XIX - First day

1.5K 146 9
                                    

Hope page 19







Shani kembali ke kamarnya, membuka ponsel miliknya yang semalaman penuh ia charge. Puluhan chat masuk, namun yang pertama kali ia buka adalah..

Shani sedikit terkekeh melihat tingkah jamet temannya itu, ia bergegas mengambil handuknya dan pergi untuk membersihkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Shani sedikit terkekeh melihat tingkah jamet temannya itu, ia bergegas mengambil handuknya dan pergi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama karena shani tak suka menghabiskan waktunya untuk berendam, ia segera mengenakan pakaian yang cukup casual untuk kuliah hari ini. Namun sesaat dirinya teringat sesuatu, "Hari ini ketemu gracia dikelas, sikap gue harus gimana ya?" Monolog shani sendiri.




***




"BUNDAAA GRACIA BERANGKAT YAAA" Gracia berlari menuruni anak tangga dan menuju pintu. Tanpa menghampiri bundanya yang sedang sibuk bermain ponsel diruang tamu. Bunda naomi hanya menggelengkan kepalanya heran, "Hati hati ya sayang" Teriak bunda naomi membalas pamitan gracia.

Gracia dengan semangat membuka lebar gerbang rumahnya, berdirilah seseorang yang ia tunggu-tunggu kehadirannya sedari tadi. "Sayang, aku kangen banget" Gracia langsung memeluk anin erat, tak mungkin anin tak membalasnya bukan?

"Aku lebih kangen kamu gre, sayangku pagi pagi cantik banget sih?" Anin tak sungkan untuk menghujani puluhan ciuman dipucuk kepala gracia. Gracia mengalungkan lengannya dileher anin, mereka berdua tak peduli menjadi bahan tontonan orang yang lalu lalang didepannya.

"Ayo kita berangkat yey"

Anin membukakan pintu mobil untuk gracia, memastikan kekasihnya duduk dengan nyaman baru ia masuk kedalam mobilnya. Seseorang memperhatikan kedua insan tersebut dari jauh, tatapan matanya mengisyaratkan bahwa ia sangat hancur sehancur-hancurnya. "Ge, secepet itu kamu lupain aku?"

Shani memukul keras stir mobil dihadapannya, melampiaskan kekesalan pada pagi hari ini. Isakan tangis terdengar, masih dalam posisi yang sama selama sepuluh menit. Ia baru menancapkan gas mobilnya menuju kampus sebelum telat mengikuti mata kuliah hari ini.

Tanpa kesengajaan, shani berpapasan digedung rektorat dengan gadis yang masih ia cintai sampai detik ini. Kemarin, besok, lusa, sampai seterusnya pun shani yakin perasaan itu akan sama. Kepala gracia mendongak, menatap wajah manusia didepan yang menghalangi jalannya. Nafsu hati gracia ia sangat ingin menarik shani kedalam pelukannya untuk meminta maaf atas kejadian kemarin serta keputusannya yang konyol. Namun hati dan anggota tubuh gracia tak sinkron, ia beranjak pergi dari shani tanpa mengucap sepatah kata apapun.

Selama hubungan persahabatan shani dan gracia selama 8 tahun lamanya, shani baru disikapi dengan sikap gracia yang dingin. Shani tersadar, bahwa satu orang telah mengubah semuanya tentang gracia. Siapa lagi kalau bukan, anin?

Shani hendak mengurus ke-administrasian mahasiswinya. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena kejadian tak terduga tadi.




***





"JINAN!"

Seseorang menghampiri tepat didepannya, seketika badan jinan menegang. Mengingat perkataan ayahnya semalam. "Woy, muka lo tegang bener kek sapi mau dikurbanin" Cindy menampar pelan pipi jinan yang membuat empunya tersadar.

"Eh cin, kenapa?" Balasnya singkat. Cindy yang merasakan perubahan sifat drastis dari lawan bicaranya pun heran. "Lo ga biasanya gini nan, lo sehat kan? Lagi sakit?" Tiba tiba cindy merubah nada bicaranya menjadi serius. Sang gadis hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Aku ada rapat osis, udah dulu ya" Jinan meninggalkan cindy dikoridor yang cukup sepi. Kini hanya terlihat punggung jinan yang semakin lama semakin menjauh dari pandangan cindy.

"Tuh orang udah ngebikin baper malah nge ghosting, sialan"






Jinan membuka pintu kantor osis, kehadirannya sudah ditunggu anggota osis lainnya. "Selamat pagi semuanya. Maaf saya terlambat datang pagi ini, sekarang langsung bisa saya mulai rapatnya ya?"

"Gapapa nan, btw lo lagi sakit ya? Pucet banget tuh muka diliat liat" Tanya sisca selaku wakil ketua osis. "Iya kak, kok tumben pucet banget" Timpal nurhayati alias aya adik kelasnya. Jinan hanya tersenyum seraya menggeleng lemas menanggapinya, "Oke, jadi saya mengumpulkan kalian disini untuk membahas event event yang akan diselenggarakan disekolah kita saat class meeting mendatang. Seketaris silahkan catat ini, sebelumnya saya sudah konsultasi kepada Bu Kinal dan sudah disetujui oleh beliau"

Ariel segera menuliskan yang diperintah oleh jinan. Rapat osis dilanjut menghabiskan waktu sekitar setengah jam lamanya.

"Baik, segitu aja rapat untuk hari ini, ada pertanyaan yang perlu disampaikan sebelum saya akhiri?" Seluruh anggota osis serempak menggelengkan kepalanya, "Kalo ada pertanyaan susulan bisa langsung hubungi saya atau temui saya dikelas ya" Jinan mendahului keluar dari ruangan untuk menuju kelasnya yang sudah dimulai tepat dirinya memulai rapat osis tadi.





***







Shani memasuki kelasnya, melirik sepintas gracia yang tengah asik mengobrol dengan feni. Shani berpura-pura mengacuhkannya, ia segera duduk ditempat yang biasanya ia duduki. Shani menempatkan tasnya diatas meja untuk menjadi bantalan tidurnya, tak lama kemudian dosen pengajar masuk. Shani sebenarnya tak tertarik dengan matkul hari ini, namun dirinya harus terpaksa hadir.

Gracia mencuri-curi pandang kearah shani yang sedang asik melamun. Sungguh, hari pertama mendiami shani merupakan hal yang sangat berat untuknya. Ini merupakan pertama kali gracia melakukan hal itu, tak mendapatkan bekal yang banyak sehingga masih terlalu aneh baginya.

Setelah kelas selesai, shani masih tak ingin beranjak dari tempat duduknya. Ia menyembunyikan wajahnya diapitan kedua tangannya. Secarik kertas yang terlipat mengganggu aktivitas ketenangannya. Walaupun shani tak melihat seseorang yang memberinya karena kalah cepat dengan pergerakannya ia tau siapa pelaku orang tersebut. Ia hafal betul wangi parfum soft itu, gracia.

Shani maafin aku, aku lakuin ini demi keselamatan kamu. Aku gamau kamu kena imbas dari hubungan aku sama anin. Maaf aku egois shan, aku yakin kita bisa jalanin ini semua. Bahagia tanpa aku ya, take care of ur self.

-ShnGrc-



Shani meremas kuat kertas yang berada digenggamannya, memejamkan mata guna meredam emosi setelah mengetahui latar belakang gracia kukuh untuk menjauhi dirinya.


















To be continued.
Hope - httpshngrc

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang