"Makanan datang!" Nenek menyajikan rendang ayam di atas meja. Ya. Makanan kesukaanku.
"Waahh! Nenek masak rendang?" Mataku berbinar cerah.
Nenek mengelus rambutku. "Iya dong, biar cucu Nenek semangat belajarnya di sekolah." Pipiku dicium lama.
Aku terkekeh. "Asiik."
Nenek menuang sesuatu dari blender ke gelas sehingga terdengar suara air yang menyegarkan. "Ini jus apel buat cucu Nenek."
Aku tersenyum lebar. Nenek selalu saja manis seperti ini. Di usianya yang sudah tua, Nenek selalu bangun pagi-pagi buta untuk membuatkanku sarapan. Nenek selalu memastikan diriku sudah makan sebelum berangkat sekolah. Kata Nenek, otak akan bekerja jauh lebih fokus jika sudah sarapan.
"Ini ada sambel hijau kalau kamu mau. Tapi ingat, jangan banyak-banyak. Kamu nggak kuat makan pedas. Nanti bisa diare." Nenek tersenyum seraya mengelus rambutku, lalu duduk di salah satu kursi.
Aku tertawa kecil. "Iya..." Tak lama kemudian, aku menutup mata dan berdoa.
Begitu selesai berdoa, aku lahap makanan buatan Nenek karena sudah lapar. "Mmhh! Oenuak!" ujarku dengan mulut penuh.
Nenek terkekeh. "Habisin dulu makanannya dari mulutmu, baru ngomong..."
Kakek datang dari suatu ruangan, langsung melihat aku dan Nenek yang duduk bersebelahan. "Wah-wah-wah... Sarapan apa itu?"
"Sarapan rendang." Nenek yang membalas.
Kakek duduk di kursi depan. "Lahap banget makannya."
"Enak!" balasku.
Nenek terkekeh. "Coba jus apelnya!"
Aku meneguk minuman tersebut. Wah. Manis sekali!
"Enak banget! Seger!" ujarku.
Nenek menguyal kepalaku lantas ia cium.
"Selamat pagi," sapa Ayah yang datang mendekat.
"Loh? Bhanu?" Nenek kaget.
"Loh? Kamu jam berapa berangkat ke sini, Nak? Ini masih jam lima loh," kata Kakek.
"Hahaha Bhanu nginep, Yah."
"Loh?" Nenek dan Kakek sama-sama terkejut.
"Kok Bunda nggak tau? Kamu semaleman di sini?" tanya Nenek saat Ayah mulai duduk di kursi depan bersama Kakek.
"Iya," balas Ayah.
"Bunda kira kamu pulang setelah makan malam kemarin," lanjut Nenekku.
"Haha, nggak... Bhanu nginep di kamar Dharsan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DHARSAN'S DIARY
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN 2 "Apa nggak ada jalan lain? Apa kita memang harus berakhir seperti ini?" Air mata menyertai pedih yang dikecap hati. "Semua udah hancur dari awal. Kita hancur." .𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚ INI ADALAH LANJUTAN UNSPOKEN 2, BUAT YANG BELUM BACA...