XV - Stupid decision

1.5K 136 1
                                    

Hope page 15






Ia tersenyum tipis, "Bisa bisanya kamu bercanda pas lagi kaya gini ge" Kekeh shani pelan. Desy bingung dengan dua insan didepannya ini, sebenarnya apa yang mereka bicarakan? "Lo pada ngomongin apaansih? Gapaham gue" Desy menggaruk tengkuknya.

"Gracia, kamu bercanda kan!?" Karena tak ada kalimat yang gracia lontarkan lagi, shani meninggikan nada suaranya sedikit. Gracia hanya menggeleng lemah, tubuhnya sangat lemas. Shani menghembuskan nafasnya kasar, "Maaf shan mungkin pertemanan kita sampe sini aja" Balas gracia dengan suara yang kecil sehingga terdengar seperti gumaman.

"Jangan pernah hubungin aku lagi"

Kini gracia benar-benar meninggalkan shani dan desy ditempatnya, desy masih tak mengerti masalah apalagi yang terjadi oleh mereka. Desy mengelus pundak shani lembut "Shan?"

"Ayo balik des, gue bakal bolos kelas hari ini"

Shani bangkit dari duduknya lebih dulu, terlihat jelas urat lehernya menegang. Desy berjalan menyamakan langkahnya dengan shani. "Des, lo yang nyetir ya, kita pulang aja kerumah gue" Shani menarik tangan desy paksa dan meletakkan kunci mobil di telapak tangannya. "Ehh eh tapi shan ntar nyokap lo-"

"Gapapa ada gue, cepet masuk"



Sepanjang perjalanan shani hanya melamun sambil memperhatikan jalanan, tatapannya begitu kosong serta juga hampir terdengar isakan tangis oleh gadis itu. Desy masih belum menanyakan apa yang terjadi, ia tak ingin mengacaukan suasana hati sahabatnya saat ini. Namun ia yakin, ini pasti ada kaitannya dengan anin.

"Gra-gracia des" Shani membuka suaranya terlebih dahulu walaupun terdengar sangat lemah. "Lo mau cerita semuanya? Gimana kalo kita ke tempat biasa dulu?" Shani hanya mengangguk, ia memejamkan matanya sesaat untuk meredam tangisannya.











Waktu senja telah dimulai, matahari akan kembali pulang untuk menyembunyikan keberadaannya. Angin dipantai saat itu cukup kencang, terlihat dua gadis perawakan tinggi masih nyaman duduk diatas dipasir pantai sambil menatap ombak didepannya. Sepertinya mereka enggan untuk beranjak pergi maupun bergerak sekalipun.

"Anin nyuruh gracia buat ngejauhin gue" Nada bicara shani terdengar seperti ungkapan yang sangat mendalam. "Latar belakangnya?" Desy bertanya. "Simple, dia cemburu liat gracia deket sama gue" Shani terkekeh dengan menampilkan senyuman palsunya.

"Mungkin saatnya elo ngelakuin apa yang lo omongin tempo lalu dan tepat ditempat ini, shan" Shani menengok pada desy dan menatap intens wajah sahabatnya, "Gue se pengecut itu dimata lo ya des?" Mata shani berkaca-kaca.

"Lebih tepatnya lo suka lari dari masalah"


***




Gracia masuk ke kelasnya yang telah dimulai beberapa menit lalu, dosen yang mengajar mata kuliah tersebut mengacuhkannya. Feni menepuk pundak gracia yang duduk didepannya, "Kenapa telat?" Tanyanya.

"Tadi gojek gue ban nya bocor dijalan heheh" Bohong gracia sambil mengeluarkan buku dari tasnya. "Halaman berapa fen?" Ia melirik buku yang terbuka diatas meja feni. "Dua ratus tujuh gre"

Sepanjang penjelasan materi dari dosen pengajar, gracia hanya menatap bangku kosong dipojok depan. Gracia bertanya tanya dalam hati, "Keputusan gue yang tadi udah bener belum sih?" Monolognya, gracia sungguh pusing dihadapi seribu masalah hari ini, mulai dari permasalahan didalam mobil bersama anin hingga keputusan konyolnya yaitu ia rela kehilangan sahabatnya agar anin tak memutuskan hubungannya.

"Ahrgg, gue goblok banget sih!?" Batin gracia, ia memukul kepalanya sendiri pelan. Hal itu mengundang perhatian feni yang duduk tepat dibelakangnya.

Setelah kelas selesai, gracia masih duduk termenung diatas kursinya. "Gre, ga pulang?" Sang gadis yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, "Huftt, gue gada tebengan hari ini fen"

"Pulang bareng gue aja, kita searah kan?" Ajak feni antusias, "Lah emang shani kemana? Tumben banget ga bareng lo" Saat gracia mendengar nama manusia yang sedari tadi membuatnya dilema ia pun berdiri dari duduknya tiba tiba.

Tanpa menjawab pertanyaan feni, gracia mengalihkan pembicaraannya "Ayo langsung aja balik, udah sore"



***



Shani menyisir rambutnya kebelakang dengan jarinya, "Sekarang gue harus gimana?" Desy menaikkan bahunya acuh, "Daripada sakitnya cuma di elo, mending perlahan-lahan lo lepasin dia shan"

Shani mendengus kasar, "Des, malem ini gue nginep di kosan lo ya? Gue males banget ketemu orang rumah" Desy tersenyum menampilkan kedua jempolnya, raut wajahnya berubah seketika. "Tapi kalo ntar nyokap lo ngamuk terus gimana? Ah engga deh shan, mending lo pulang kerumah aja sono"

"Ck, enggak. Gue nginep di kosan lo sehari pokonya"






Telefon berdering, shani mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"Halo"

"CI, LO DIMANA? BUNDA NYARIIN DARITADI KOK ELO GAPULANG PULANG!?"

Shani menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya yang berdenging.

"Bisa gasi gosah teriak teriak!?"

"YA ELO DISURUH PULANG BEGO, NTAR BUNDA MARAH GUE GA IKUT IKUTAN"

Tutt. Telfon dimatikan sepihak dari cindy.








Tbc.
15-4-22

PENDING • HARAPAN | HOPE [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang