XVI - I have to move on

1.5K 131 3
                                    

Hope page 16









"Dimana cici kamu!?" Bunda ve berkecak pinggang menatap cindy dengan tatapan mematikan. "Ya gatau lah bun, lagi main sama temennya kali"

"Loh gunanya bunda nyuruh kamu buat telfon shani baru aja apa!?" Tangan bunda ve bergerak untuk menjewer telinga cindy, "AWWW AWSHH BUNDAA SAKIT BUN" Bunda ve menyudahinya. "Heheh cindy lupa nanya ci shani lagi dimana bun" Cindy menyengir tengil tanpa rasa bersalah.

Bunda ve mengembuskan nafasnya lelah, mengambil ponsel miliknya dan menelfon seseorang disana.

"Halo gege. Kamu tau ga shani lagi dimana ge?"

"Yah maaf bun, shani lagi ga sama gege. Tadi juga shani ga masuk kuliah" Ucap gracia diseberang telfon.

"Shani ga kuliah ge!? Dia ngabarin kamu lagi dimana ga?" Jujur bunda ve sudah bertekad jika shani pulang kerumah ia akan mengulek nya diatas ulekan.

"E-engga bun, gege gatau" Balas gracia kikuk, ia takut bahwa bunda shani tau kebenaran diantara gracia dan shani saat ini. Ia takut ketahuan juga bahwasanya shani tidak masuk kuliah bukan karena sengaja membolos untuk kesenangan dirinya sendiri, melainkan karena masalahnya dengan gracia siang tadi.

"Yasudah, makasih ya ge" Bunda ve menutup telfonnya. Cindy tengah asik makan cemilan diruang tengah sambil menonton televisi, sesekali tertawa saat melihat adegan lucu di televisinya.

"Cin, kakakmu tuh gamasuk kuliah hari ini" Bunda ve merebahkan diri diatas sofa, "Huh cape banget bunda ngurusin anak bandel kaya dia" Suaranya terdengar seperti gumaman kecil. "Wah bakalan ada perang veshan nih" batin cindy.

Cindy mendekati kearah bundanya yang kini tengah mengatur nafasnya. "Mau cindy ambilin minum bun?"




***





"Shan balik yuk ah, gue ngebayangin ntar lo dijadiin pepes shani ama nyokap lo. Hih ngeri gue mah" Desy bangkit dari duduknya, merenggangkan tubuhnya sesaat yang terasa pegal akibat duduk yang terlalu lama. "Lo pulang duluan aja des, nih pake mobil gue" Shani melemparkan kunci mobilnya kearah desy, ia kaget dan untungnya kunci tersebut masih sempat diselamatkan.

"Lah elo balik pake apa kokom jubaedah!? Terbang pake sayap? Teleportasi? Pintu doraemon?" Desy sewot, "Jan banyakan nge set gerl deh lo jadi goblok gini kan, ayo balik ah shan" Desy menarik paksa tangan shani, gadis itu masih terduduk dan enggan untuk bangun sama sekali. Desy masih menarik tangannya sekuat tenaga, akibatnya tubuh shani terseret.

"Woy anjing baju gue kotor des" Shani memukul lengan desy menggunakan tangannya yang menganggur. "Ya lagian lo banyak drama banget disuruh pulang, cepetan siapa tau entar dijalan ketemu gracia" Desy tersenyum tengil menaik-turunkan alisnya. Shani hanya tersenyum simpul terhibur akibat tingkah konyol sahabatnya.

Shani menganggap desy sebagai saudara kandungnya sendiri, karena terkadang ia bisa terhibur karena tingkah laku desy yang kocak. Terkadang juga jengah karena sifatnya yang selalu menyebalkan, namun yang paling ia sukai dari desy adalah sifatnya yang dewasa dan bijak. Sifat itu jarang sekali ia tunjukkan, hanya sewaktu-waktu ia gunakan ketika shani terjebak dalam masalah.



Kedua insan itu saling merangkul dan jalan melangkah menuju parkiran. Tak jarang desy melawak guna membuat shani tertawa, usaha nya tidak sia sia. "Nah gitu dong senyum, baru temen gue" Desy memeluk shani sepontan. "Hih alay lo bangsat" Shani mendorong tubuh desy dan membuatnya mundur satu langkah kebelakang. Shani mengantarkan desy ke kosannya yang terletak diujung kota Jakarta, memang sedikit lebih jauh dari rumahnya.

Shani membuka kaca mobilnya, "Thanks ya des buat hari ini" Ucap shani dari dalam mobil ketika desy sudah diluar untuk membuka pagar kosannya. Desy hanya tersenyum memamerkan jempolnya, "Gue masuk ya, hati hati dijalan. Jangan sampe elo balik cuma nama gara gara pembunuhan berencana nyokap lo sendiri" Tawa desy yang membuat shani terkekeh geli.




Kembali shani menyetirkan mobilnya menuju arah rumahnya, hampir 45 menit perjalanan yang ia tempuh. Suara mobil terdengar oleh bunda ve, ia langsung keluar guna mengecek halaman rumahnya yang sudah terisi mobil hitam sedan milik shani. Didalam mobil shani sudah melihat bundanya berkecak pinggang menunggu kehadirannya, shani mengatur nafasnya sebelum adu debat dimulai.

Dengan memberanikan diri, shani keluar dari mobil dengan raut wajah yang sengaja ia buat . Ia berjalan menuju teras rumah dengan menggendong tas miliknya, "Malem bunda" Kali ini suaranya terdengar sangat lemas. "Darimana aja jam setengah sembilan baru pulang?" Tanya bunda ve dengan nada mengintimidasi.

Tanpa panik, shani pun menjawab "Tadi jenguk temen SMA ke rumah sakit bun, bareng sama gracia juga kok" Bunda ve hanya mengangguk seraya tersenyum "Ohhh gracia ya, kok tadi bunda telfon anaknya dia bilang ga ketemu kamu dan juga dia bilang kamu hari ini ga masuk kuliah!?" Entah pernyataan atau pertanyaan yang dilontarkan bunda ve baru saja, shani menghela nafasnya pelan. "Bun masuk dulu yuk, kita omongin di dalem aja" Shani hendak masuk kedalam rumahnya namun ditahan oleh manusia didepannya.

"Jangan harap kamu bisa masuk kerumah malem ini Shani Indira"




***





Tok tok tok.

Pintu kamar gracia diketuk oleh bundanya, "Ge makan malem dulu yuk. Ayah udah nunggu tuh dibawah" Panggil bunda naomi pada gracia. Tak ada jawaban dari dalam kamarnya, ia membuka pintu kamar gracia dan sontak terkejut melihat keadaan isi kamar anak tunggalnya itu. "Astaga ge, kamar kamu berantakan banget sih!?" Bunda naomi mengambil baju kotor yang tergeletak dilantai, gracia yang berdiri diatas balkon yang membelakangi bunda naomi masih tak sadar atas kehadiran bundanya.

Bunda naomi berjalan menghampiri gracia, "Ge makan dulu yuk, dari kamu pulang kuliah tadi kamu sama sekali belum ngisi perut loh" Ujarnya lembut. Gracia sontak kaget bukan main, pasalnya ia baru saja menyadari ada seseorang dibelakangnya saat ini. "Duh bunda bikin kaget ajasih, sejak kapan bunda disini?" Gracia melirik arah pintu kamarnya yang ternyata sudah terbuka lebar. "Sejak kamu berdiri disini ngegalauin orang" Tebak bunda naomi asal, gracia mengerenyitkan dahinya. "Bunda tau darimana!?"

"Loh bunda bener? Emangnya kamu galauin siapa hum? Anak bunda udah pacaran ya" Ia mencubit hidung gracia guna meledeknya. "Duh ah bunda, ayo makan bun gege udah laper banget nih" Gracia mengusap perutnya sendiri. Bunda naomi menggeleng kepalanya pelan, "Dasar anak jaman sekarang sukanya main rahasia rahasiaan" gumamnya.

"Ayah!!!" Panggil gracia girang saat melihat ayahnya duduk dikursi meja makan, bunda naomi terkekeh pelan dibelakang gracia. "Hai cantik, kok baru keliatan sih" Ayah harlan mengusap lembut rambut anak semata wayangnya itu. "Daritadi dikamar dia ngegalauin cewek tuh yah" Bunda naomi mengompor-kompori kegiatan anaknya tadi yang membuat sesorean gracia tak keluar sama sekali dari kamarnya. "Ihh apasih bun" Gracia pura-pura kesal yang membuat kedua orangtuanya tertawa.

"Siapa sih pacar kamu ge? Kenalin ke ayah sama bunda dong"

"Shani ya?" Tebak bundanya asal. Gracia melotot mendengar nama yang disebutkan bundanya baru saja, "Shani udah lama banget ga kesini, besok ajak makan malem bareng kita ge" Ayah harlan menimpali, bunda naomi mengangguk setuju. Gracia hanya menunjukkan senyuman palsu, "Iyadeh kapan kapan gege ajakin" Makan malam keluarga harlan pun dimulai.




***








Dengan nekat, shani menerobos lari masuk kedalam rumahnya. Cindy yang masih diruang tengah pun kaget melihat kakaknya yang bisa mengakses masuk padahal bunda ve sudah berancang-ancang untuk menghajar putri sulungnya.

"Lah kok bisa masuk!?" Cindy beranjak dari duduknya menuju tempat shani berdiri saat ini. Shani tersenyum, menunjuk kearah bunda ve yang kini sibuk mengobrol dengan tetangganya. Entah obrolan emak emak apa kali ini yang dibahas, shani tak mempedulikannya.

"Malem ini bu nabilah yang nyelametin gue"











Tbc.
16-4-22

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang