17 : : Orphanage

55 5 2
                                    

Setelah tadi ikut membantu Ayah memilih hadiah, aku menunggu Ayah selesai melakukan pembayaran di luar toko sambil memakan hamburger di tangan kananku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tadi ikut membantu Ayah memilih hadiah, aku menunggu Ayah selesai melakukan pembayaran di luar toko sambil memakan hamburger di tangan kananku. Tangan kiriku memegang ponsel, sibuk mengetik sesuatu.

Me
Makanya cepet balik! |
Mampus stres ujian. |

Bang Daffa
| Mau muntah rasanya anjir.
| Banyak banget materinya.
| Buset.
| Ini otak gue bentar lagi meledak.

Me
Kasian deh loe 🤪 |

Bang Daffa
| 👊🏻👊🏻👊🏻👊🏻👊🏻

Me
🤚🏻🤚🏻🤚🏻🤚🏻🤚🏻 |
Menang! |

Bang Daffa
| Ajg wkwkwk.

Me
Aku dong. |
Sekolahnya asik. |
Everyday main. |
Apa itu stres? |

Bang Daffa
| Gpp, yg penting Harvard.
| Stres pikirin belakangan.

Me
Hahahaha 🤣 |

"Yuk!" Ayah menepuk pundakku. "Balik."

Aku langsung menyimpan ponselku ke saku celana dan mengangguk. Ayah memencet tombol di kunci mobilnya sehingga mobil Ayah berbunyi dan mengeluarkan cahaya.

Kami masuk ke dalam mobil, memakai sabuk pengaman masing-masing. Aku tak sengaja melihat Ayah membawa banyak mainan anak di salah satu kantong plastiknya.

"Loh, kapan beli?" tanyaku. Perasaan tadi Ayah tidak membeli barang-barang itu.

"Aaah!" Ayah berbicara. "Kebetulan Ayah lihat ini di toko tadi pas kamu udah keluar. Jadi Ayah beli."

"Tapi... Tapi kenapa banyak banget?" Aku melihat Ayah yang meletakkan barang-barang itu di jok belakang. "Buat siapa? Adik? Mainan adik udah banyak, Ayah tambah lagi?"

Ayah tersenyum. "Anter Ayah bentar, yuk?"

***

Aku berjalan masuk dengan Ayah di gedung sederhana yang berisikan banyak suara anak-anak. Panti asuhan. Ayah mengajakku berkunjung malam-malam ke tempat yang penuh dengan anak-anak ini. Meski sudah malam, namun mereka masih bermain.

Raut riang gembira bersama-sama menyambut Ayahku. Ayah dengan senang menghampiri mereka, memberikan mainan yang baru saja ia beli. Ini memang kebiasaan Ayah sejak dulu. Suka mendatangi banyak panti asuhan untuk bersedekah dan memberi. Tak heran ia dikenal banyak orang di tempat panti asuhan seperti ini.

DHARSAN'S DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang