XII - Hot debate

1.5K 138 4
                                    

Hope page 12












"Jadi waktu itu gue kerumahnya gege buat ngebalikin novelnya, terus ada cewe berdiri rambutnya sebahu emm panjangan dikit lah. Tuh cewe lagi mondar-mandir kaya orang kebingungan gitu didepan gerbang rumahnya gege" Jelas desy panjang, setelah itu ia menarik nafas dalam-dalam untuk melanjutkan ceritanya. Shani hanya meresponnya dengan anggukan.

"Nah habis itu gue tanya lah dia siapa kan, dia ngaku namanya anin. Setelah gue liat liat ya cakep juga si anaknya, cuma menurut gue anaknya bisa sedikit kasar kalo emosi. Gue khawatir takutnya gege bisa dimain tangan sama pacarnya sewaktu dia emosinya ga terkontrol shan" Desy menyeruput es tehnya, shani hanya diam. Pikirannya kalut sekarang, "Gue bakal cari cara buat misahin mereka berdua apapun caranya" Shani menekankan setiap kalimatnya tegas.

"Lo gabisa gitu shan"

"Kenapa engga des? Ini demi keselamatan gracia juga. Lo ga dukung gue?" Shani menatap desy dengan tatapan tajam. "Bukan gitu, kalo lo misahin mereka dengan cara yang salah itu sama aja lo kaya anin. Paham kan maksud gue?"
















"Dan yang paling penting sekarang dan yang harus lo tau, anin benci banget sama lo, shan. Gue berspekulasi dia bakal macem macem sama lo karena elo masih didalam jangkauan gracia"

Raut wajah shani lemas, ia mengacak rambutnya untuk melampiaskan kekesalan atas pernyataan desy baru saja. Ia bingung harus bersikap bagaimana, disatu sisi ia ingin menyelamatkan gracia namun disisi lain ia ingin dirinya terhindar dari bahaya yang akan dilakukan anin si anak fakultas hukum, siapa sih yang ga ngeri?

"Keputusan gue udah bulat des, apapun resikonya bakal gue ambil"




***





Gracia sedang menunggu anin didepan gerbang rumah sambil mengotak-atik ponselnya. Tak jarang ia memperhatikan arah jalan untuk mencari keberadaan kekasihnya.

Ddin din.

Anin membuka kaca mobilnya, "Maaf ya aku telat" Gracia hanya mendengus lalu berjalan kearah pintu mobil anin, membukanya dan duduk disamping kursi supir yang diduduki oleh gadis memakai t-shirt santai dan hotpants.

"Kamu mau ke kampus pake kaya gini?" Tanya gracia menarik ujung kaus anin. "Aku dapet kelas pagi tadi"

"Kok kamu ga ngabarin aku? Tau gitu kan kita bisa berangkat pagi bareng, trus aku bisa nunggu jam kelas dikantin. Kamu gaperlu repot repot buat jemput aku siang ini nin" Ucap gracia merasa sungkan.

"Kamu juga mendadak gini, aku kira kamu bakalan berangkat sama si shani itu" Ketus anin tanpa memotong pandangannya kearah jalanan.

"Kamu cemburu sama dia? Kamu cemburu sama sahabat aku sendiri nin!? Iya!?"

Anin meminggirkan mobilnya kebahu jalan, dan menyalakan lampu darurat. Ia menarik nafasnya berat dan menatap wajah gadisnya "Gracia, aku mau kamu jauhin dia"

"Aku jauhin shani!? Ya gabisa dong nin, kamu tau kan dia sahabat aku dari kecil!? Gabisa seenak gitu kamu nyuruh aku buat jau-"

























"KALO KAMU GAMAU JAUHIN SHANI, AKU GA SEGAN SEGAN AMBIL TINDAKAN BUAT NYELAKAIN DIA GRE!"

"KAMU KENAPASIH SELALU BAWA DIA DALAM HUBUNGAN KITA!?" Tak terasa gracia menitikkan air matanya, begitu sakit hatinya ketika dibentak oleh orang yang begitu ia sayangi.

Gracia megusap pipinya kasar, "Dia salah apa sama kamu hah!?" Nafas gracia tersengal akibat tangisannya. "Kalo kamu gasuka aku deket sama dia, kita bisa akhir-"

"AKHIRIN APA!? AKHIRIN APA GRE!?" Anin menggunjangkan bahu gracia kasar, "JAWAB DONG JANGAN DIEM AJA!"

"Kamu egois nin" Gracia menundukkan wajahnya karena kini tangisannya lebih parah dibandingkan awal tadi.

"KAMU LEBIH EGOIS YA SHANIA GRACIA" Anin melajukan mobilnya diatas rata-rata, tak peduli oleh klasonan pengendara lain. Kini anin merasa jalan ini hanya dilintasinya seorang.








Mobil anin telah sampai didepan gedung fakultas ikom. Tanpa sepatah katapun, gracia beranjak dari duduknya untuk keluar dari mobil anin dan membanting pintunya kasar. "Brengsek" Umpat manusia yang masih dalam mobil miliknya tersebut.

Gracia berjalan terburu-buru menuju toilet untuk merapikan penampilannya yang saat ini cukup berantakan. Sesampainya ditujuan, gracia bercermin dan membasuh mukanya dengan air. Tiba tiba seorang gadis tinggi keluar dari salah satu kamar mandi. Gracia mengelap wajahnya dengan tisu, lalu menyadari kehadiran seseorang melalui arah bayangan yang terpantul dari cermin didepannya.




"Ge?" Panggil shani.





















Gracia membalikkan badannya, dan memeluk shani erat.

"Shan, janji jangan tinggalin aku ya?"












Tbc.
13-4-22

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang