa ge? Dia apain kamu?" Shani mengecek anggota badan gracia untuk memastikan tak ada luka yang nampak. Sang gadis yang masih menangis tak kuasa untuk berbicara, shani mengerti akan hal itu.

"Ngobrolnya di kantin aja yuk? Gaenak ditoilet kaya gini" Shani menggandeng tangan gracia untuk beranjak pergi dari tempat itu. Saat tangisan mulai reda, gracia menceritakan hal yang dialami olehnya dan anin hari ini.

"Shan, aku harus gimana?" Ucap gracia cemberut dengan kantung matanya yang sedikit membesar akibat mengeluarkan air mata yang terlalu banyak. Sebelum menjawab pertanyaan gracia, shani menggigit bibir bawahnya "Emm gimana kamunya aja ge, aku gabisa kasih solusi saat ini. Ka-kamu emang mau jauhin aku?" Shani memelankan suaranya.

Gracia bingung dan memilih untuk diam tak menjawab pertanyaan shani. "Ge jawab, kamu gabakal jauhin aku kan?"



"Maafin aku shan..."



***




Jinan sedang berdiri didepan kelas 11 IPS 3 sambil memainkan ponselnya. Kelasnya telah selesai 10 menit yang lalu, bel sekolah pun berbunyi. Anak anak berhamburan keluar dari kelas. Jinan celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang, namun sampai saat ini tak muncul batang hidungnya.

Cindy merupakan orang yang terakhir keluar dari kelasnya, ia tak sengaja melihat jinan. Cindy tak mengindahkannya, ia berjalan lurus tanpa menatap kearah jinan sama sekali. "Cin" Jinan menepuk pundak cindy pelan, ia menghentikan langkahnya tiba tiba yang membuat jinan terkejut.

Cindy membalikkan badannya, "Urusan kita udah selesai nan, lo mau apalagi sih dari gue!?"

"Kalo aku bilang mau hati kamu, emang boleh?"

Cindy memasang ekspresi jijik, "Fiks lo udah gila. Becandaan lo galucu tau ga" Cindy mendorong tubuh jinan kebelakang. Jinan hanya terkekeh, "Aku ga bercanda loh cin" Raut wajahnya berubah menjadi serius seketika. Cindy gugup sekarang, detak jantungnya tak berdetak normal seperti biasanya.

"Ahrg tau ah nan, gue mau balik sekarang. Jengah banget gue ngobrol sama lo" Saat ingin melanjutkan langkahnya, cindy tak bisa bergerak. Tas cindy yang ia gendong ditarik jinan dan ditahan olehnya. Sontak badan cindy tertarik kebelakang lagi.

"Pulang sama aku" Bisik jinan tepat ditelinga cindy, tubuhnya kini bergetar akibat deru nafas jinan didekat lehernya. "Gak, gue gabutuh" Tolak cindy dan segera menjauhkan dirinya dari jinan.

"Terus kamu mau pulang sama siapa? Sekolah udah sepi loh, sisa kita berdua" Cindy mengedarkan pandangannya pada lorong tempat ia berdiri sekarang.

"Ck, pokonya gue gamau JINAN SAFA!"

Jinan tetap menarik paksa tangan cindy untuk mengikutinya, "Tinggal duduk manis nikmatin jalan susah banget sih. Lagian gabakal aku suruh nyetir juga"









***








"Maaf shan, ak- aku"

"WEISHHHH GAIS INYONG DATENG. ANA APA IKI!?" Desy menepuk punggung shani cukup keras, dan duduk dibangku yang kosong disamping shani. Shani melemparkan tatapan tajam pada desy, ia hanya menyengir tanpa rasa bersalah.

Melihat desy datang, gracia menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangan yang ia lipat diatas meja. Desy melirik gracia dan bertanya pada shani "Dia kenapa?" Ucapnya tanpa suara. "Elo si ganggu banget bangsat" Balas shani menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara juga.




Tangan shani terarah untuk memegang kepala gracia, mengelusnya lembut. Gracia mengangkatnya kepalanya, menatap mata shani lekat. "Shani" Panggilnya dengan suara bergetar.
















"Kamu bisa jauhin aku kan?"

















Tbc.
14-4-22

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang