15 : : Delia's Poem

59 8 2
                                    

Athar berlari mendekati kami seperti kesetanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athar berlari mendekati kami seperti kesetanan. Napasnya tersengal, dia menunduk sambil memegang lutut karena lelah.

"Habis dari mana?" Athar terengah-engah.

"Kamu ngapain?" tanya Gema.

"Ya cari kamu lah, Bego!" semprot Athar. "Aku... Aku nyariin kamu sampai lari keliling sekolah kaga nemu-nemu."

Gema hanya tertawa kecil. "Dasar!"

"Udah baikan?" tanya Athar.

Gema melihatku dan aku balik melihatnya.

"Dah?" tanya Athar.

"Hm," jawab Gema.

Athar hendak menendang kakiku. "Makanya kamu jangan suka nyari gara-gara!"

Aku hanya bisa tertawa. "Iya maap."

"Gem! Ayo ikut aku!" Athar menarik tangan Gema dan mengajaknya berlari.

Aku yang tak mau ketinggalan, jelas langsung menyusul.

"Ke mana?" tanya Gema.

Setelah berlari cukup lama, Athar menghentikan kami di depan masing sekolah.

"Tuh! Liat!" Athar ngos-ngosan. "Puisinya Delia. Dia yang menang."

Gema mendekati mading itu dengan senyum tipis di wajahnya. Aku dan Athar berdiri di samping Gema, ikut membaca karya anak sastra itu.

Lentera Asa
Oleh : Harsha Delia Visyaka

Sunyi berkelindan di kaki malam
Semburat bulan merengkuh rintih
Pilu sayu mencengkeram jiwa
Terdaras luka memecah di ujung langit
Meledakkan suara ketakutan
Runtuh menjadi serpihan lara

Tak terasa malam kian meninggi
Sesuatu luruh dari mata
Menahan bilur nyeri tak terperi
Atas sekeping asa yang sirna

Senyum telah lesap bersama resah
Ada derita yang dilaungkan dari rongga dada
Di perjalanan yang kita sebut entah
Tak tahu arah bak perahu di tengah samudra

Kita beranjak dewasa
Digenggam bayang masalah
Dihanyutkan segala resah
Dikecap pahit nestapa

Pecahan kaca menjadi alas kaki
Melangkah ke tepian tak berujung
Terpikul beban di pundak darah
Senyum menjadi topeng palsu
Pada riak wajah pilu

Di antara kembara yang kian lelah
Bilur luka dilaungkan
Mengeja tiap rintih dari letih perjalanan yang ditempuh
Mencatat setiap tatih lemah langkah pada sepanjang ruas jalan

DHARSAN'S DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang