Sekarang hari terakhir di 2023. Cepet, ya? Nggak kerasa besok udah 2024 😩
Nih chapter baru. Happy reading!
Berawal dari bertemu di toko roti, akhirnya aku dan Annalise memutuskan untuk jalan-jalan bareng. Kami pergi ke mall, karena Annalise ingin membeli sebuah boneka beruang untuk menambah koleksi boneka di rumahnya. Menghabiskan waktu untuk menemani Annalise adalah hal yang tak pernah terpikirkan olehku. Rasanya gugup, tapi menyenangkan.
Jangan salah. Kami memang telah berteman selama dua tahun, tapi selalu saja aku gugup ketika berada di dekatnya. Aku tidak tahu kenapa. Tapi kata Bunda, kalau sedang jatuh cinta, hal seperti itu memang wajar. Aku percaya-percaya saja dengan Bunda. Bunda dulu pasti pernah merasakan hal yang sama ketika remaja.
Aku masuk ke dalam rumah lewat halaman belakang karena tadi harus mengecek tumbuhan kacang hijau yang kutanam di taman belakang rumah. Biasalah ... tugas Biologi. Jadi aku pun juga memarkirkan motorku di belakang rumah. Besok saja memindahkannya. Aku sedang malas.
Kulihat langit yang gelap karena malam. Aku berjalan mendekati pintu yang terhubung langsung ke dapur. Ada aroma yang sangat lezat. Aku menengok di pintu, melihat Nenek sedang memasak sesuatu.
"Nenek...," panggilku.
"Eh, astagfirullahaladzim." Nenek kaget melihatku.
Aku nyengir.
Nenek mengusap-usap dadanya. "Dharsan... Kaget Nenek lihat tiba-tiba ada kepala muncul."
Aku tertawa. "Hahahaha maaf-maaf," ujarku sambil menampakkan seluruh anggota tubuh agar Nenek tidak terkejut lagi. "Nenek, masak apa?"
"Masak tempe pakai sambel hijau-merah," balas Nenek.
"Wuiiihhh... Enak nih pasti!" seruku.
"Tumben masuk lewat belakang. Itu ada Ayahmu di depan lagi baca koran," kata Nenek. "Nungguin kamu pulang katanya."
"Oh ya?" tanyaku. "Dah balik dia dari nganter Dara?"
"Udah. Sana dulu gih samperin Ayahmu! Dia ke sini cari kamu," ujar Nenek.
"Iya nanti aja, Nek. Dharsan laper." Aku menyicipi tempe goreng yang ada di piring. "Duh, enak banget lagi!"
Nenek tertawa kecil. "Kamu mau Nenek buatin minuman apa, Sayang? Teh ada, jeruk ada, alpukat ada, apel juga ada."
"Es jeruk, Nek," ujarku. "Sama gorengin krupuk juga dong, Nek... Biar pas."
"Kerupuk? Nenek nggak tau kerupuknya masih atau enggak. Coba lihat di situ!" Nenek menunjuk suatu tempat dengan dagunya.
Aku berjalan pergi ke tempat tersebut. Kubuka pintu lemari kecil di atas rak piring. "Ada!"
"Ada?"
"Hm'um." Kuambil kerupuk yang belum digoreng itu dan kuserahkan pada Nenek. "Gorengin agak banyakan, Nek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DHARSAN'S DIARY
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN 2 "Apa nggak ada jalan lain? Apa kita memang harus berakhir seperti ini?" Air mata menyertai pedih yang dikecap hati. "Semua udah hancur dari awal. Kita hancur." .𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚ INI ADALAH LANJUTAN UNSPOKEN 2, BUAT YANG BELUM BACA...