Kalau ada typo, komen yaa 🫶🏼
"Masuk BK?!" Bunda berkacak pinggang.
Ya ini memang salahku. Harusnya aku tidak memberitahu Bunda soal kejadian tadi.
Ya sudahlah, toh sudah terjadi.
"Gimana ceritanya?" tanya Bunda.
"Bentar." Aku membuka kulkas dan mengambil es krim.
Bunda mendekatiku. "Hei!"
"Live..." Nenek menahan Bundaku.
Seolah tak mendengarkan Nenek, Bunda bertanya lagi. "Ngapain kamu sampai masuk BK?"
Aku memakan es krimku santai. "Hm?" tanyaku. "Oh, insiden." Aku berjalan menuju sofa, semakin membuat Bunda mendelik.
Entahlah, aku memang selalu santai meladeni Bunda marah. Secara aku tahu Bunda memang doyan ngomel dan cerewet. Bisa dikatakan aku sudah kebal sejak dulu. Apalagi saat zaman Bang Daffa belum kuliah. Kami memang sering sekali bikin Bunda darah tinggi karena ulah kami yang ada-ada saja. Namanya juga anak cowok. Nakal sedikit, tak apalah...
"Insiden apa?!" Bunda mendekatiku lagi.
"Kamu ngapain sampai masuk BK?" Kini Kakek bertanya.
Aku duduk di sofa. "Duel sama orang di kantin," jawabku.
Bunda sudah ingin memukulku dengan telapak tangannya, namun aku secepat kilat menghindar sehingga pukulannya meleset.
"Eeiiittsss!" kataku sambil tertawa. "Nggak kena."
Bunda menahanku dan menepuk lenganku berulang kali. "Kamu ini!"
"Aw! Auh!"
"Bunda udah bilang di sekolah belajar yang bener! Ngapain berantem sama orang? Hah?!" gertak Bundaku.
"Olive..." Nenek melerai Bunda. "Sudah!"
Aku nyengir tak berdosa tat kala Bunda berhenti memukulku karena Nenek melarang. Kakek antara ingin tertawa dan geleng-geleng melihat cengiranku pada Bunda.
"Bunda lapor sama Ayah nanti!" Bunda menunjukku dengan telunjuknya.
"Sudah, Live..." Nenek menahan Bundaku.
Aku memakan es krim di tanganku lagi dengan mata berseri-seri menatap Bunda yang sedang berdiri. Bunda terlihat gregetan denganku tapi ia tahan. Wajah imut aku perlihatkan, mengedipkan mata berulang kali ke Bunda. Aku ini benar-benar anak yang baik, kan?
Nenek menepuk pahaku tak keras. "Ini juga! Bundamu lagi marah. Bukannya minta maaf, malah gitu ekspresinya."
Aku memegang es krimku dengan kedua tangan seolah memohon ampun, lantas menundukkan kepala ke bawah. "Nggih... Kulo nyuwun pangapunten, Ibundaku...."
KAMU SEDANG MEMBACA
DHARSAN'S DIARY
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN 2 "Apa nggak ada jalan lain? Apa kita memang harus berakhir seperti ini?" Air mata menyertai pedih yang dikecap hati. "Semua udah hancur dari awal. Kita hancur." .𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚ INI ADALAH LANJUTAN UNSPOKEN 2, BUAT YANG BELUM BACA...