35 : : Separate

63 7 24
                                    

Sedih nulis chapter ini 😭

Sedih nulis chapter ini 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan hari.

"Gema nggak ninggalin surat apa pun, ya, untuk kita?"

Yunda bertanya padaku, Athar, dan Annalise. Kami berkumpul lagi setelah sekian lama. Ternyata memang bukan hanya aku yang menghukum diri. Yunda, Athar, dan Annalise pun melakukan hal yang sama selama ini. Nyatanya tidak ada yang baik-baik saja. Semua memiliki penyesalan yang dalam atas kepergian Gema yang begitu tiba-tiba.

Annalise menggeleng. "Nggak."

Yunda tertawa hambar. "Jadi dia pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa? Tanpa ninggalin pesan ke kita sama sekali."

"Nggak sempat mungkin," jawab Annalise. "Dia pasti udah nggak kuat banget hari itu. Makanya dia mutusin untuk cepet-cepet pergi."

"Apa kabar orangtuanya Gema?" tanya Yunda pada Annalise.

"Tau tuh! Nggak peduli," jawab Annalise.

"Udah cerai mereka," jawab Athar tanpa ekspresi.

Aku, Annalise, dan Yunda refleks menoleh.

"Kapan?" tanya Yunda.

"Tiga hari yang lalu," jawab Athar. "Itu info yang aku dengar dari tetangganya Gema."

"Ya sudahlah. Semua udah hancur," ujar Annalise lesu.

"Gema lagi apa, ya?" tanya Yunda.

"Lagi kena hukuman paling," jawab Athar begitu saja.

"Apa itu jawaban terbaik yang bisa kamu ucapkan, Thar?" tanya Annalise sembari mengepalkan tangannya.

"Memangnya menurutmu dia sedang apa?" tanya Athar tanpa tenaga. "Sedang bertemu bidadari surga?" Dia terkekeh miring. "Ada-ada aja kamu, Ann."

Air mata Annalise jatuh begitu saja. "Kamu sahabat Gema bukan sih?"

Athar diam dan meneteskan air mata.

"GIMANA KAMU BISA BICARA SEPERTI ITU?!" tanya Annalise. "Kurang baik apa Gema sama kamu selama dia hidup, hah?!"

Athar menatap langit-langit agar air matanya tidak jatuh. Namun itu semua sia-sia. Air mata Athar jatuh tak tertolong.

"Athar, kamu bener-bener nggak bisa lihat situasi kondisi, ya?" tanya Yunda dengan suara menekan. "Kadang aku bahkan seperti nggak kenal sama kamu di saat kamu sedang emosi. Kamu seperti orang lain. Kata-katamu, kalimatmu, dan ucapanmu sangat menyebalkan."

"Kita sahabatan sejak kecil, tapi kamu masih belum mengenaliku, Yunda?" tanya Athar.

"Berhentilah bersikap naif, Thar!" kata Yunda dengan wajah merah.

DHARSAN'S DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang