Selamat membaca ❤
"Gimana nasi goreng Bunda, Sayang?" Bunda berbicara lewat panggilan video denganku.
"Enak, Bun," jawabku sambil mengunyah.
Bunda memeluk bantalnya dan tersenyum. "Ayah mana, San?"
"Udah balik."
"Ooohh... Baru aja balik atau udah agak lama?"
Aku terkekeh. "Bunda udah nggak sabar mesra-mesraan, ya?" candaku.
"Ih kamu mah. Ngejek Bunda terus..." Bunda menjawab.
"Hahahaha. Bisa Dharsan bayangin gimana kangennya Bunda sama Ayah. Apalagi Ayah baru balik dari Turki," ujarku.
"Ayahmu dikudeta terus sama adik-adikmu. Bunda nggak dapet jatah. Bete deh!" Bunda menaruh dagu di bantal yang ia peluk.
"Ngalah, Bun. Ngalah..." Aku berbicara.
"Nanti Bunda mau dinner sama Ayah berdua deh."
"Ke mana?"
"Kamu nggak boleh ikut, San. Ini acara ber-du-a. Suami istri."
Astaga! Belum apa-apa aku sudah diperingati.
Tawa kecilku keluar. "Iya-iyaa... Lagian siapa yang mau ikut? Yang ada Dharsan nanti jadi nyamuk ngeliat kalian romantisan berdua."
Bunda langsung tertawa karena ucapanku.
Aku terkekeh dan geleng-geleng. Ada-ada saja mereka!
Aku memakan nasi goreng Bunda yang lezat sembari menunggu Bunda menetralkan tawanya. "Bunda kapan ke sini lagi?" tanyaku.
"Besok deh. Anter Bunda shopping mau?" tanya Bunda.
"Yaaah Bunda mah. Bunda kalau shopping, lama banget. Nggak mau ah," tolakku. "Mending mainan sama temen-temen kalau gitu."
Bunda tertawa kecil. "Kan cewek itu kebutuhannya banyak, San. Kamu gimana sih?"
"Ribet!" jawabku.
"Ya udah, besok Bunda ajak kamu cari merchandise klub sepak bola kesukaanmu, mau?" tanya Bunda.
Aku terkejut. "Beneran?"
Bunda mengangguk.
"Mau!"
"Oke deh. Ajak Ayah, jangan?" tanya Bunda.
"Terserah Bunda. Tapi palingan Ayah ikutan nimbrung sih. Mana mungkin Ayah nolak diajakin ke toko merchandise sepak bola?" Aku mengunyah makanan Bunda lahap.
Aku melihat ponselku yang masih menunjukan video panggilan Bunda. "Enak, Bun. Dharsan suka nasi gorengnya. Kangen masakan Bunda. Meskipun Ayah sering ajak Dharsan makan di restoran besar, masakan Bunda masih jadi paling enak bagi Dharsan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DHARSAN'S DIARY
Roman pour AdolescentsSEQUEL UNSPOKEN 2 "Apa nggak ada jalan lain? Apa kita memang harus berakhir seperti ini?" Air mata menyertai pedih yang dikecap hati. "Semua udah hancur dari awal. Kita hancur." .𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚ INI ADALAH LANJUTAN UNSPOKEN 2, BUAT YANG BELUM BACA...