XX - I can't, please

1.6K 156 7
                                    

Hope page 20








Sudah satu minggu lamanya sejak pertemuan terakhir shani dan gracia dikantin kampus, sampai sekarang pun masih tak ada interaksi antar kedua gadis tersebut baik dikampus maupun ketika tidak sengaja bertemu dijalan. "Shan, kok akhir akhir ini gege udah jarang main kerumah? Ajakin kesini dong bunda kangen tau" Shani masih sibuk dengan ponsel ditangannya, menatap layar tanpa terusik sama sekali dengan ocehan bundanya. Namun sesekali raut wajahnya berubah menjadi cemberut.

Pletak.

Remote tv mendarat tepat didahi sempurnanya, "Sshh bun kenapasih?" Shani meringis mengusap dahinya. "Kamu tuh yang kenapa? Ditanyain malah gadijawab, bisu kamu?"

"Astaga bunda lisannya, nanya apa bun?"

"Itu si gege kemana sih shan, udah lama banget kamu ga ajak dia kesini. Biasanya kan kamu sama dia nempel mulu kaya perangko"

Shani terdiam sejenak memikirkan bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan bundanya. Shani yang sekarang tetaplah menjadi shani yang dulu. Gadis yang selalu menutupi seluruh masalahnya dan berpura-pura terlihat baik baik saja. Sampai detik ini masih tak ada jawaban yang dikeluarkan shani. "Tuhkan beneran jadi bisu"

Shani buyar dari lamunannya, "Ohh gege bun, dia lagi sibuk makanya jarang main kesini" Balas shani terlihat santai. "Sesibuk sibuknya gege juga pasti bakal nyempetin buat main kesini kok. Kamu bohong ya sama bunda?" Bunda ve menatap ve menatap shani dengan tatapan intimidasi.

Shani gelagapan, "Terserah bunda lah, kalo gapercaya tanya orangnya aja sendiri" Balas shani sewot. Ia kembali fokus pada kegiatan yang sempat terhenti tadi, bunda ve bergerak untuk mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja. Shani panik bukan main, "Eh ehh bun jangan" Shani menarik lengan bunda ve.

"Kamu sama gracia ada masalah apa?"



***


Vienny telah berdiri setengah jam lamanya, hari libur yang membuatnya tidak ada kegiatan bertekad untuk mendatangi rumah shani tanpa memberi tahu shani terlebih dahulu. Ia mondar mandir terlihat bingung, ingin membuka gerbang namun takut kedatangannya tak diterima baik oleh pemilik rumah. Tiba tiba seseorang menganggu aktivitasnya..

"Cari siapa?"

"Eh, sha-shani nya ada?

"Anjir ci shani punya pacar cakep bener" Batin cindy.

"Ohh ada, masuk aja ayo kak" Cindy berjalan mendahului vienny untuk membukakan gerbang rumahnya, tangan kanannya memegang kantong plastik berisikan penuh makanan yang baru saja ia beli dari supermarket.

"Kalo boleh tau kakak temennya ci shani ya?" Tanya cindy 'sok' ramah menghadap vienny yang berdiri dibelakangnya. Ia mengisyaratkan untuk ikut masuk bersamanya.

"Heheh iya, aku vienny kakak kelasnya shani di sma 48 dulu. Em kamu siapanya?" Tanya vienny bingung sambil menyamakan langkahnya dengan cindy, dugaan sementara vienny sepertinya gadis didepannya ini ada hubungan saudara dengan shani.

"SMA 48 KAK? LOH AKU JUGA SEKOLAH DISANA, Btw Aku cindy kak, adik kandungnya ci shani" Cindy mengelap tangannya kebajunya dan mengulurkan kehadapan vienny tak lupa dengan senyum 'sok' manisnya lagi.

Vienny menerima uluran tersebut dengan ramah, "Wih kamu SMA 48 juga? Kok shani gapernah cerita sama aku kalo punya adik ya"

"Yaelah kak vienny kaya gatau dia aja, mana mau sih dia nganggep aku" Cindy memutarkan bola matanya malas dibalas oleh kekehan kecil dari vienny, tak terasa kini mereka berdua telah sampai didepan pintu rumah.

Cindy membukanya, terlihat dua manusia sedang duduk disofa dengan kesibukan masing masing. Saat pintu terbuka bunda ve mengalihkan pandangannya kearah pintu sekarang. "CI SHANEE INI ADA TEMEN LO" Shani yang terpanggil sontak kaget, ia merasa sedang tak membuat janji dengan bertemu siapapun.


Vienny menampakkan dirinya yang masih diambang pintu, "Kak ngapain berdiri didepan pintu gitu kaya hiasan rumah. Sini masuk" Sekali lagi, ucap cindy 'sok' asik. Shani masih asik duduk santai tanpa berniat untuk menyambut kedatangan vienny. Bunda ve bangun dari duduknya, menyenggol lengan cindy dan saling bertukar pandang. Vienny yang peka langsung memperkenalkan dirinya, "Saya vienny tante, temennya shani" Vienny membungkukkan tubuhnya sopan dan mengulurkan tangannya.

"Ohh yaampun iya iya, temen kampusnya shani?" Bunda ve menerima ulurannya dan membiarkan punggung tangannya dicium vienny.

"Dulu sih saya kakak kelasnya shani di SMA tante, tapi sekarang udah beda kampus heheh" Merasa namanya selalu disebut, dengan langkah malas pun shani mendekati mereka.

"Tumben kesini ada apa?"

Bunda ve mengisyaratkan cindy untuk tidak mengganggu mereka berdua, cindy mengangguk patuh "Kak vienny aku masuk dulu ya, dah" Cindy menaikki anak tangga menuju kamarnya.

"Bunda kedalem dulu ya shan, vin. Oh iya vienny mau minum apa? Tante bikinin nanti" Tawar bunda ve. Vienny menolaknya dengan ramah, "Gausah tante nanti ngerepotin jadinya"


"Maaf shan kalo aku ganggu minggu siang kamu" Vienny tak berani menatap wajah adik kelasnya itu, suasana menjadi canggung saat ini. Shani mengembuskan nafasnya kasar, "Lain kali bilang dulu kak, jangan mendadak kaya gini"

"Yaudah sekarang kamu siap siap gih, kita jalan yuk?" Ia memberanikan diri untuk menawarkan tawaran yang pasti akan ditolak mentah-mentah oleh shani, walaupun begitu ia tak menyerah begitu saja. Tak disangka-sangka, shani mengangguk dan mengajak vienny ke kamarnya.

Tibalah disana, kamar shani yang ber-cat berwarna monokrom. Dapat terbilang cukup rapi dan sejuk karena terdapat sebuah Air Conditioner yang terus menyala selama 24 jam. Tak lupa wangi kamarnya yang tercium aroma lavender dari pengharum ruangan automatic spray. Vienny menjatuhkan pantatnya diatas kasur shani, "Aku mandi dulu, tunggu sini ya" Tanpa menunggu jawaban vienny ia langsung masuk begitu saja kedalam kamar mandi.

Vienny yang merasa jenuh menunggu shani mandi pun berinisiatif untuk melihat barang barang yang ada di kamar shani, tujuan utamanya adalah sebuah meja belajar yang cukup ramai karena banyak sekali foto-foto yang tertempel disana.

"Ini siapa ya? Kaya kenal" Gumam vienny membolak-balikkan polaroid itu.







5-10-2020
Gracia . Shani

Sebuah tulisan dibelakang foto tersebut menjawab semua pertanyaan vienny. "Ohh gracia, korban friend zone nya shani itu kan" Vienny mengangguk kecil, menaruh kembali ditempatnya semula. Ada banyak foto yang terpampang jelas disana, mulai foto shani saat masih kecil maupun foto gracia bayi pun ia pajang dengan bingkai kecil disana.

"Coba aja gue ada di posisi gracia, gabakal gue sia siain orang kaya shani. Lagian gracia goblok banget masa iya udah temenan lama ga baper sama orang bentukan kaya shani"


















To be continued.
Hope - httpshngrc

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang