XXIII - Forget?

1.5K 143 2
                                    

Hope page 23



Flashback off.

Sorot matahari masuk melalui celah jendela sebuah kamar, membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya. Kantung matanya membengkak dan sangat terlihat jelas oleh siapapun yang menatapnya. Malas, itu yang selalu menyelimuti kesehariannya. Gadis itu berjalan menuju balkon kamarnya, menghirup udara segar pada pagi itu. Silir angin sejuk membuat sang gadis enggan bergerak dari tempat persinggahannya.

Pintu yang tak terkunci terbuka, seseorang masuk tanpa izin dari pemilik kamar tersebut.

"Shan-"

Mulut bunda ve seakan-akan terbungkam, hatinya begitu sakit ketika melihat putri sulungnya berubah menjadi pemurung. Perlahan ia mendekati shani yang masih membelakangi posisi bundanya saat ini. Ia mengelus punggung putrinya lembut, seolah-olah guna mentransfer energi. Shani sedikit terkejut, namun ketika melihat bundanya ia merasa jauh tenang.

"Tumben udah bangun?"

"Kebangun" Shani menjatuhkan kepalanya dipundak bunda ve. "Shan, bunda ga tega ngeliat kamu kaya gini terus. Mau sampe kapan?"

Tak ada kalimat yang dikeluarkannya, ia masih nyaman dengan posisi seperti itu. "Ga baik loh kelamaan jauh jauhan sama sahabat dari kecil kamu, datengin gih kerumahnya"

Shani menggeleng pelan, "Udah engga ada harapan bun"

"Jangan ngomong kaya gitu, kamu udah dewasa shan. Coba dulu ya?" Perlakuan bunda ve sungguh lembut berbeda ketika saat shani membuat masalah, bunda ve akan berubah menjadi singa.

"Kamu suka ya sama gege?"

"Kamu cemburu gege udah punya pacar?" Lanjutnya.

"Udah lama, dari shani SMP" Shani menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya, "Shani engga cemburu, shani ikut seneng kok kalo gege bahagia sama pilihannya"

"Cuman..."

"Hati shani sakit banget bun"

Bunda ve menarik badan shani agar menghadap kearahnya. Menatap intens wajah putrinya "Terus kamu nyerah gitu aja?"

"Anak bunda kok jadi lemah gini sih?" Bunda ve mendorong tubuh shani sehingga mundur satu langkah kebelakang. Shani hanya terkekeh kecil, "Jangan dipikirin deh bun, nanti juga selesai sendiri masalahnya"

"Masalah gaakan mungkin selesai kalo kamu ga memulai untuk nyelesaiin, shan"



***



Cindy menelusuri kantor osis dimana disana ia tengah mencari keberadaan seseorang, "Eh sis, lo liat jinan ga?"

Sisca menatap remeh gadis didepannya, "Ngapain lo nyariin jinan?" Sisca menyilangkan kedua tangannya didada bertanya dengan nada menyelidik. "Gu-gue ada urusan sama dia"

"Jinan belum kesini dari pagi, coba aja cari dikelasnya" Ucap ariel tiba tiba menimpali percakapan mereka, sisca menautkan kedua alisnya melemparkan tatapan maut pada ariel. "Kerjaan lo masi banyak sis, masuk gih"

Tanpa melontarkan sepatah katapun cindy berlari menuju kelas 11 IPA 1. Menabrak semua orang yang menghalangi jalannya, tak peduli dengan teriakan maupun ocehan seluruh warga sekolah, cindy berlari sekuat tenaga yang ia miliki. Nafasnya terengah-engah ketika ia sampai tujuannya.

Isi dari kelas itu bisa dibilang cukup kosong, penghuninya masih menikmati jam istirahat dikantin. Hanya tersisa seorang gadis dengan rambutnya yang panjang sedang menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangan yang ia letakkan di atas meja. Mata cindy berbinar, hatinya bahagia ketika manusia yang ia cari sedari tadi ditemukan.

Cindy berjalan mendekati gadis itu yang masih sama dengan posisinya nyamannya. Tangannya terarah untuk menyingkap rambut lembut gadis tersebut, namun sedetik kemudian ia menariknya lagi. Ia terlalu takut untuk melakukan hal itu, "Ji-jinan" Panggilnya dengan gumaman kecil.

Gadis itu terbangun dari alam sadarnya, mendongak keatas untuk melihat siapa yang berani beraninya datang untuk menganggu aktivitas kesunyiannya. "Nan? Elo gapap-"

"Pergi" Ucapnya dingin. Cindy bingung seribu bahasa, ingin sekali meneteskan air mata namun masih bisa ia tahan. "LO UDAH SEBULAN DIEMIN GUE NAN, GUE SALAH APA SAMA LO!?" Kini cindy tak dapat lagi menahan amarahnya, ia menggertak meja jinan. Jinan yang sedang tak ingin memperpanjang masalah pun kembali menyembunyikan wajahnya. "Kasih tau kesalahan gue nan" Isakan tangis telah terdengar, hati jinan begitu sakit ketika mendengar gadis yang begitu ia cintai menangis karena dirinya. Namun ia tetap diam enggan mengeluarkan suaranya lagi.

"Jinan lagi gamau diganggu, mending lo pergi"

Cindy menoleh kearah suara, orang itu mengisyaratkan untuk cindy segera menjauh dari jinan. "Dia akhir-akhir ini emang suka begitu, gue juga gatau penyebabnya apa" Ucap ariel menjelaskan diluar kelas. "Udah lo jangan nangis, kalo lo mau cerita bisa sama gue kok" Ariel menyodorkan sebuah tissue, tentu saja diterima baik oleh cindy.

"Jinan kayanya lagi ada masalah cin" Cindy menghapus air matanya, "Ril, gue minta tolong buat hibur jinan ya? Gue sebenernya gatau dia ada masalah apa, cuma gue yakin pasti berat banget" Ariel tersenyum seraya mengangguk, "Beres cin, sono ke kelas lo. Mau gue anter?" Tawar ariel dibalas gelengan dari lawan bicaranya.

"Gausah makasih, gue pamit dulu ya"






"Lo mau kemana nan?" Ariel sengaja menghalangi jalan jinan untuk keluar kelas. "Cin-cindy, cindy tadi mana?" Tanyanya lemas, matanya sayu, tangannya berpegangan untuk menopang tubuhnya pada dinding kelas. "Tadi udah balik ke kelasnya, eh eh lo mau ngapain?" Jinan yang ingin beranjak untuk menyusul cindy pergerakannya ditahan oleh gadis mungil didepannya.

"Badan lo anget, mau ke uks?" Tanya ariel setelah memegang dahi jinan. Ia menggeleng lemah, "Cindy, gue mau ketemu cindy ril" Jinan merengek memohon untuk mengantarkan dirinya padanya. Ariel menggeleng kukuh, "Ikut gue ke uks" Ariel menarik pelan tangan jinan untuk ikut dengannya.

"Duduk sini yang anteng, gue ambilin kompresan dulu" Ariel meninggalkan jinan sendiri diruang uks, jinan mulai merebahkan dirinya diatas kasur yang ada. Ia menatap langit langit ruang uks, berkali kali mulutnya mengigau mengucapkan nama seseorang.





"Cindy natio..." Penglihatannya buram, sungguh hitam yang ia lihat. Perlahan kedua matanya tertutup hingga sempurna.

















To be continued.
Hope - httpshngrc

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang