03 : : This Is Us

108 15 10
                                    

Ini wattpad lagi error ya? 😭
Chapter 1 hilang kah di HP kalian? Atau cuma HP ku aja? 😭😭

Ini wattpad lagi error ya? 😭Chapter 1 hilang kah di HP kalian? Atau cuma HP ku aja? 😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbicara soal Annalise, dia adalah favoritku sejak awal masuk sekolah. Dia satu-satunya gadis yang bisa menyaingiku dalam hal prestasi akademik.

Bayangkan saja, bahkan nilai total kami saat kenaikan kelas kembar! Saat itu perebutan juara umum satu. Wah, kalau saja aku tidak memiliki prestasi bulu tangkis tingkat internasional dan olimpiade nasional lainnya, aku tidak mungkin bisa menduduki peringkat juara umum satu. Hitung-hitung, karena prestasi-prestasi tersebut menjadi pertimbangan guru-guru di sekolah.

Aku bersekolah di sekolah negeri biasa. Mungkin kalian berpikir seorang anak konglomerat sepertiku akan bersekolah di sekolah swasta mahal. Tidak. Sama sekali tidak. Gini-gini aku melokal banget.

Bersekolah di sekolah negeri seperti ini membuatku paham arti dari kesederhanaan. Jangan anggap remeh, sekolah negeri pun bersaing ketat dalam hal pendidikan. Jadi menurutku bukan masalah sekolahnya, tapi tempat apa yang bisa membuatmu nyaman untuk meraih pendidikan.

Dan untukku, jawabanku adalah bersekolah di sekolah negeri, karena di sinilah keberuntunganku dalam hal persahabatan ditemukan.

Akan kujelaskan mengenai mereka.

Yang pertama Gema. Gema adalah teman sekelasku yang paling sederhana. Rumahnya hanya beberapa meter dari rumahku sekarang. Dia orangnya cenderung pendiam, tak biasa bersuara jika tidak terlalu dekat dengan orang lain. Dia hanya berbicara dengan orang yang menurut dia nyaman untuk diajak berteman.

Gema itu yang paling tinggi di antara kami. Aku sudah tergolong tinggi, tapi Gema masih lebih tinggi beberapa senti dariku. Dia memang minim bicara. Dibilang sedingin kulkas juga bukan. Dia orangnya tidak secuek itu. Mungkin lebih tepatnya kalem daripada dingin.

Gema adalah pendengar yang baik. Dia selalu menjadi wadah bagi semua orang. Meskipun pendiam, Gema merupakan orang yang peduli. Sering menjadi sandaran bagi orang-orang di sekelilingnya, sekaligus menjadi penyemangat di kala lelah.

Gema bukan orang yang beruntung secara finansial. Keluarganya memiliki ekonomi yang begitu rendah. Hal tersebut membuat dirinya sering dihina dan dicemooh oleh manusia-manusia tak berhati.

Gema tidak pernah melawan mereka. Dia hanya diam dan menerima semua umpatan yang masuk ke telinganya. Sebagai laki-laki, naluriku untuk melawan setan-setan berisik yang dengan jahatnya melontarkan ucapan tak pantas kepada Gema, selalu menyala. Tapi Gema tidak pernah membiarkanku untuk melawan mereka. Kata Gema, biarkan saja.

Aneh, kan?

Gema itu terlampau polos sampai aku tidak tega dengannya.

Kedua namanya Athar. Athar ini juga teman sekelasku, sifatnya justru berbanding terbalik dengan Gema. Aktif, humoris, dan positif. Hobinya itu bermain basket. Asal kalian tahu, selain karena Bang Daffa, sifat pendiamku diubah oleh Athar. Athar memiliki energi yang tidak ada habisnya seperti aku sewaktu dulu. Adanya persamaan frekuensi dengan Athar, membuat sifatku perlahan-lahan kembali seperti semula.

DHARSAN'S DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang